Thursday, May 31, 2018

BUTIR-BUTIR PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN PANCASILA


BUTIR-BUTIR PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN PANCASILA
 
Lima asas dalam Pancasila dijabarkan menjadi 36 butir pengamalan, sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila.

Butir-butir Pancasila ditetapkan dalam Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa.

I. SILA PERTAMA : KETUHANAN YANG MAHA ESA

1. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang ad
2. Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama & penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
3. Saling hormat-menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

II. SILA KEDUA : KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.
2. Saling mencintai sesama manusia.
3.Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7. Berani membela kebenaran dan keadilan.
8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu kembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

III. SILA KETIGA : PERSATUAN INDONESIA

1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
3. Cinta Tanah Air dan Bangsa.
4. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan bertanah Air Indonesia.
5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.

 IV. SILA KEEMPAT : KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN / PERWAKILAN

1.Mengutamakan kepentingan Negara dan masyarakat.
2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3.Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.
5. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil musyawarah.
6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung-jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

V. SILA KELIMA : KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

1.Mengembangkan perbuatan  luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong-royong.
2. Bersikap adil.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak-hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
7. Tidak bersifat boros.
8. Tidak bergaya hidup mewah.
9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
10. Suka bekerja keras.
11. Menghargai hasil karya orang lain.
12. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

il dan beradab.

Wednesday, May 23, 2018

Persyaratan Pengawas TPS Pemilu


Persyaratan menjadi anggota Pengawas TPS (PTPS) pada pemilihan  tahun 2018 sudah dipublikasikan oleh masing-masing Pengawas Pemilu Kecamatan, pendaftaran sudah dibuka sejak tanggal
Berikut adalah syarat menjadi anggota PTPS, meliputi:
1. Surat pendaftaran yang  ditujukan kepada Panwaslu Kecamatan
2. FC KTP yang masih berlaku
3. Pas Foto 4x6 (3 Lembar)
4. FC Ijazah
5. Daftar Riwayat Hidup
6. Surat Keterangan Sehat (dari puskesmas)
7. Surat Pernyataan (disediakan Panwaslu Kecamatan)
8. Dokumen lain yang mendukung

demikian persyaratan untuk menjadi anggota PTPS, informasi lebih lengkap silahkan datang ke sekretariat Panwaslu Kecamatan di masing-masing wilayah. terimakasih, semoga bermanfaat.

Kumpulan Naskah Monolog

Kumpulan naskah monolog, yang membutuhkan file word/pdf naskah monolog dalam daftar ini, bisa berikan judul di komentar atau kirim ke email mataair177@gmail.com. semoga bermanfaat;


1.       Naskah Monolog Karya Agus Noor - Matinya Toekang Kritik
2.       Naskah Monolog Karya Agus Noor – Sarimin
3.       Naskah Monolog Karya Agus Noor dan Indra Tranggono - Mayat Terhormat
4.       Naskah Monolog Karya Akhudiat - Dewa Mabuk
5.       Naskah Monolog Karya Anis Julai - Anak Buangan Anis
6.       Naskah Monolog Karya Anton Chekhov - Saduran Djohan A. Nasution - Nyanyian Angsa
7.       Naskah Monolog Karya Anton Chekhov - Terj. Jim Lim - Racun Tembakau
8.       Naskah Monolog Karya Arifin C. Noer - Kasir Kita
9.       Naskah Monolog Karya Bayan Sentanu - Sang Orator
10.   Naskah Monolog Karya Benny Yohanes - Black Jack
11.   Naskah Monolog Karya Cok Sawitri – Rahim
12.   Naskah Monolog Karya Dadi Pujiadi Reza – Penislilin
13.   Naskah Monolog Karya Edgard Allan Poe - Kucing Hitam
14.   Naskah Monolog Karya Giri Ratomo - Bukan Eva Biasa
15.   Naskah Monolog Karya Giri Ratomo - Sssst.... Diam
16.   Naskah Monolog Karya Gunawan Muhammad - Surti dan Tiga Unggas
17.   Naskah Monolog Karya Herlina Syarifudin - Namaku Skizo
18.   Naskah Monolog Karya Herlina Syarifudin - WANITA versus INDONESIA  ibarat SRIKANDI versus DASAMUKA
19.   Naskah Monolog Karya Hermana HMT - Aku Sang Presiden
20.   Naskah Monolog Karya Hermana HMT - Kaus Kaki Bolong
21.   Naskah Monolog Karya Hermana HMT – Terkapar
22.   Naskah Monolog Karya Ikun Sri Kuncoro - Ibu Kita Raminten
23.   Naskah Monolog Karya Imas Sobariah – Wanci
24.   Naskah Monolog Karya Irvan Mulyadie - Si KOR
25.   Naskah Monolog Karya Koruptor yang Budiman
26.   Naskah Monolog Karya Lintang Ismaya - Atas Nama Doa atawa Senyum Lastri
27.   Naskah Monolog Karya Nano Riantiarno - Adaptasi Okta Ef – Tolong
28.   Naskah Monolog Karya Nano Riantiarno – Nagina
29.   Naskah Monolog Karya Nano Riantiarno – Tolong
30.   Naskah Monolog Karya Nano Riantirano - Dua Cinta
31.   Naskah Monolog Karya Putu Fajar Arcana – Pidato
32.   Naskah Monolog Karya Putu Wijaya – AENG
33.   Naskah Monolog Karya Putu Wijaya – AH
34.   Naskah Monolog Karya Putu WIjaya – Bahaya
35.   Naskah Monolog Karya Putu Wijaya – BLOK
36.   Naskah Monolog Karya Putu Wijaya – Demokrasi
37.   Naskah Monolog Karya Putu Wijaya – Dorr
38.   Naskah Monolog Karya Putu Wijaya - Kalau Boleh Memilih Lagi
39.   Naskah Monolog Karya Putu Wijaya – Kemerdekaan
40.   Naskah Monolog Karya Putu Wijaya – Kepala
41.   Naskah Monolog Karya Putu Wijaya – Mulut
42.   Naskah Monolog Karya Putu Wijaya – Sepi
43.   Naskah Monolog Karya Putu Wijaya – SIAPA
44.   Naskah Monolog Karya Putu Wijaya – Suara
45.   Naskah Monolog Karya Putu Wijaya – Trik
46.   Naskah Monolog Karya Putu Wijaya – Tua
47.   Naskah Monolog Karya R Giryadi - Monolog Peperangan
48.   Naskah Monolog Karya R. Giryadi - Biografi Kursi Tua
49.   Naskah Monolog Karya Rachman Sabur – ANZING
50.   Naskah Monolog Karya Rachman Sabur - Topeng-topeng
51.   Naskah Monolog Karya Ratna Indraswari Ibrahim – Baju
52.   Naskah Monolog Karya Ratna Sarumpaet - Marsinah Menggugat
53.   Naskah Monolog Karya Riris K. Toha - Rumah dan Tetesan
54.   Naskah Monolog Karya Rodli TL - Kapak Berhala Namrudz
55.   Naskah Monolog Karya S. Jai – Alibi
56.   Naskah Monolog Karya S. Jai - Waru Doyong
57.   Naskah Monolog Karya Sahud Sabeni - The Hood
58.   Naskah Monolog Karya Saini K.M - Si Rabin
59.   Naskah Monolog Karya SGA - Ibu Yang Anaknya Diculik Itu
60.   Naskah Monolog Karya Soni Farid Maulana - Anak Kabut
61.   Naskah Monolog Karya Taufan S. Chandranegara – Aksioma
62.   Naskah Monolog Karya Taufan S. Chandranegara – Bangsat
63.   Naskah Monolog Karya Taufan S. Chandranegara - Bunga di Atas Awan-awan atawa Cinta Dibalut Hitam
64.   Naskah Monolog Karya Taufan S. Chandranegara – KromoKronik
65.   Naskah Monolog Karya Taufan S. Chandranegara - Surat Kepada Yang Terkasih
66.   Naskah Monolog Karya Wawan Setiawan - Kupu-kupu Tidur
67.   Naskah Monolog Karya Whani Darmawan - Meta Nietzsche Boneka Sang Pertapa
68.   Naskah Monolog Karya Yusef Muldiyana - Kunci Kontak
69.   Naskah Monolog Karya Yusef Muldiyana – Markendos
70.   Naskah Monolog Karya Yusran Hadi - Sebuah Makam di Kampung Halaman
71.   Naskah Monolog Karya Zulfikri Sasma - Adaptasi Cerpen Karya Larsi De Isral - Episode Daun Kering

Naskah Drama "TEK TOK LESUNG" Karya DH Mongan

 Sebuah persembahan kepada percakapan malam
Yang sering kita lakukan
Meskipun dengan bahasa yang paling sunyi



Preambule
Pengorbanan untuk tidak menjadi diri sendiri meskipun tanpa harus terjebak pada kesia-siaan.
Mencoba berjuang dengan nama “cinta” yang diagung-agungkan oleh fitrah manusia yang paling jujur.
Sebuah pencarian ulang setelah lama ditinggalkan bahkan pernah diingkari. Melawan, melawan dan melawan lepas  dari diri sendiri dan menguasai orang lain. Bebas dari ketidakjujuran kenyataan diri sendiri, sejarah dan cita-cita agung masyarakat yang merdeka. Tanpa keyakinan hanyalah kesia-siaan yang mengorbankan banyak darah kemudian dilupakan begitu saja. Sebuah kesadaran bahwa segalanya tidak ada begitu saja melainkan ada proses. Awal mula keayakinan proses!!

Casting :
SUARA
DEMPUL
RAYAP
KASTI
TUMINI
WARSIH
SEMAR
LESUNG
Orang-orang(ilustrasi)
BAB I

PANGGUNG DALAM KEADAAN KOSONG DARI PROPERTY SELAIN CAHAYA LIGHTING YANG MEMBATASI PANGGUNG DENGAN PENONTON DAN BACKGROUND (KALAU MEMAKAI) DENGAN GAMBAR LABIRIN YANG TIDAK ADA HABIS-HABISNYA. TIBA-TIBA LAMPU SEMAKIN MEREDUP DAN HABIS. SESEORANG BERTERIAK UNTUK MEMBERITAHU BAHWA “HU” DISAMBUT DENGAN “HUWA, HUWA, HUWA”. LALU LAMPU PUN MULAI MENYALA TERLIHAT ORANG-ORANG BERPAKAIAN SEADANYA SEDANG MENATA PANGGUNG YANG KELIHATANNYA SEKENANYA TETAPI MENUNJUKKAN KEINDAHAN. TAMPAK SESEORANG SEDANG MEMIMPIN TETAPI HANYA DENGAN GERAKAN “HU”. KEMUDIAN MUSIK MULAI MENGALUN DARI PELAN, KERAS SAMPAI KACAU SEKACAU-KACAUNYA; SUARA PIRING PECAH, ISTRI MARAH-MARAH, ANAK MENANGIS, BAPAK-BAPAK TERTAWA BAHKAN ADA YANG MINTA KOPI.. ORANG-ORANG DI DALAM PANGGUNG MASIH MENATA BENTUK PANGGUNG SAMBIL SESEKALI MERESPON SUARA MUSIK DDENGAN GERAKAN.

DEMPUL                     : (MUNCUL DARI LUAR PANGGUNG DENGAN MEMBAWA
                                    GUNUNGAN BESAR DI TANGAN. IA BERLARI KESANA KEMARI)
                                    Berhenti ! Berhenti! Aku tahu. Hentikan musiknya! (MUSIK TIDAK MAU
                                    BERHENTI MELAINKAN SUARANYA SAJA YANG AGAK PELAN).
Sungguh ini pekerjaan yang melelahkan membawa beban berat kesana kemari. 
Mengapa kalian melihatku?! Aku hanya mengingatkan kalian agar kalian tidak
terbawa arus zaman, kalau begini terus apa jadinya dunia ini?
SEMAR                       : (MUNCUL DARI ORANG-ORANG YANG SEDANG BEKERJA
 DENGAN GAYANYA YANG KHAS) ealah bocah kemarin sore, bau ketiak
mbakmu saja belum kering sudah neko-neko. Kalau kamu belum tahu garis
sejarah, jangan sok keminter. Bisa-bisa kamu dilumat habis oleh orang-orang ini. 
DEMPUL                     : hhmm.. Jadi kalian punya pemimpin sehingga berani menantangku? Tunggu
saja nanti aku akan membuktikan bahwa akulah yang berhak menjadi penguasa.
(dengan berbisik) ini pasti kesalahan takdir. Rencanaku bisa berantakan kalau
waktunya tidak tepat. (biasa) untuk saat ini belum waktunya kita berperang.
Niatku sekarang hanya menancapkan payung ini saja.
SEMAR                       : ealah mbok ya ada omongnya. Menancapkan payung kumal saja pakai
                                    pengumuman. Apa kamu kira kamu saja yang berhah untuk ngomong. Apa kamu
tidak memikirkan gara-gara SUARAmu orang nggak jadi ngopi, pacaran malam       
minggu batal. Apa kamu tidak memperhatikan pak tani tidak jadi mencangkul
sawahnya mendengar bledegmu.
DEMPUL                     : bukan menancapkan payung ini yang penting tapi sumpahnya, upacara atau
ritualnya. Ala mini akan berhenti mendengar sabdaku.
SEMAR                       : ealah menancapkan payung memakai upacara seperti orang menanam padi di
sawah.  Kalau begitu yang kamu inginkan, bersumpahlah sampai suwek
lambemu.
DEMPUL                     : begitu saja kok repot. Kalau sejak tadi kamu diam payung ini sudah mengayomi
                                    kita. Dasar cerewet (menancapkan gunungan kemudian menyembah sebentar lalu
                                    mengelilinginya tetapi tu tentu tidak menarik maka ia bertariak ‘hu’ dan orang-
                                    orang yang bekerja menjawab “ huwa” lalu menghentikan pekerjaannya dan
                                    mengikuti DEMPUL mengelilingi gunungan. SEMAR melihat dari jauh) cukup!
                                    Sekarang saatnya wahyu datang. Dengarlah aku akan bersumpah
SUARA                       : aku bersumpah…
DEMPUL                     : aku bersumpah…
SUARA                       ; tidak akah menikahi istri orang lain selama hidupku 
DEMPUL                     : apakah aku tidak bisa meralat sumpahku sendiri?
SUARA                       : selama hidupku tidak akan menikah
DEMPUL                     : (kebingungan) apa bedanya dengan yang tadi?
SUARA                       : oh, maaf, tidak akan makan selama hidupku.
DEMPUL                     : bukan yang itu, mengapa kamu tidak sakit lagi.
SUARA                       : tidak akan menguasai orang lain.
DEMPUL                     : tidak bisa! Aku akan menjadi penguasa di negeri ini. Tidak mungkin aku
                                    mengucapkannya.
SEMAR                       : ealah bocah.Mbok ya kalau bersumpah, bersumpah sendiri. Tidak usah meminta
                                    bantuan orang lain. Bersumpah itu dari hati nurani bukan dari mulut orang lain.
DEMPUL                     : sejak dulu orang seperti kamu yang merusak rencana-rencanaku. Takdirku
                                    menjadi lambat. Dan penuh hambatan. Katakan. Katakan. Bukankah kamu yang
                                    menyembunyikan baju ketika aku mandi? Dan kamu pula yang memberi gaplek
                                    di piringku?
SEMAR                       : jangankan untuk menggodamu seperti itu. Mengurus makan saja masih kurang.
DEMPUL                     : aku tahu. Semuanya berantakan. Kalian berada dimana-mana dan
                                    menggelisahkan semua orang. Mereka bisa saja kamu bodohi. Tetapi aku akan
                                    mengenal bau orang sepertimu.
SEMAR                       : rantainya masih di dada burung garuda lambing negara kita.
DEMPUL                     : inilah kebiasaan orang kecil, hanya pura-pura bijaksana tetapi tidak bisa berbuat
                                    apa-apa.  Wahai orang-orang kecil, lihatlah aku…
SEMAR                       : yang bau ketiak dan suka minum keringat rang lain.
DEMPUL                     : orang kecil pikiran kumal biasanya makan minum dan tidur ongkang-ongkang
                                    di atas dipan yang berkutu. Mereka tidak pernah berpikir apa artinya undang-
                                    undang.
SEMAR                       : tapi saya tidak pernah makan keringat orang lain.
SUARA                       : apakah kamu tidak meneruskan sumpahmu? kalau tidak saya akan kencing
                                    sebentar
DEMPUL                     : tunggu sebentar lagi,saya akan berkonsentrasi (duduk bersila) padamkan semua
                                    lampu (semua lampu padam , terdengar palu diktokan dan SUARA menjerit) aku                              diberi cahaya biar kelihatan gagah.(lampu bersinar disekitar DEMPUL)
Aku bersumpah,tidak akan menikah seumur hidupku.
SUARA                       : kamu menjiplak  kata-kataku.karena kecerobohanmu itu,akau akan
mengutukmu.kukutuk kamu tidak akan kuat menghadapi sumpahmu sendiri .dan sebagai tandanya   , lampu akan menyala lagi seperti sedia kala (lampu menyala lagi seperti sedia kala sebelum disuruh padam oleh DEMPUL)
SEMAR                       : oh, kamu putus cinta? Anak remaja yang bersikap seperti begitu.tapi itu agak
cerdas, biar kamu dibilang Romantis, hanya menicintai kekasihmu yang dulu saja?  
Biar pacarmu iba dan  kamu dianggap lelaki yang setia didunia ? Biar kamu disebut lelaki yang sulit dicari bandingannya ? Biar anu…biar  itu….ealah padahal gombal ! Kamu hanya memasang perangkap bagi wanita yang berhati welas
DEMPUL                     : husy! Jangan sampai didengar wanita .bisa-bisa nanti saya benar-benar tidak
                                    laku.
SEMAR                       : jadi sumpahmu tadi palsu?!
DEMPUL                     : kayak kamu tidak tahu saja ,  lelaki harus terlihat gagah di hadapan wanita agar
                                    tidak  di….re…meh..kan.(keluar dibalik gunungan )
SEMAR                       : kamu keluar kesitu…
DEMPUL                     : jangan ramai-ramai, aku sedang menunggu perangkap .siapa tahu apa yang
                                    kamu katakan tadi betul ,kamu mau ikut?...mau ikut?


BAB II

MUSIK MENGALUNKAN LAGU ILIR-ILIR
RAYAP                       : (MUNCUL DENGAN GAYA PETENTENG –PETENTANG SEORANG
 TUAN TANAH DAN BERDEHEM)
SUARA                       : maaf password anda salah ,ulangi sekali lagi
RAYAP                       : dikiranya saya butuh dia,sorry saja orang seperti saya ini sudah tahu dan paham
rahasia kehidupan.cukup dengan selembar kertas saya bisa merubah tenaga saya
yang kecil dan kerempeng ini  menjadi  tenaga beribu-ribu orang .cukup dengan
tulisan sret..sret…sret…saya dapat memenuhi apa yang saya inginkan. Cukup
 dengan satu kata saya dapat membunuh siapa saja.
SEMAR                       : (BERBISIK) ini namanya musuh. Mau tidak mau saya harus menghindar ,
                                    bersembunyi seperti anak-anak (MENGIKUTI KEMANA  DEMPUL TADI
                                    BERSEMBUNYI )
SUARA                       : ulangi sekali lagi password anda
RAYAP                       : macam-macam saja ,kamu belum merasakan mukjizat tuan RAYAP
                                    (BERTEPUK  SEKALI, ORANG-ORANG KELUAR DAN MEMANGGUL
                                    LESUNG KEHADAPAN TUAN RAYAP)
Rupanya masih berlaku juga tapa brata saya . Meskipun saya  harus
mengorbankan hawa nafsu saya , tidak akan menikah seumur hidup .itu tidak
apa-apa .persoalan paling kecil . Yang penting saya masih bisa menyalurkan air
seni pada tempatnya .daripada saya bernasib sama seperti suami-suami yang 
mengalah terus dari tindakan istrinya .atau menjadi orang tua yang diributkan
anak-anak yang biasanya hanya berkelahi  ,nyabu-nyabu, minum-minuman keras
dan lain-lain.Semua hanya akan menghancurkan nama baik , nama baik yang telah
kita bangun sendiri  milai dari buaian ibu sampai liang lahat (BERTEPUK DUA
KALI.SOSOK –SOSOK KELUAR LAGI , KALI INI MEMBAWA PADI
YANG DITARUH DIATAS LESUNG)
Kekuasaan saya atas ini semua yang membuat manusia-manusia lapar 
merengek-rengek.dan dengan ini pula saya mendapatkan budak-budak gratis
.keinginan paling primitif , keinginan perut yang tidak nyeni (BERTEPUK
TIGA KALI)
SUARA                       : maaf, kode yang anda gunakan sedang sibuk. Gunakan beberapa saat lagi.
RAYAP                       : begini resiko orang kaya , sibuk dan banyak teman . Ini membuktkan teman-
teman saya orang penting .mereka tidak bisa dihubungi setiap saat .jadi kita harus
bersabar, sekali lagi harus bersabar . Bukan hanya kepentingan saya saja yang
mereka urusi .Mereka juga mempunyai kepentingan lain yang mungkin, ini
mungkin loh  lebih penting dari kepentingan saya . resiko namanya .tapi. Hmm,
kalau semua orang lain dianggap demikian lalu kepentingan siapa yang diurusi ?
Ya .paling juga kepentingannya sendiri . (IA BERSIUL PANJANG).
SUARA                       ; maaf , kode ini belum masuk ke box kami
RAYAP                       : masih saja belum peka .bagaiman orang akan jujur dengan keinginan yang satu
ini ? Keinginan untuk menguasi orang lain , keinginan duduk d kursi empuk ,
alasannya jelas untuk kepentingan rakyat , kepentingan kalian sendiri.agar perut
kalian kenyang , kalian mesti bekerja ,ini namanya sebab akibat yang tidak bisa
 dihindari. Agar kalian aman harus menyewa pengawal , ini namanya sedia
payung sebelum hujan. Para pekerja sudah saya didik semua tentang hal ini.
Kalau mereka tidak ingin dipecat, hidup terkatung-katung, ya harus mengikuti
keinginan saya. Saya katakan sejujurnya bahwa bayaran mereka besar, sekian,
sekian…sekian tetapi masyarakat baik taat membayar pajak. ( BERTEPUK
TIGA KALI. TIGA PEREMPUAN MUNCUL SAMBIL MEMBAWA
PENUMBUK PADI. MEREKA LANGSUNG MENUMBUK PADI DI
LESUNG).

KASTI                         : kalau dihitung-hitung kita ini sudah bertahun-tahun bekerja pada tuan RAYAP.
Seingan saya saja sebelum saya menikah dan sekarang sudah lima anak. Sejak
tuan RAYAP masih gagah dan tidak ringkih seperti sekarang ini. (tuan RAYAP
berdehem)
WARSIH                     : lalu sampeyan mau apa? Kalau ingin keluar langsung saja keluar tidak usah
mengeluh sepanjang hari. Bekerja sambil mengeluh sama saja dengan
membohongi diri sendiri.
KASTI                         : saya tidak paham dengan maksudmu?
TUMINI                                   : mungkin yu KASTI sudah bosan bekerja di sini. Ya kalau memang bosan ya
                                    lebih baik pindah saja ke tempat lain.
KASTI                         : ke mana? Orang setua saya ini mana mungkin ada yang memerlukan tenaga
                                    saya lagi. Lagi pula saya tidak akan pindah, terlanjur di sini mau diapakan lagi.
                                    Mungkin ini sudah nasib saya.
WARSIH                     : kalau dirasa-rasa memang melelahkan bekerja begini setiap hari. Melihat padi,
                                    mengangkat alu, lalu menumbuk-numbuk. Bukan  milik sendiri lagi. Dulu saya
                                    merasa lelah setelah menumbuk tetapi sekarang sudah terbiasa.
KASTI                         : pekerjaan seperti ini memang seharusnya dikerjakan oleh laki-laki. Makan
                                    mereka banyak jadi tenaganya besar. Dari pada mereka hanya ngobrol ngalor
                                    ngidul di warung.
TUMINI                       : memang ini adatnya laki-laki. Kalau perempuan seperti kita ini yang kumpul-
                                    kumpul akan dibilang tidak sopan. Tidak tahu tata krama.
KASTI                         : ini peringatan buat kamu, sih. Laki-laki itu sifatnya seperti itu. Nanti kalau
                                    kamu punya suami baru merasakan. Kita mengaduh sedikit saja dibilang tidak
                                    sabar, memakai perasaan saja tidak memakai akal. Kalau kamu berani sedikit
                                    saja kamu akan dumasukkan ke dalam neraka.
TUMINI                       : minta cerai sudah terlanjur punya anak. Terus bertahan akhirnya juga makan ati.
RAYAP                       : untunglah saya ini tidak punya istri.
KASTI                         : alah gombal. Dulu kan sampeyan naksir saya. Cuma kalah sama bersaing sama
                                    bapaknya gito lalu sampeyan mutung, tidak mau menikah.
TUMINI                       : sekarang kamu menyesal, yu’?
KASTI                         : cerewet-cerewet begini saya ini istri yang setia.
RAYAP                       : kalau bekerja, ya bekerja. Tidak perlu bicara yang tidak penting. Kapan
                                    selesainya pekerjaan kalian kalau ditinggal ngomong terus?
KASTI                         : sampeyan sendiri tidak bekerja hanya merintah ini, itu. Mentang-mentang orang
                                    kaya.
RAYAP                       : memang takdirnya demikian. Harus ada yang kaya dan miskin, yang kaya
                                    memberi makan orang miskin dan yang miskin membantu yang kaya. Kalau                                                 tidak ada orang seperti saya  kalian makan apa?
TUMINI                       : kalau tidak ada kami sampeyan makan apa?
RAYAP                       : kalau tidak mau bekerja di sini ya lebih baik pergi saja sekarang tidak perlu
protes. Banyak orang yang mau bekerja di sini selain kalian.
WARSIH                     : mana ada toh pak, perempuan protes. Kami ini hanya bisa menerima, manut
                                    pada kehendak yang maha kuasa. Kam disuruh beranak, yu KASTI sudah
                                    beranak lima. Kami disuruh menyusui yu TUMINI sudah pernah menyusui. Tapi
                                    kami tidak tahu apa benar disuruh menumbuk padi? Jangan-jangan ini pekerjaan
                                    laki-laki lalu kami rampas?
RAYAP                       : rupanya perempuan-perempuan sekarang pinter tapi keblinger. Kalian gampang                                          melupakan asal-usul kalian dari tulang rusuk laki-laki.
KASTI                         : mbok ya sampeyan paham, yang melahirkan sampeyan itu perempuan. Apa
                                    tulang rusuk bisa mengeluarkan barang segede sampeyan? Justru tubuh
                                    sampeyan itu keluar dari…
TUMINI                       : husy ! Yu KASTI, jangan keras-keras. Sampeyan ingat siapa yang sampeyan
                                    marahi?
KASTI                         : saya masih ingat, saya tidak marah. Saya hanya menunjukkan kenyataan saja.                                            Sampeyan tidak marah kan, pak?
RAYAP                       : tidak. Tidak. Saya tidak pernah marah kepada perempuan.
KASTI                         : benar, kan? Dia itu masih senang sama saya meskipun saya sudah beranak lima.
                                    Kalian lihat sendiri ia tidak bisa marah kepada saya.
RAYAP                       : tapi saya ini majikan kamu. Saya yang mengatur kalian makan atau tidak. Saya                                           tidak butuh kalian tetapi kalianlah yang membutuhkan saya.
TUMINI                       : sudahlah, pak. Tidak perlu diladeni. Kalau sampeyan mau memecat kami ya
                                    pecat saja. Tidak perlu mengungkit-ungkit upah kami yang sedikit itu. Bapak
                                    tidak pernah merasakan bagaimana susahnya menjadi perempuan. Pagi-pagi kita
                                    kepanasan di dapur, mencuci piring, menyiapkan sarapan, mengurusi anak
                                    sampai mengurusi suami.
WARSIH                     : kok sampeyan juga ikut cerewet toh, yu?
TUMINI                       : sekali-kali mengeluh kan tidak apa-apa. Nanti kalau kamu sudah punya suami                                            baru merasakan.
RAYAP                       : (BERDEHEM SAMBIL MENDEKATI WARSIH) WARSIH, WARSIH.
Kamu dulu masih kecil dan nangisan. Kalau kamu menangis baru diam kalau saya yang menggendongmu di pundak ini. Sekarang kamu sudah besar dan tentu saya tidak kuat lagi kalau disuruh menggendongmu sekarang.  Kamu masih ingat ketika kamu saya boncengkan di sepeda ontel, ketika itu kamu senang sekali. Dulu belum ada orang yang punya sepeda ontel seperti itu. Orang-orang kemana-mana masih jalan kaki. (WARSIH TERSIPU) bapakmu di rumah?
WARSIH                     : pergi ke sawah dengan emak.
RAYAP                       : adikmu?
WARSIH                     : ke sawah juga, membantu bapak dan emak.
RAYAP                       : bapakmu sejak dulu memang pekerja keras. Selama ini saya belum pernah
                                    merasa dikecewakan olehnya. Panen saya pasti melimpah kalau bapakmu yang
                                    menggarap. Sayangnya bapakmu tidak pandai menyimpan uang sehingga
                                    menjadi kaya seperti saya ini.
KASTI                         : apanya yang disimpan? Bayaran hanya sedikit, belum tentu cukup untuk
                                    memenuh kebutuhan hidup.
RAYAP                       : rumahmu sekarang sedang sepi.
WARSIH                     : ya
RAYAP                       : (BERSIUL. ORANG-ORANG MENGAMBIL KURSI KEMUDIAN
                                    DIDUDUKI RAYAP) kalau sedang duduk sendirian seperti ini, rasanya saya
                                    tidak punya apa-apa yang dibanggakan. Istri tidak punya, anak, ya tidak ada.
                                    Kadang terlintas harta begini    banyak untuk siapa? Kalau saya meninggal nanti
                                    siapa yang akan mengurusnya?
TUMINI                       : orang beristri dan beranak itu lumrah, pak. Namanya saja kehidupan. Jangan-
                                    jangan bapak mengidap kelainan.
RAYAP                       : (MENARIK NAPAS DALAM) ini semua gara-gara perjanjian dengan setan!
TUMINI                       : bapak memelihara pesugihan. Wah, kalau tahu begini lebih baik saya tidak
                                    berkerja di sini. Biarlah, pak, bayaran saya tidak usah diberikan asal saya tidak
                                    dijadikan tumbal pesugihan bapak saja.
KASTI                         : jadi ini semua bukan keringat sampeyan sendiri. Lebih baik kita pergi saja dari
                                    sini sebelum kita benar-benar dijadikan tumbal.

(KASTI DAN TUMINI MENINGGALKAN PANGGUNG DENGAN KETAKUTAN. MEREKA MEMANDANG WARSIH SEBENTAR TETAPI YANG DIPANDANG TIDAK MERESPON MAKA KEDUANYA MENINGGALKAN WARSIH SEORANG DIRI.)

RAYAP                       : kamu tidak ikut mereka meninggalkan saya?
WARSIH                     :tidak, pak. Kalau saya meninggalkan bapak, belum tentu saya mendapatkan
                                    kerja di tempat lain. Kalau sudah waktunya mati, saya juga akan mati. Lebih baik
                                    saya pasrah, mungkin ini garis hidup yang harus saya jalani.
RAYAP                       : kamu juga punya hak seperti mereka.
WARSIH                     : kalau bapak menginginkan saya menjadi tumbal pesugihan bapak, tidak apa-
                                    apa. Saya tidak takut mati. Bukankah selama ini bapak sudah membunuh saya,
                                    mambunuh perasaan saya? Bapak menyuruh kami bekerja keras dengan iming-
                                    iming makan yang kenyang padahal itu semua untuk bapak sendiri? Apa bedanya
                                    saya sama kuda bapak yang dipelihara mang kosim?
RAYAP                       : keluargamu semua memang orang baik-baik. Kamu bisa menjalani
                                    kehidupanmu berbeda dengan saya.  Kalau bukan karena peristiwa itu saya tentu                                          tidak akan dendam pada kemiskinan seperti ini.
WARSIH                     : dendam? Maksud bapak…
RAYAP                       : tiga puluh tahun lalu ketika saya ditinggalkan oleh istri saya. Ketika itu saya                                                sangat miskin, tidak mempunyai penghasilan apa-apa. Bisa dikatakan hidup saya                                          ikut dengan istri. Dia yang bekerja keras siang dan malam untuk menghidupi
                                    dirinya dan saya sementara saya hanya duduk-duduk, tidak tahu apa yang harus
                                    saya lakukan. Saya duduk seperti ini, ya seperti ini. Waktu itu istri saya baru
                                    pulang dari bekerja dan langsung marah-marah tanpa sebab, mungkin ia bosan
                                    dengan perilaku saya. Baru saat itu ia mengungkit apa artinya seorang suami. Ia
                                    meminta pertanggungjawaban saya bahkan karena sangat marah, ia meminta
                                    cerai. Semula saya berprasangka baik, semua itu diungkapkan demi rasa cintanya
                                    kepada saya, tanpa pamrih sama sekali. Ia melakukan itu agar saya tidak menjadi
                                    sampah bagi diri saya sendiri dan bagi siapapun.
WARSIH                     : kalau tidak cinta, mana mau dijadikan istri.
RAYAP                       : semula memang demikian anggapan saya tetapi ternyata keliru…
WARSIH                     : keliru?!...
RAYAP                       : mungkin ini rahasianya cemburu.
WARSIH                     : bapak selingkuh lalu ketahuan?
RAYAP                       : bukan saya tetapi dia. Rupanya dia selama bekerja telah jatuh hati ke laki-laki
                                    lain. Dan pria itu egois, ingin memiliki istri saya untuk dirinya sendiri. Egois.
WARSIH                     : kelihatannya bapak sangat membencinya. Mungkin karena bapak merasa kalah
                                    bersaing dengannya?
RAYAP                       : tidak. Saya saya menceraikan istri saya karena saya sangat mencintainya.
                                    Karena saya merasa bersalah keliru dengan cara saya mencintainya. Saya
                                    menghormati keputusannya untuk meminta cerai, mungkin itulah yang terbaik         
                                    baginya. Saya tidak ingin cinta saya mengikatnya, itu saja niatan saya. Tetapi
                                    cinta saya telah dinodai orang lain. Kebebasan yang saya berikan kepadanya tela
                                    dimanfaatkan orang lain.
WARSIH                     : bapak ternyata orang romantis. Tetapi siapa tahu janda bapak bahagia dengan
                                    pilihannya.
RAYAP                       : mudah-mudahan. Mudah-mudahan anggapan saya keliru dan dendam saya pada
                                    kemiskinan karena menganggap semua perempuan matrealis adalah kesalahan
                                    terbesar yang tidak bisa dimaafkan.

(DIAM SEJENAK KEMUDIAN WARSIH MELIHAT PADI YANG BELUM HALUS  DAN MENUMBUKNYA KEMBALI)
RAYAP                       : sudah jadi beras padinya?
WARSIH                     : sebentar lagi.
RAYAP                       : kamu tadi mengatakan rumahmu sepi sekarang (WARSIH mengangguk)
                                    tinggalkan saja dan segeralah pulang. Saya akan mandi sebentar dan kerumahmu.
                                    Tinggalkan saja biar nanti orang lain yang membereskan.(keluar)
           
BAB III

(PADA BABAK III DIALOG ANTARA WARSIH DAN DEMPUL DILAKUKAN DENGAN TARI-TARIAN TETAPI SEMAR TETAP MENJAGA WIBAWA)
SEMAR                       : (dari balik gunungan) perangkapmu sudah mendapatkan mangsanya. Cepatlah
                                    keluar sebelum dia pergi .(DEMPUL keluar dan hendak menuju WARSIH) biar
                                    sedikit romantis bawalah kembang mawar.
DEMPUL                     : siapa namamu cah ayu?
WARSIH                     : WARSIH.
DEMPUL                     : WARSIH, mawar kasih, cah ayu, tanganmu lembut. Seharusnya tangan seperti
                                    ini untuk memelihara kembang bukan untuk menumbuk padi. (DEMPUL
                                    mengeluarkn kembang mawar yang dibawanya kemudian mengambil alu
                                    menggantikan WARSIH menumbuk padi) biar tanganku yang kasar ini yang
                                    bekerja. Wanita tugasnya hanya menghaluskan pekerjaan laki-laki.
SEMAR                       : begini ini laki-laki hidung belang kalau sudah ketemu mangsanya. Omongannya
                                    menjadi priyayi agung dan muncul gombal suweknya.
WARSIH                     : sampeyan siapa?
DEMPUL                     : lelanangin jagad, arjuna rama sutra alias DEMPUL. Berapa tahun, cah ayu
                                    sepertimu ini bekerja menumbuk padi?
WARSIH                     : sejak nenek saya bahkan sejak neneknya nenek saya.
DEMPUL                     : melahirkan, menyusui, dan merawat manusia adalah pekerjaan perempuan
                                    sepanjang masa. Mereka tidak pernah mengeluh sama sekali.
WARSIH                     : tapi masih ada yang tega menyiksanya, memperkosanya bahkan membunuhnya
                                    dengan alasan cinta.
DEMPUL                     : cinta yang bodoh. Bagaimana bisa mencintai sambil menguasai, menjadikan
                                    orang lain sesuai keinginannya. Aku percaya seorang ibu lebih paham dengan
                                    isyarat alam, tahu apa yang harus dilakukan agar dunia ini tetap selamat.
WARSIH                     : sampeyan paham tentang perempuan tetapi tidak berbuat apa-apa untuknya.
DEMPUL                     : aku bersumpah untuk tidak menikah. Bukankah itu satu-satunya cara untuk
                                    membebaskan wanita.
WARSIH                     :kalau sampeyan menikah dan mencintai, memberi kasih sayang,menganggapnya
                                    berarti bagi sampeyan mungkin istri sampeyan tidak perlu keluyuran mencari
                                    cinta laki-laki lain. Perempuan juga manusia biasa. Kalau ia merasa tidak aman ia
                                    bisa memberontak menuruti keinginan manisiawinya.
DEMPUL                     : kalau begitu maukah kamu menjadi istriku cah ayu?
SEMAR                       : gombal amoh, rusak. Menjadi obat nyamuk orang bercinta sejak dulu memang
                                    tidak enak. Disia-siakan, dianggap saja tidak ada padahal kita mbeguguk ugek-
                                    ugek di depan cingurnya. Disuruh melihat saja orang terbang, menari-nari seperti
                                    tidak ada pekerjaan lain saja? Pura-pura bijaksana paling-paling, ujung-ujungnya
                                    juga dimakan sendiri. Orang-orang…
SUARA                       : peringatan pemerintah, sumpah adalah pantangan. Barang siapa dengan sengaja
                                    garis miring atau dengan tidak sengaja melanggar sumpah akan dikenai kutukan                                            selama-lamanya atau denda sebesar 40 milyar.
SEMAR                       : urusan perasaan dimana-mana sama saja, mengkhayal. Nanti kalau sudah bosan
                                    juga kembali ke sawah mencangkul atau mencabut rumput.
DEMPUL                     : jangan kau dengarkan ucapan orang-orang yang iri. Cepatlah jawab                                                             pertanyaanku tadi, aku sudah tidak kuat menunggu jawabannya.
WARSIH                     : apa benar tangan saya tidak boleh bekerja keras?
DEMPUL                     : istriku tidak boleh menyentuhkan tangannya yang lembut dengan pekerjaan
                                    kasar.
WARSIH                     : apa benar saya akan tinggal di rumah saja tidak boleh keluar meskipun arisan?
DEMPUL                     : kalau demikian keinginanmu, tidak ada yang bisa mencegahnya. Jangankan
                                    arisan bahkan apapun yang kau inginkan, hakmu untuk melakukan.
WARSIH                     : sampeyan romantis.
DEMPUL                     : ya, aku arjuna rangga sutra.
WARSIH                     : rangga, katanya tadi rama?
DEMPUL                     : di hadapan cah ayu sepertimu, aku mempunyai seribu nama yang gagah. Dan di
                                    hadapanmu pula aku harus lebih gagah dari yang sebenarnya.
SEMAR                       : dusta pertama sudah kelihatan. Pasti datang serangan kebohongan berikutnya.
WARSIH                     : tapi saya mau menjadi…(WARSIH MENGULURKAN SELENDANG
                                    KEPADA DEMPUL.  SEMUA ORANG IKUT MENARI-NARI
                                    MENYAMBUT PESTA PERSATUAN DUA INSAN.)

MUSIC MENGALUNKAN LAGU JIKA CINTA ITU ANGIN KARYA AHMADUN Y. HERFANDA. KEMUDIAN WARSIH DAN DEMPUL BERANJAK KELUAR DIKAWAL ORANG-ORANG.

BAB IV

TAK LAMA KEMUDIAN ORANG-ORANG MUNCUL KEMBALI SEPERT TERPANGGIL OLEH SUARA MENGETOK-NGETOK DARI LESUNG. MEREKA LALU MENGELILINGI LESUNG. MUSIC KEMUDIAN MENGALUN DENGAN SUARA ERANGAN MENGANTARKAN KELAHIRAN. SEMAR MENUNGGU PALING DEPAN.

SUARA                       : kelon-ing is the best. Demikianlah garis-garis besar haluan alam semesta, tak
                                    ada yang menentang selain keterasingan dan kegelapan.
SEMAR                       : oalah jagad dewa batara, anak kucing beranak kucing, anak sapi beranak sapi,
                                    anak kerbau beranak kerbau. Dan sekarang pertanda apakah alam semesta.
                                    Sebuah LESUNG beranak manusia. Kalau kamu makhluk jadi-jadian kembalilah
                                    kepada bapakmu. Kalau kau anak manusia berbicaralah sebagaimana manusia.
LESUNG                     : oaah. Mengantuk sekali saja. Lapar. Haus. Dan mengapa kalian berkumpul?
SEMAR                       : anak manusia bicara dengan bahasa manusia. Siapakah bapakmu dan ibu model
                                    apa yang melahirkanmu sehingga tega membuangmu di sini.
LESUNG                     : ( pada orang-orang yang mengerumuninya, yang masih menari menyambut
                                    kedatangan bayi) apakah kalian mempunyai bapak dan ibu? Pasti kamu bapak
                                    saya, karena kamu yang tahu siapa saya.
SEMAR                       : kalau disebut rezeki ya rezeki tapi mengapa berupa orok jabang bayi.
                                    Sedangkan merasakan perempuan saja belum, sudah dituduh berzina. Dasar
                                    nasib, kesialan selalu berpihak pada orang lemah dan kecil.
LESUNG                     : tidak boleh ya saya mempunyai bapak saja, harus punya ibu juga ya?
SEMAR                       : kamu masih kecil, tidak boleh tahu urusan orang dewasa. Akibatnya buruk bagi
                                    anak kecil seperti kamu-kamu ini.
LESUNG                     : buruk sekali perilaku orang-orang di sini. Mesti ada yang disembunyikan. Atas
                                    nama apapun ini namanya pembodohan. Saya tidak terima. Saya akan mencari
                                    tahu sendiri.
SEMAR                       : anak buangan tidak sadar keadaannya. Kelahiranmu seperti ini apakah bukan
                                    sembunyi-sembunyi. Siapa tahu ibumu kucing-kucingan dengan petugas lalu
                                    membuangmu di sini? Orang tua seperti saya tidak tahu apa-apa selain
                                    mengiyakan saja peristiwa-peristiwa alam, manut pada kehendak yang kuasa.
                                    Mudah-mudahan kamu seperti angrok raja singosari yang dilahirkan dari batu.
LESUNG                     : tidak mau. Saya menjadi saya, menjadi…(menunjuk LESUNG)
SEMAR                       : LESUNG.
LESUNG                     : LESUNG pengabdi nusa dan bangsa
SEMAR                       : (tertawa satir) ha…ha…ha… tepuk pramuka buat anak budiman?! Dulu sekolah
                                    dimana nak LESUNG?
LESUNG                     : taman kawak-kawak alias perguruan tinggi negeri merangkap perguruan tinggi
                                    swasta.
SEMAR                       : bagus!  Itu tandaya kamu bisa menjaga nama baik asal sekolahmu. Tidak
                                    memalukan sebagai warga timur. Kalau kamu berbuat yang merusak adat timur                                             sama saja memburukkan teman-temanmu yang lain.
LESUNG                     : saya menyesal liar di alam ini. Baru lahir sudah dicekoki banyak kata-kata.
SEMAR                       : oalah, maafkan orang tua ini. Berapa banyak penderitaannya sehingga tidak
                                    percaya dengan orang dewasa. Lebih baik percaya dengan anak-anak, masa
                                    depan dunia.
LESUNG                     : saya tidak paham.
SEMAR                       : kalau nanti kau dewasa akan paham. Apa artinya tanah. Apa artinya keringat.
                                    Apa artinya cangkul dan apa artinya diperdaya.
LESUNG                     : saya tetap saja tidak paham. Membingungkan. Saya lapar. Saya haus.
SEMAR                       : begitulah artinya. Sebelum kamu makan kamu akan mengenal cangkul, kerja
                                    keras dan tetek bengek yang membuatmu pasrah dengan keadaanmu atau
                                    memeras keringat orang lain.
LESUNG                     : mendengarkan. Lalu kapan saya makan.
SEMAR                       : baiklah, nak. Saya tidak akan mengguruimu. Kalau waktunya tiba kamu akan
                                    merasakan sendiri kebenaran yang saya ucapkan. Ketika itu kamu tak dapat lagi
                                    berlari dan yang harus kamu lakukan adalah lawan!
LESUNG                     : lalu apa yang saya lakukan? Saat ini ucapanmu tidak berarti.
SUARA                       : asal tanah kembali tanah. Asal api kembali api. Asal angin kembali angin. Asal
                                    tiada kembali tiada. Asal abadi kembali abadi.
LESUNG                     : saya hanya memahami isyarat pelajaran pertama. Tetapi apakah isyarat
                                    pertama?
SEMAR                       : seorang anak berbakti kepada orang tuanya.
LESUNG                     : pak, kamu tadi menyebut arok! Apakah ia berbakti kepada batu.
SEMAR                       : anak nakal berani bertanya. Dengarlah saya ceritakan padamu. Ia anak batu
                                    yang dibesarkan penjahat.
LESUNG                     : siapakah penjahat itu bapak?
SEMAR                       : orang yang mau menang sendiri. Orang yang tidak makan dari hasil keringatnya
                                    sendiri. Arok malang melintang merampok orang-orang kaya, para pejabat yang
                                    korup.
LESUNG                     : apakah korup itu pak?
SEMAR                       : sama saja dengan penjahat. Tetapi arok bukan penjahat, kalau arok seorang
                                    penjahat ia berbuat itu  untuk menolong orang-orang miskin. Ia tidak mau
                                    memakan hasil rampokannya sendiri. Semuanya diberikan kepada orang yang
                                    membutuhkan. Bertahun-tahun ia menjadi perampok, dikejar-kejar dan dijadikan
                                    buronan. Sampai akhirnya ia mengabdi kepada negara, menjadi pahlawan yang
                                    menyelamatkan orang-orang tertindas. Tapi arok bukan orang yang mau
                                    dipimpin, ia seorang pemimpin. Akhirnya raja dibunuhnya dan dikawini istrinya.
                                    Begitulah ia menjadi raja.
LESUNG                     : kalau begitu saya mau menjadi arok.
SEMAR                       : oalah bocah, katanya mau menjadi diri sendiri, sekarang mau menjadi arok.
LESUNG                     : tidak apa-apa. Saya akan menjadi arok.
SEMAR                       : terserah alam akan menjadikanmu apa. Kalau alam membutuhkannya biarlah
                                    arok lahir kembali.
SUARA                       : asal tanah kembali tanah. Asal api kembali api. Asal angin kembali angin. Asal
                                    tiada kembali tiada. Asal abadi kembali abadi.

ORANG-ORANG KE BACKGROUND MENGGAMBARKAN ORANG BERCERMIN, BERGOYANG DI ATAS  KAPAL YANG OMBAKNYA BESAR, TERHUYUNG-HUYUNG MENCARI KESEIMBANGAN.
LESUNG                     : isyarat…bercermin…laut…gelombang…jalan. Bertikungan…isyarat apakah ini
                                    pak?
SEMAR                       : kita kembali…saatnya kita kembali. Saya akan kembali mencangkul di sawah,
                                    menanam padi.(keluar)
LESUNG                     : saya ikut denganmu pak.
SEMAR                       : (di luar panggung) saya bukan penjahat, saya petani.

CAHAYA LAMPU BERGANTI-GANTI UNTUK MENANDAKAN WAKTU YANG LAMA BERLALU.

BAB V

ORANG-ORANG HENDAK MENGANGKAT LESUNG KAYU KELUAR TETAPI DICEGAH OLEH RAYAP YANG MUNCUL DENGAN GAGAHNYA.
RAYAP                       : jangan! Jangan dikeluarkan. Kalian lihat sendiri! Rumah ini masih luas, masih
                                    cukup bagi siapapun yang ingin memasukinya. Biarlah nanti WARSIH  yang
                                    datang kemari.
WARSIH                     : (muncul) maaf, pak. Saya terlambat.
RAYAP                       : (berdehem lalu merokok dengan berat) semalam saya bermimpi bertemu dengan
                                    janda saya. Saya mengalami masa remaja kembali, pacaran. Cubit-cubitan.
                                    Tetapi sayangnya hanya sebentar. Seekor nyamuk membangunkan saya.
WARSIH                     : sampeyan kangen ya…?
RAYAP                       : sekarang kamu bertambah genit. (tergagap) bukankah saya belum memberikan
                                    tanda? Tetapi mengapa semuanya sudah berada di sini? Kursi? LESUNG?
WARSIH                     : kalau semuanya sudah menjadi kebiasaan kan tidak perlu lagi tanda, pak.
                                    Sampeyan tinggal berniat saja semuanya sudah datang.
RAYAP                       : selain genit kamu ternyata bertambah cerdas. Tapi ini tentunya tidak sebentar.
                                    Semuanya membutuhkan waktu tiga puluh tahun. Setidaknya satu orde. Awalnya
                                    saya yang memanjakan kalian kemudian anak cucu kalian yang akan mengabdi
                                    kepada saya. Memanjakan saya. Orang jawa bilang, pandai-pandailah mengasuh
                                    waktu.
WARSIH                     : ini beras kemarin, pak, mengapa belum diganti?
RAYAP                       : kita belajar hemat. Menerima yang ada saja. Sederhana dan pasrah kepada nasib
                                    kita karena memang demikianlah adanya.
WARSIH                     : (berbisik) sudah rutin bicara begitu sejak dulu.
RAYAP                       : oh, ya, tentang mimpi saya tadi, kamu mengerti apa maksudnya? (WARSIH
                                    menggeleng). Bertemu janda saya lagi itu mustahil. Mungkin janda saya                                                        menyuruh saya menikah lagi. Dan saya percaya terutama setelah saya dekat
                                    denganmu.
WARSIH                     : sampeyan kan masih mengenal mbok karti penjual kopi di warung pojok desa.
RAYAP                       : kamu jangan menghina saya seperti itu.Apakah orang sekaya tuan RAYAP akan
                                    menikahi fakir miskin seperti dia?
WARSIH                     : saya kan juga miskin?
RAYAP                       : tapi kamu punya kecantikan. Atau kamu cemburu kalau saya ngopi di sana. Ah,
                                    dasar saya sudah tua tidak memahami lagi perasaan perempuan.
WARSIH                     : sudahlah pak!  Saya bosan begini terus. Lama-lama saya akan minggat juga                                                 seperti yu KASTI dan yu TUMINI.
RAYAP                       : oh, kamu ingin saya menikahimu? Kalau itu memang sudah maumu nanti saya
                                    akan melamar ke bapakmu.
DEMPUL                     : (muncul dengan kain sarung yang diselempangkan) WARSIH, mengapa kamu
                                    tinggalkan aku sendirian? Apakah kamu tidak cukup dengan cintaku? Kamu bisa                                          duduk mengatur rumah daripada harus menumbuk padi di sini.
RAYAP                       : suatu saat perempuan lebih paham kenyataan daripada laki-laki. Ia tahu apa
                                    yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhannya.
DEMPUL                     : kamu sudah tua. Tidak perlu ikut campur urusan orang jatuh cinta. Cium
                                    tubuhmu bau tanah.
WARSIH                     : jangan kasar-kasar, dia majikan saya.
DEMPUL                     : kamu jangan terkecoh dengan  kebaikannya. Orang seperti dia yang suka
                                    menyiksa pembantu, memperkosa balita.
RAYAP                       : karena saya sudah paham garisnya hidup. Saya lebih jujur dibandingkan kamu
                                    yang berpura-pura memberikan janji surga. Surga yang hanya ada di pikiranmu.
                                    Orang yang menyombongkan masa depan karena tidak bisa apa-apa saat ini.
DEMPUL                     : itu lebih baik daripada menindasnya atas nama takdir yang menakutkan.
                                    Hiburan murah agar ia dapat menerima perlakuanmu.
RAYAP                       : (menghisap rokok lagi) kita kamu laki-laki punya tujuan sama. Menghibur
                                    kesedihannya agar ia bertahan dengan penderitaannya.