Nabi dan Rasul adalah manusia-manusia pilihan yang bertugas memberi petunjuk kepada manusia tentang keesaan Allah SWT dan membina mereka agar melaksanakan ajaran-Nya. Ciri-ciri mereka dikemukakan dalam Al-Qur’an,
"... ialah orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah. Mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan." (Q.S. Al Ahzab : 39).
Perbedaan antara Nabi dan Rasul adalah : seorang Nabi menerima wahyu dari Allah SWT untuk dirinya sendiri, sedangkan Rasul menerima wahyu dari Allah SWT guna disampaikan kepada segenap umatnya. Para Nabi dan Rasul mempunyai 4 sifat wajib dan 4 sifat mustahil, serta satu sifat jaiz, yaitu :
1.Shiddiq (benar), Mustahil ia Kizib (dusta).
2.Amanah (dapat dipercaya), mustahil Khianat (curang).
3.Tabliqh (Menyampaikan wahyu kepada umatnya), Mustahil Kitman (menyembunyikan Wahyu).
4.Fathonah (Pandai/cerdas), Mustahil Jahlun (Bodoh).
5.Bersifat jaiz yaitu Aradhul Basyariyah (sifat-sifat sebagaimana manusia).
Di dunia ini telah banyak Nabi dan Rasul telah diturunkan, tetapi yang wajib diketahui oleh umat Islam adalah sebanyak 25 Nabi dan Rasul, yaitu :
NABI ADAM AS
Setelah
Allah s.w.t.menciptakan bumi dengan gunung-gunungnya, laut-lautannya dan tumbuh
- tumbuhannya, menciptakan langit dengan mataharinya, bulan dan
bintang-bintangnya yang bergemerlapan menciptakan malaikat-malaikatnya ialah
sejenis makhluk halus yangdiciptakan untuk beribadah menjadi perantara antara
Zat Yang Maha Kuasa dengan hamba-hamba terutama para rasul dan nabinya maka
tibalah kehendak Allah s.w.t. untuk menciptakan sejenis makhluk lain yang akan
menghuni dan mengisi bumi memeliharanya menikmati tumbuh-tumbuhannya,mengelola
kekayaan yang terpendam di dalamnya dan berkembang biak turun-temurun
waris-mewarisi sepanjang masa yang telah ditakdirkan baginya.
Kekhawatiran Para Malaikat.
Para malaikat ketika diberitahukan oleh Allah s.w.t. akan kehendak-Nya
menciptakan makhluk lain itu, mereka khuatir kalau-kalau kehendak Allah
menciptakan makhluk yang lain itu,disebabkan kecuaian atau kelalaian mereka
dalam ibadah dan menjalankan tugas atau karena pelanggaran yang mereka lakukan
tanpa disadari. Berkata mereka kepada Allah s.w.t.: "Wahai Tuhan kami!
Buat apa Tuhan menciptakan makhluk lain selain kami,padahal kami selalu
bertasbih, bertahmid, melakukan ibadah dan mengagungkan nama-Mu tanpa
henti-hentinya,sedang makhluk yang Tuhan akan ciptakan dan turunkan ke bumi
itu,nescaya akan bertengkar satu dengan lain,akan saling bunuh-membunuh
berebutan menguasai kekayaan alam yang terlihat diatasnya dan terpendam di
dalamnya,sehingga akan terjadilah kerusakan dan kehancuran di atas bumi yang
Tuhan ciptakan itu."
Allah berfirman, menghilangkan kekhuatiran para malaikat itu:
"Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui dan Aku sendirilah yang
mengetahui hikmat penguasaan Bani Adam atas bumi-Ku.Bila Aku telah
menciptakannya dan meniupkan roh kepada nya,bersujudlah kamu di hadapan makhluk
baru itu sebagai penghormatan dan bukan sebagai sujud ibadah,karena Allah
s.w.t. melarang hamba-Nya beribadah kepada sesama makhluk-Nya."
Kemudian diciptakanlah Adam oleh Allah s.w.t.dari segumpal tanah liat,kering
dan lumpur hitam yang berbentuk.Setelah disempurnakan bentuknya ditiupkanlah
roh ciptaan Tuhan ke dalamnya dan berdirilah ia tegak menjadi manusia yang
sempurna
.
Iblis Membangkang.
Iblis membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah seperti para malaikat yang
lain,yang segera bersujud di hadapan Adam sebagai penghormatan bagi makhluk
Allah yang akan diberi amanat menguasai bumi dengan segala apa yang hidup dan
tumbuh di atasnya serta yang terpendam di dalamnya.Iblis merasa dirinya lebih
mulia,lebih utama dan lebih agung dari Adam,karena ia diciptakan dari unsur
api,sedang Adam dari tanah dan lumpur.Kebanggaannya dengan asal usulnya
menjadikan ia sombong dan merasa rendah untuk bersujud menghormati Adam seperti
para malaikat yang lain,walaupun diperintah oleh Allah.
Tuhan bertanya kepada Iblis:"Apakah yang mencegahmu sujud menghormati
sesuatu yang telah Aku ciptakan dengan tangan-Ku?"
Iblis menjawab:"Aku adalah lebih mulia dan lebih unggul dari dia.Engkau
ciptakan aku dari api dan menciptakannya dari lumpur."
Karena kesombongan,kecongkakan dan pembangkangannya melakukan sujud yang
diperintahkan,maka Allah menghukum Iblis dengan mengusir dari syurga dan
mengeluarkannya dari barisan malaikat dengan disertai kutukan dan laknat yang
akan melekat pd.dirinya hingga hari kiamat.Di samping itu ia dinyatakan sebagai
penghuni neraka.
Iblis dengan sombongnya menerima dengan baik hukuman Tuhan itu dan ia hanya
mohon agar kepadanya diberi kesempatan untuk hidup kekal hingga hari
kebangkitan kembali di hari kiamat.Allah meluluskan permohonannya dan
ditangguhkanlah ia sampai hari kebangkitan,tidak berterima kasih dan bersyukur
atas pemberian jaminan itu,bahkan sebaliknya ia mengancam akan menyesatkan
Adam,sebagai sebab terusirnya dia dari syurga dan dikeluarkannya dari barisan
malaikat,dan akan mendatangi anak-anak keturunannya dari segala sudut untuk
memujuk mereka meninggalkan jalan yang lurus dan bersamanya menempuh jalan yang
sesat,mengajak mereka melakukan maksiat dan hal-hal yang terlarang,menggoda
mereka supaya melalaikan perintah-perintah agama dan mempengaruhi mereka agar
tidak bersyukur dan beramal soleh.
Kemudian Allah berfirman kepada Iblis yang terkutuk itu:
"Pergilah engkau bersama pengikut-pengikutmu yang semuanya akan menjadi
isi neraka Jahanam dan bahan bakar neraka.Engkau tidak akan berdaya menyesatkan
hamba-hamba-Ku yang telah beriman kepada Ku dengan sepenuh hatinya dan memiliki
aqidah yang mantap yang tidak akan tergoyah oleh rayuanmu walaupun engkau
menggunakan segala kepandaianmu menghasut dan memfitnah."
Pengetahuan Adam Tentang Nama-Nama Benda.
Allah hendak menghilangkan anggapan rendah para malaikat terhadap Adam dan
menyakinkan mereka akan kebenaran hikmat-Nya menunjuk Adam sebagai penguasa
bumi,maka diajarkanlah kepada Adam nama-nama benda yang berada di alam semesta,kemudian
diperagakanlah benda-benda itu di depan para malaikat seraya:"Cubalah
sebutkan bagi-Ku nama benda-benda itu,jika kamu benar merasa lebih mengetahui
dan lebih mengerti dari Adam."
Para malaikat tidak berdaya memenuhi tentangan Allah untuk menyebut nama-nama
benda yang berada di depan mereka.Mereka mengakui ketidak-sanggupan mereka
dengan berkata:"Maha Agung Engkau! Sesungguhnya kami tidak memiliki
pengetahuan tentang sesuatu kecuali apa yang Tuhan ajakan kepada
kami.Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana."
Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama itu kepada
para malaikat dan setelah diberitahukan oleh Adam,berfirmanlah Allah kepada
mereka:"Bukankah Aku telah katakan padamu bahawa Aku mengetahui rahsia
langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu
sembunyikan."
Adam Menghuni Syurga.
Adam diberi tempat oleh Allah di syurga dan baginya diciptakanlah Hawa untuk
mendampinginya dan menjadi teman hidupnya,menghilangkan rasa kesepiannya dan
melengkapi keperluan fitrahnya untuk mengembangkan keturunan. Menurut cerita
para ulamat Hawa diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam yang
disebelah kiri diwaktu ia masih tidur sehingga ketika ia terjaga,ia melihat
Hawa sudah berada di sampingnya.ia ditanya oleh malaikat:"Wahai Adam! Apa
dan siapakah makhluk yang berada di sampingmu itu?"
Berkatalah Adam:"Seorang perempuan."Sesuai dengan fitrah yang telah
diilhamkan oleh Allah kepadanya."Siapa namanya?"tanya malaikat
lagi."Hawa",jawab Adam."Untuk apa Tuhan menciptakan makhluk
ini?",tanya malaikat lagi.
Adam menjawab:"Untuk mendampingiku,memberi kebahagian bagiku dan mengisi
keperluan hidupku sesuai dengan kehendak Allah."
Allah berpesan kepada Adam:"Tinggallah engkau bersama isterimu di
syurga,rasakanlah kenikmatan yang berlimpah-limpah didalamnya,rasailah dan
makanlah buah-buahan yang lazat yang terdapat di dalamnya sepuas hatimu dan
sekehendak nasfumu.Kamu tidak akan mengalami atau merasa lapar,dahaga ataupun
letih selama kamu berada di dalamnya.Akan tetapi Aku ingatkan janganlah makan
buah dari pohon ini yang akan menyebabkan kamu celaka dan termasuk orang-orang
yang zalim.Ketahuilah bahawa Iblis itu adalah musuhmu dan musuh isterimu,ia
akan berusaha membujuk kamu dan menyeret kamu keluar dari syurga sehingga
hilanglah kebahagiaan yang kamu sedang nikmat ini."
Iblis Mulai Beraksi.
Sesuai dengan ancaman yang diucapkan ketika diusir oleh allah dari Syurga
akibat pembangkangannya dan terdorong pula oleh rasa iri hati dan dengki
terhadap Adam yang menjadi sebab sampai ia terkutuk dan terlaknat
selama-lamanya tersingkir dari singgahsana kebesarannya.Iblis mulai menunjukkan
rancangan penyesatannya kepada Adam dan Hawa yang sedang hidup berdua di syurga
yang tenteram, damai dan bahagia.
Ia menyatakan kepada mereka bahawa ia adalah kawan mereka dan ingin memberi
nasihat dan petunjuk untuk kebaikan dan mengekalkan kebahagiaan mereka.Segala
cara dan kata-kata halus digunakan oleh Iblis untuk mendapatkan kepercayaan
Adam dan Hawa bahawa ia betul-betul jujur dalam nasihat dan petunjuknya kepada
mereka.Ia membisikan kepada mereka bahwa.larangan Tuhan kepada mereka memakan
buah-buah yang ditunjuk itu adalah karena dengan memakan buah itu mereka akan
menjelma menjadi malaikat dan akan hidup kekal.Diulang-ulangilah bujukannya
dengan menunjukkan akan harumnya bau pohon yang dilarang indah bentuk buahnya
dan lazat rasanya.Sehingga pada akhirnya termakanlah bujukan yang halus itu
oleh Adam dan Hawa dan dilanggarlah larangan Tuhan.
Allah mencela perbuatan mereka itu dan berfirman yang bermaksud: "Tidakkah
Aku mencegah kamu mendekati pohon itu dan memakan dari buahnya dan tidakkah Aku
telah ingatkan kamu bahawa syaitan itu adalah musuhmu yang nyata."
Adam dan Hawa mendengar firman Allah itu sedarlah ia bahawa mereka telah
terlanggar perintah Allah dan bahawa mereka telah melakukan suatu kesalahan dan
dosa besar.Seraya menyesal berkatalah mereka:"Wahai Tuhan kami! Kami telah
menganiaya diri kami sendiri dan telah melanggar perintah-Mu karena terkena
bujukan Iblis.Ampunilah dosa kami karena nescaya kami akan tergolong
orang-orang yang rugi bila Engkau tidak mengampuni dan mengasihi kami."
Adam dan Hawa Diturunkan Ke Bumi.
Allah telah menerima taubat Adam dan Hawa serta mengampuni perbuatan pelanggaran
yang mereka telah lakukan hal mana telah melegakan dada mereka dan
menghilangkan rasa sedih akibat kelalaian peringatan Tuhan tentang Iblis
sehingga terjerumus menjadi mangsa bujukan dan rayuannya yang manis namun
berancun itu.
Adam dan Hawa merasa tenteram kembali setelah menerima pengampunan Allah dan
selanjutnya akan menjaga jangan sampai tertipu lagi oleh Iblis dan akan
berusaha agar pelanggaran yang telah dilakukan dan menimbulkan murka dan
teguran Tuhan itu menjadi pengajaran bagi mereka berdua untuk lebih
berhati-hati menghadapi tipu daya dan bujukan Iblis yang terlaknat itu.Harapan
untuk tinggal terus di syurga yang telah pudar karena perbuatan pelanggaran
perintah Allah,hidup kembali dalam hati dan fikiran Adam dan Hawa yang merasa
kenikmatan dan kebahagiaan hidup mereka di syurga tidak akan terganggu oleh
sesuatu dan bahawa redha Allah serta rahmatnya akan tetap melimpah di atas
mereka untuk selama-lamanya.Akan tetapi Allah telah menentukan dalam takdir-Nya
apa yang tidak terlintas dalam hati dan tidak terfikirkan oleh mereka. Allah
s.w.t.yang telah menentukan dalam takdir-nya bahawa bumi yang penuh dengan
kekayaan untuk dikelolanya,akan dikuasai kepada manusia keturunan Adam
memerintahkan Adam dan Hawa turun ke bumi sebagai benih pertama dari
hamba-hambanya yang bernama manusia itu.Berfirmanlah Allah kepada
mereka:"Turunlah kamu ke bumi sebagian daripada kamu menjadi musuh bagi
sebagian yang lain kamu dapat tinggal tetap dan hidup disan sampai waktu yang
telah ditentukan."
Turunlah Adam dan Hawa ke bumi menghadapi cara hidup baru yang jauh berlainan
dengan hidup di syurga yang pernah dialami dan yang tidak akan berulang
kembali.Mereka harus menempuh hidup di dunia yang fana ini dengan suka dan
dukanya dan akan menurunkan umat manusia yang beraneka ragam sifat dan
tabiatnya berbeda-beda warna kulit dan kecerdasan otaknya.Umat manusia yang
akan berkelompok-kelompok menjadi suku-suku dan bangsa-bangsa di mana yang satu
menjadi musuh yang lain saling bunuh-membunuh aniaya-menganianya dan tindas-menindas
sehingga dari waktu ke waktu Allah mengutus nabi-nabi-Nya dan rasul-rasul-Nya
memimpin hamba-hamba-Nya ke jalan yang lurus penuh damai kasih sayang di antara
sesama manusia jalan yang menuju kepada redha-Nya dan kebahagiaan manusia di
dunia dan akhirat.
Kisah Adam dalam Al-Quran.
Al_Quran menceritakan kisah Adam dalam beberapa surah di antaranya surah
Al_Baqarah ayat 30 sehingga ayat 38 dan surah Al_A'raaf ayat 11 sehingga 25
Pengajaran Yang Terdapat Dari Kisah Adam.
Bahawasanya hikmah yang terkandung dalam perintah-perintah dan
larangan-larangan Allah dan dalam apa yang diciptakannya kadangkala tidak atau
belum dapat dicapai oelh otak manusia bahkan oleh makhluk-Nya yang terdekat
sebagaimana telah dialami oleh para malaikat tatkala diberitahu bahawa Allah
akan menciptakan manusia - keturunan Adam untuk menjadi khalifah-Nya di bumi
sehingga mereka seakan-akan berkeberatan dan bertanya-tanya mengapa dan untuk
apa Allah menciptakan jenis makhluk lain daripada mereka yang sudah patuh rajin
beribadat, bertasbih, bertahmid dan mengagungkan nama-Nya.
Bahawasanya manusia walaupun ia telah dikurniakan kecergasan berfikir dan
kekuatan fizikal dan mental ia tetap mempunyai beberapa kelemahan pada dirinya
seperti sifat lalai, lupa dan khilaf. Hal mana telah terjadi pada diri Nabi
Adam yang walaupun ia telah menjadi manusia yang sempurna dan dikurniakan
kedudukan yang istimewa di syurga ia tetap tidak terhindar dari sifat-sifat
manusia yang lemah itu.Ia telah lupa dan melalaikan peringatan Allah kepadanya
tentang pohon terlarang dan tentang Iblis yang menjadi musuhnya dan musuh
seluruh keturunannya, sehingga terperangkap ke dalam tipu daya dan terjadilah
pelanggaran pertama yang dilakukan oleh manusia terhadap larangan Allah.
Bahawasanya seseorang yang telah terlanjur melakukan maksiat dan berbuat dosa
tidaklah ia sepatutnya berputus asa dari rahmat dan ampunan Tuhan asalkan ia
sedar akan kesalahannya dan bertaubat tidak akan melakukannya kembali.Rahmat
allah dan maghfirah-Nya dpt mencakup segala dosa yang diperbuat oleh hamba-Nya
kecuali syirik bagaimana pun besar dosa itu asalkan diikuti dengan kesedaran
bertaubat dan pengakuan kesalahan.
Sifat sombong dan congkak selalu membawa akibat kerugian dan
kebinasaan.Lihatlah Iblis yang turun dari singgahsananya dilucutkan
kedudukannya sebagai seorang malaikat dan diusir oleh Allah dari syurga dengan
disertai kutukan dan laknat yang akan melekat kepada dirinya hingga hari Kiamat
karena kesombongannya dan kebanggaaannya dengan asal-usulnya sehingga ia
menganggap dan memandang rendah kepada Nabi Adam dan menolak untuk sujud
menghormatinya walaupun diperintahkan oleh Allah s.w.t.
NABI IDRIS AS
Tidak
banyak keterangan yang didapat tentang kisah Nabi Idris di dalam Al-Quran
maupun dalam kitab-kitab Tafsir dan kitab-kitab sejarah nabi-nabi. Di dalam
Al-Quran hanya terdapat dua ayat tentang Nabi Idris yaitu dalam surah Maryam
ayat 56 dan 57:
"Dan ceritakanlah ( hai Muhammad kepada mereka , kisah ) Idris yang
terdapat di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat
membenarkan dan seorang nabi. 57 - Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat
yang tinggi." { Maryam : 56 - 57 }
Nabi Idris adalah keturunan keenam dari Nabi Adam putera dari Yarid bin
Mihla'iel bin Qinan bin Anusy bin Syith bin Adam A.S. dan adalah keturunan
pertama yang dikurniai kenabian menjadi Nabi setelah Adam dan Syith.
Nabi Idris menurut sementara riwayat bermukim di Mesir di mana ia berdakwah
untuk agama Allah mengajarkan tauhid dan beribadat menyembah Allah serta
membeeri beberapa pendoman hidup bagi pengikut-pengikutnya agar menyelamat diri
darii seksaan di akhirat dan kehancuran serta kebinasaan di dunia. Ia hidup
sampai usia 82 tahun.
Diantara beberapa nasihat dan kata-kata mutiaranya ialah :
1 . Kesabaran yang disertai iman kepada Allah membawa kemenangan.
2 . Orang yang bahagia ialah orang yang berwaspada dan mengharapkan syafaat
dari Tuhannya dengan amal-amal solehnya.
3 . Bila kamu memohon sesuatu kepada Allah dan berdoa maka ikhlaskanlah niatmu
demikian pula puasa dan solatmu.
4 . Janganlah bersumpah dalam keadaan kamu berdusta dan janganlah menuntup
sumpah dari orang yang berdusta agar kamu tidak menyekutui mereka dalam dosa.
5 . Taatlah kepada raja-rajamu dan tunduklah kepada pembesar-pembesarmu serta
penuhilah selalu mulut-mulutmu dengan ucapan syukur dan puji kepada Allah.
6 . Janganlah iri hati kepada orang-orang yang baik nasibnya, karena mereka
tidak akan banyak dan lama menikmati kebaikan nasibnya.
7 . Barang siapa melampaui kesederhanaan tidak sesuatu pun akan memuaskannya.
8 . Tanpa membagi-bagikan nikmat yang diperolehnya seorang tidak dapat
bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang diperolehnya itu.
Dalam hubungan dengan firman Allah bahawa Nabi Idris diangkat kemartabat tinggi
Ibnu Abi Hatim dalam tafsirnya meriwayatkan bahawa Nabi Idris wafat tatkala
berada di langit keempat dibawa oleh seorang Malaikat Wallahu a'alam bissawab
NABI NUH AS
Nabi
Nuh adalah nabi keempat sesudah Adam, Syith dan Idris dan keturunan kesembilan
dari Nabi Adam. Ayahnya adalah Lamik bin Metusyalih bin Idris.
Dakwah Nabi Nuh Kepada Kaumnya
Nabi Nuh menerima wahyu kenabian dari Allah dalam masa "fatrah" masa
kekosongan di antara dua rasul di mana biasanya manusia secara berangsur-angsur
melupakan ajaran agama yang dibawa oleh nabi yang meninggalkan mereka dan
kembali bersyirik meninggalkan amal kebajikan, melakukan kemungkaran dan
kemaksiatan di bawah pimpinan Iblis.
Demikianlah maka kaum Nabi Nuh tidak luput dari proses tersebut, sehingga
ketika Nabi Nuh datang di tengah-tengah mereka, mereka sedang menyembah berhala
ialah patung-patung yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri disembahnya
sebagai tuhan-tuhan yang dapat membawa kebaikan dan manfaat serta menolak
segala kesengsaraan dan kemalangan.berhala-berhala yang dipertuhankan dan
menurut kepercayaan mereka mempunyai kekuatan dan kekuasaan ghaib ke atas
manusia itu diberinya nama-nama yang silih berganti menurut kehendak dan selera
kebodohan mereka.Kadang-kadang mereka namakan berhala mereka " Wadd "
dan " Suwa " kadangkala " Yaguts " dan bila sudah bosan
digantinya dengan nama " Yatuq " dan " Nasr ".
Nabi Nuh berdakwah kepada kaumnya yang sudah jauh tersesat oleh iblis itu,
mengajak mereka meninggalkan syirik dan penyembahan berhala dan kembali kepada
tauhid menyembah Allah Tuhan sekalian alam melakukan ajaran-ajaran agama yang
diwahyukan kepadanya serta meninggalkan kemungkaran dan kemaksiatan yang
diajarkan oleh Syaitan dan Iblis.
Nabi Nuh menarik perhatian kaumnya agar melihat alam semesta yang diciptakan
oleh Allah berupa langit dengan matahari, bulan dan bintang-bintang yang
menghiasinya, bumi dengan kekayaan yang ada di atas dan di bawahnya, berupa
tumbuh-tumbuhan dan air yang mengalir yang memberi kenikmatan hidup kepada
manusia, pengantian malam menjadi siang dan sebaliknya yang kesemua itu menjadi
bukti dan tanda nyata akan adanya keesaan Tuhan yang harus disembah dan bukan
berhala-berhala yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri.Di samping itu
Nabi Nuh juga memberitakan kepada mereka bahwa akan ada gajaran yang akan
diterima oleh manusia atas segala amalannya di dunia iaitu syurga bagi amalan
kebajikan dan neraka bagi segala pelanggaran terhadap perintah agama yang
berupa kemungkaran dan kemaksiatan.
Nabi Nuh yang dikurniakan Allah dengan sifat-sifat yang patut dimiliki oleh seorang
nabi, fasih dan tegas dalam kata-katanya, bijaksana dan sabar dalam
tindak-tanduknya melaksanakan tugas risalahnya kepada kaumnya dengan penuh
kesabaran dan kebijaksanaan dengan cara yang lemah lembut mengetuk hati nurani
mereka dan kadang kala dengan kata-kata yang tajam dan nada yang kasar bila
menghadapi pembesar-pembesar kaumnya yang keras kepala yang enggan menerima
hujjah dan dalil-dalil yang dikemukakan kepada mereka yang tidak dapat mereka
membantahnya atau mematahkannya.
Akan tetapi walaupun Nabi Nuh telah berusaha sekuat tanaganya berdakwah kepda
kaumnya dengan segala kebijaksanaan, kecekapan dan kesabaran dan dalam setiap
kesempatan, siang mahupun malam dengan cara berbisik-bisik atau cara terang dan
terbuka terbyata hanya sedikit sekali dari kaumnya yang dpt menerima dakwahnya
dan mengikuti ajakannya, yang menurut sementara riwayat tidak melebihi bilangan
seratus orang Mereka pun terdiri dari orang-orang yang miskin berkedudukan
sosial lemah. Sedangkan orang yang kaya-raya, berkedudukan tingi dan terpandang
dalam masyarakat, yang merupakan pembesar-pembesar dan penguasa-penguasa tetap
membangkang, tidak mempercayai Nabi Nuh mengingkari dakwahnya dan sesekali
tidak merelakan melepas agamanya dan kepercayaan mereka terhadap
berhala-berhala mereka, bahkan mereka berusaha dengan mengadakan persekongkolan
hendak melumpuhkan dan mengagalkan usaha dakwah Nabi nuh.
Berkata mereka kepada Nabi Nuh:"Bukankah engkau hanya seorang daripada
kami dan tidak berbeda drp kami sebagai manusia biasa. Jikalau betul Allah akan
mengutuskan seorang rasul yang membawa perintah-Nya, nescaya Ia akan
mengutuskan seorang malaikat yang patut kami dengarkan kata-katanya dan kami
ikuti ajakannya dan bukan manusia biasa seperti engkau hanya dpt diikuti
orang-orang rendah kedudukan sosialnya seperti para buruh petani orang-orang
yang tidak berpenghasilan yang bagi kami mereka seperti sampah
masyarakat.Pengikut-pengikutmu itu adalah orang-orang yang tidak mempunyai daya
fikiran dan ketajaman otak, mereka mengikutimu secara buta tuli tanpa
memikirkan dan menimbangkan masak-masak benar atau tidaknya dakwah dan ajakanmu
itu. Cuba agama yang engkau bawa dan ajaran -ajaran yang engkau sadurkan kepada
kami itu betul-betul benar, nescaya kamilah dulu mengikutimu dan bukannya
orang-orang yang mengemis pengikut-pengikutmu itu. kami sebagai pemuka-pemuka
masyarakat yang pandai berfikir, memiliki kecerdasan otak dan pandangan yang
luas dan yang dipandang masyarakat sebagai pemimpin-pemimpinnya, tidaklah mudak
kami menerima ajakanmu dan dakwahmu.Engkau tidak mempunyai kelebihan di atas
kami tentang soaL-soal kemasyarakatan dan pergaulan hidup.kami jauh lebih
pandai dan lebih mengetahui drpmu tentang hal itu semua.nya.Anggapan kami
terhadapmu, tidak lain dan tidak bukan, bahawa engkau adalh pendusta
belaka."
Nuh berkata, menjawab ejekan dan olok-olokan kaumnya:"Adakah engkau
mengira bahwa aku dpt memaksa kamu mengikuti ajaranku atau mengira bahwa aku
mempunyai kekuasaan untuk menjadikan kamu orang-orang yang beriman jika kamu
tetap menolak ajakan ku dan tetap membuta-tuli terhadap bukti-bukti kebenaran
dakwahku dan tetap mempertahakan pendirianmu yang tersesat yang diilhamkan oleh
kesombongan dan kecongkakan karena kedudukan dan harta-benda yang kamu
miliki.Aku hanya seorang manusia yang mendpt amanat dan diberi tugas oleh Allah
untuk menyampaikan risalah-Nya kepada kamu. Jika kamu tetap berkeras kepala dan
tidak mahu kembali ke jalan yang benar dan menerima agama Allah yang
diutuskan-Nya kepada ku maka terserahlah kepada Allah untuk menentukan hukuman-Nya
dan gajaran-Nya keatas diri kamu. Aku hanya pesuruh dan rasul-Nya yang
diperintahkan untuk menyampaikan amanat-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dialah yang
berkuasa memberi hidayah kepadamu dan mengampuni dosamu atau menurunkan azab
dan seksaan-Nya di atas kamu sekalian jika Ia kehendaki.Dialah pula yang
berkuasa menurunkan seksa danazab-nya di dunia atau menangguhkannya sampai hari
kemudian. Dialah Tuhan pencipta alam semesta ini, Maha Kuasa ,Maha Mengetahui,
maha pengasih dan Maha Penyayang.".
Kaum Nuh mengemukakan syarat dengan berkata:"Wahai Nuh! Jika engkau
menghendaki kami mengikutimu dan memberi sokongan dan semangat kepada kamu dan
kepada agama yang engkau bawa, maka jauhkanlah para pengikutmu yang terdiri
dari orang-orang petani, buruh dan hamaba-hamba sahaya itu. Usirlah mereka dari
pengaulanmu karena kami tidak dpt bergaul dengan mereka duduk berdampingan
dengan mereka mengikut cara hidup mereka dan bergabung dengan mereka dalam
suatu agama dan kepercayaan. Dan bagaimana kami dpt menerima satu agama yang
menyamaratakan para bangsawan dengan orang awam, penguasa dan pembesar dengan
buruh-buruhnya dan orang kaya yang berkedudukan dengan orang yang miskin dan
papa."
Nabi Nuh menolak pensyaratan kaumnya dan berkata:"Risalah dan agama yang
aku bawa adalah untuk semua orang tiada pengecualian, yang pandai mahupun yang
bodoh, yang kaya mahupun miskin, majikan ataupun buruh ,diantara peguasa dan
rakyat biasa semuanya mempunyai kedudukan dan tempat yang sama trehadap agama
dan hukum Allah. Andai kata aku memenuhi pensyaratan kamu dan meluluskan
keinginanmu menyingkirkan para pengikutku yang setia itu, maka siapakah yang
dpt ku harapkan akan meneruskan dakwahku kepada orang ramai dan bagaimana aku
sampai hati menjauhkan drpku orang-orang yang telah beriman dan menerima
dakwahku dengan penuh keyakinan dan keikhlasan di kala kamu menolaknya serta
mengingkarinya, orang-orang yang telah membantuku dalam tugasku di kala kamu
menghalangi usahaku dan merintangi dakwahku. Dan bagaimanakah aku dpt
mempertanggungjawabkan tindakan pengusiranku kepada mereka terhadap Allah bila
mereka mengadu bahawa aku telah membalas kesetiaan dan ketaatan mereka dengan
sebaliknya semata-mata untuk memenuhi permintaanmu dan tunduk kepada
pensyaratanmu yang tidak wajar dan tidak dpt diterima oleh akal dan fikiran
yang sihat. Sesungguhnay kamu adalah orang-orang yang bodoh dan tidak
berfikiran sihat.
Pada akhirnya, karena merasa tidak berdaya lagi mengingkari kebenaran kata-kata
Nabi Nuh dan merasa kehabisan alasan dan hujjah untuk melanjutkan dialog dengan
beliau, maka berkatalah mereka:
"Wahai Nabi Nuh! Kita telah banyak bermujadalah dan berdebat dan cukup
berdialog serta mendengar dakwahmu yang sudah menjemukan itu. Kami tetap tidak
akan mengikutimu dan tidak akan sesekali melepaskan kepercayaan dan
adat-istiadat kami sehingga tidak ada gunanya lagi engkau mengulang-ulangi
dakwah dan ajakanmu dan bertegang lidah dengan kami. datangkanlah apa yang
engkau benar-benar orang yang menepati janji dan kata-katanya. Kami ingin
melihat kebenaran kata-katamu dan ancamanmu dalam kenyataan. Karena kami masih
tetap belum mempercayaimu dan tetap meragukan dakwahmu."
Nabi Nuh Berputus Asa Dari Kaumnya
Nabi Nuh berada di tengah-tengah kaumnya selama sembilan ratus lima puluh tahun
berdakwah menyampaikan risalah Tuhan, mengajak mereka meninmggalkan penyembahan
berhala dan kembali menyembah dan beribadah kepada Allah Yang maha Kuasa
memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat dan gelap ke jalan yang benar dan
terang, mengajar mereka hukum-hukum syariat dan agama yang diwahyukan oleh
Allah kepadanya, mangangkat darjat manusia yang tertindas dan lemah ke tingak
yang sesuai dengan fitrah dan qudratnya dan berusaha menghilangkan sifat-sifat
sombong dan bongkak yang melekat pd para pembesar kaumnya dan medidik agar
mereka berkasih sayang, tolong-menolong diantara sesama manusia. Akan tetapi
dalam waktu yang cukup lama itu, Nabi Nuh tidak berhasil menyedarkan an menarik
kaumnya untuk mengikuti dan menerima dakwahnya beriman, bertauhid dan beribadat
kepada Allah kecuali sekelompok kecil kaumnya yang tidak mencapai seramai
seratus orang, walaupun ia telah melakukan tugasnya dengan segala daya-usahanya
dan sekuat tenaganya dengan penuh kesabaran dan kesulitan menghadapi
penghinaan, ejekan dan cercaan makian kaumnya, karena ia mengharapkan akan dtg
masanya di mana kaumnya akan sedar diri dan dtg mengakui kebenarannya dan
kebenaran dakwahnya. Harapan Nabi Nuh akan kesedaran kaumnya ternyata makin
hari makin berkurangan dan bahawa sinar iman dan takwa tidak akan menebus ke
dalam hati mereka yang telah tertutup rapat oleh ajaran dan bisikan Iblis. Hal
mana Nabi Nuh berupa berfirman Allah yang bermaksud:
"Sesungguhnya tidak akan seorang drp kaumnya mengikutimu dan beriman
kecuali mereka yang telah mengikutimu dan beriman lebih dahulu, maka jgnlah
engkau bersedih hati karena apa yang mereka perbuatkan."
Dengan penegasan firman Allah itu, lenyaplah sisa harapan Nabi Nuh dari kaumnya
dan habislah kesabarannya. Ia memohon kepada Allah agar menurunkan Azab-Nya di
atas kaumnya yang berkepala batu seraya berseru:"Ya Allah! Jgnlah Engkau
biarkan seorang pun drp orang-orang kafir itu hidup dan tinggal di atas bumi
ini. Mareka akan berusaha menyesatkan hamba-hamba-Mu, jika Engkau biarkan
mereka tinggal dan mereka tidak akan melahirkan dan menurunkan selain anak-anak
yang berbuat maksiat dan anak-anak yang kafir spt.mereka."
Doa Nabi Nuh dikalbulkan oleh Allah dan permohonannya diluluskan dan tidak
perlu lagi menghiraukan dan mempersoalkan kaumnya, karena mereka itu akan
menerima hukuman Allah dengan mati tenggelam.
Nabi Nuh Membuat Kapal
Setelah menerima perintah Allah untuk membuat sebuah kapal, segeralah Nabi Nuh
mengumpulkan para pengikutnya dan mulai mereka mengumpulkan bhn yang diperlukan
untuk maksud tersebut, kemudian dengan mengambil tempat di luar dan agak jauh
dari kota dan keramaiannya mereka dengan rajin dan tekun bekerja siang dan
malam menyelesaikan pembinaan kapal yang diperintahkan itu.
Walaupun Nabi Nuh telah menjauhi kota dan masyarakatnya, agar dpt bekerja dengan
tenang tanpa gangguan bagi menyelesaikan pembinaan kapalnya namun ia tidak
luput dari ejekan dan cemuhan kaumnya yang kebetulan atau sengaja melalui
tempat kerja membina kapal itu. Mereka mengejek dan mengolok-olk dengan
mengatakan:"Wahai Nuh! Sejak bila engkau telah menjadi tukang kayu dan
pembuat kapal?Bukankah engkau seorang nabi dan rasul menurut pengakuanmu,
kenapa sekarang menjadi seorang tukang kayu dan pembuat kapal.Dan kapal yang
engkau buat itu di tempat yang jauh dari air ini adalah maksudmu untuk ditarik
oleh kerbau ataukah mengharapkan angin yang ankan menarik kapalmu ke
laut?"Dan lain-lain kata ejekan yang diterima oleh Nabi Nuh dengan sikap
dingin dan tersenyum seraya menjawab:"Baiklah tunggu saja saatnya nanti,
jika kamu sekrg mengejek dan mengolok-olok kami maka akan tibalah masanya kelak
bg kami untuk mengejek kamu dan akan kamu ketahui kelak untuk apa kapal yang
kami siapkan ini.Tunggulah saatnya azab dan hukuman Allah menimpa atas diri
kamu."
Setelah selesai pekerjaan pembuatan kapal yang merupakan alat pengangkutan laut
pertama di dunia, Nabi Nuh menerima wahyu dari Allah:"Siap-siaplah engkau
dengan kapalmu, bila tiba perintah-Ku dan terlihat tanda-tanda drp-Ku maka
segeralah angkut bersamamu di dalam kapalmu dan kerabatmu dan bawalah dua
pasang dari setiap jenis makhluk yang ada di atas bumi dan belayarlah dengan
izin-Ku."
Kemudian tercurahlah dari langit dan memancur dari bumi air yang deras dan
dahsyat yang dalam sekelip mata telah menjadi banjir besar melanda seluruh kota
dan desa menggenangi daratan yang rendah mahupun yang tinggi sampai mencapai
puncak bukit-bukit sehingga tiada tempat berlindung dari air bah yang dahsyat
itu kecuali kapal Nabi Nuh yang telah terisi penuh dengan para orang mukmin dan
pasangan makhluk yang diselamatkan oleh Nabi Nuh atas perintah Allah.
Dengan iringan"Bismillah majraha wa mursaha"belayarlah kapal Nabi Nuh
dengan lajunya menyusuri lautan air, menentang angin yang kadang kala lemah
lembut dan kadang kala ganas dan ribut. Di kanan kiri kapal terlihatlah
orang-orang kafir bergelut melawan gelombang air yang menggunung berusaha
menyelamat diri dari cengkaman maut yang sudah sedia menerkam mereka di dalam
lipatan gelombang-gelombang itu.
Tatkala Nabi Nuh berada di atas geladak kapal memperhatikan cuaca dan
melihat-lihat orang-orang kafir dari kaumnya sedang bergelimpangan di atas
permukaan air, tiba-tiba terlihatlah olehnya tubuh putera sulungnya yang
bernama "Kan'aan" timbul tenggelam dipermainkan oleh gelombang yang
tidak menaruh belas kasihan kepada orang-orang yang sedang menerima hukuman
Allah itu. Pada saat itu, tanpa disadari, timbullah rasa cinta dan kasih sayang
seorang ayah terhadap putera kandungnya yang berada dalam keadaan cemas
menghadapi maut ditelan gelombang.
Nabi Nuh secara spontan, terdorong oleh suara hati kecilnya berteriak dengan
sekuat suaranya memanggil puteranya:Wahai anakku! Datanglah kemari dan
gabungkan dirimu bersama keluargamu. Bertaubatlah engkau dan berimanlah kepada
Allah agar engkau selamat dan terhindar dari bahaya maut yang engkau menjalani
hukuman Allah." Kan'aan, putera Nabi Nuh, yang tersesat dan telah terkena
racun rayuan syaitan dan hasutan kaumnya yang sombong dan keras kepala itu
menolak dengan keras ajakan dan panggilan ayahnya yang menyayanginya dengan kata-kata
yang menentang:"Biarkanlah aku dan pergilah, jauhilah aku, aku tidak sudi
berlindung di atas geladak kapalmu aku akan dapat menyelamatkan diriku sendiri
dengan berlindung di atas bukit yang tidak akan dijangkau oleh air bah
ini."
Nuh menjawab:"Percayalah bahawa tempat satu-satunya yang dapat
menyelamatkan engkau ialah bergabung dengan kami di atas kapal ini. Masa tidak
akan ada yang dapat melepaskan diri dari hukuman Allah yang telah ditimpakan
ini kecuali orang-orang yang memperolehi rahmat dan keampunan-Nya."
Setelah Nabi Nuh mengucapkan kata-katanya tenggelamlah Kan'aan disambar
gelombang yang ganas dan lenyaplah ia dari pandangan mata ayahnya,
tergelincirlah ke bawah lautan air mengikut kawan-kawannya dan
pembesar-pembesar kaumnya yang durhaka itu.
Nabi Nuh bersedih hati dan berdukacita atas kematian puteranya dalam keadaan
kafir tidak beriman dan belum mengenal Allah. Beliau berkeluh-kesah dan berseru
kepada Allah:"Ya Tuhanku, sesungguhnya puteraku itu adalah darah dagingku
dan adalah bahagian dari keluargaku dan sesungguhnya janji-Mu adalha janji
benar dan Engkaulah Maha Hakim yang Maha Berkuasa."Kepadanya Allah
berfirman:"Wahai Nuh! Sesungguhnya dia puteramu itu tidaklah termasuk
keluargamu, karena ia telah menyimpang dari ajaranmu, melanggar perintahmu
menolak dakwahmu dan mengikuti jejak orang-orang yang kafir drp kaummu.Coretlah
namanya dari daftar keluargamu.Hanya mereka yang telah menerima dakwahmu
mengikuti jalanmu dan beriman kepada-Ku dpt engkau masukkan dan golongkan ke
dalam barisan keluargamu yang telah Aku janjikan perlindungannya danterjamin
keselamatan jiwanya.Adapun orang-orang yang mengingkari risalah mu, mendustakan
dakwahmu dan telah mengikuti hawa nafsunya dan tuntutan Iblis, pastilah mereka
akan binasa menjalani hukuman yang telah Aku tentukan walau mereka berada
dipuncak gunung. Maka janganlah engkau sesekali menanyakan tentang sesuatu yang
engkau belum ketahui. Aku ingatkan janganlah engkau sampai tergolong ke dalam
golongan orang-orang yang bodoh."
Nabi Nuh sedar segera setelah menerima teguran dari Allah bahwa cinta kasih
sayangnya kepada anaknya telah menjadikan ia lupa akan janji dan ancaman Allah
terhadap orang-orang kafir termasuk puteranya sendiri. Ia sedar bahawa ia
tersesat pd saat ia memanggil puteranya untuk menyelamatkannya dari bencana
banjir yang didorong oleh perasaan naluri darah yang menghubungkannya dengan
puteranya padahal sepatutnya cinta dan taat kepada Allah harus mendahului cinta
kepada keluarga dan harta-benda. Ia sangat sesalkan kelalaian dan kealpaannya
itu dan menghadap kepada Allah memohon ampun dan maghfirahnya dengan
berseru:"Ya Tuhanku aku berlindung kepada-Mu dari godaan syaitan yang
terlaknat, ampunilah kelalaian dan kealpaanku sehingga aku menanyakan sesuatu
yang aku tidak mengetahuinya. Ya Tuhanku bila Engkau tidak memberi ampun dan
maghfirah serta menurunkan rahmat bagiku, nescaya aku menjadi orang yang
rugi."
Setelah air bah itu mencapai puncak keganasannya dan habis binasalah kaum Nuh
yang kafir dan zalim sesuai dengan kehendak dan hukum Allah, surutlah lautan
air diserap bumi kemudian bertambatlah kapal Nuh di atas bukit " Judie
" dengan iringan perintah Allah kepada Nabi Nuh:"Turunlah wahai Nuh
ke darat engkau dan para mukmin yang menyertaimu dengan selamat dilimpahi
barakah dan inayah dari sisi-Ku bagimu dan bagi umat yang menyertaimu."
Kisah Nabi Nuh Dalam Al-Quran
Al-Quran menceritakan kisah Nabi Nuh dalam 43 ayat dari 28 surah di antaranya
surah Nuh dari ayat 1 sehinga 28, juga dalam surah "Hud" ayat 27
sehingga 48 yang mengisahkan dialog Nabi Nuh dengan kaumnya dan perintah
pembuatan kapal serta keadaan banjir yang menimpa di atas mereka.
Pelajaran Dari Kisah Nabi Nuh A.S.
Bahwasanya hubungan antara manusia yang terjalin karena ikatan persamaan
kepercayaan atau penamaan aqidah dan pendirian adalah lebih erat dan lebih
berkesan drp hubungan yang terjalin karena ikatan darah atau kelahiran. Kan'aan
yang walaupun ia adalah anak kandung Nabi Nuh, oleh Allah s.w.t. dikeluarkan
dari bilangan keluarga ayahnya karena ia menganut kepercayaan dan agama
berlainan dengan apa yang dianut dan didakwahkan oleh ayahnya sendiri, bahkan
ia berada di pihak yang memusuhi dan menentangnya.
Maka dalam pengertian inilah dapat difahami firman Allah dalam Al-Quran yang
bermaksud:"Sesungguhnya para mukmin itu adalah bersaudara." Demikian
pula hadis Rasulullah s.a.w.yang bermaksud:"Tidaklah sempurna iman
seseorang kecuali jika ia menyintai saudaranya yang beriman sebagaimana ia
menyintai dirinya sendiri."Juga peribahasa yang berbunyi:"Adakalanya
engkau memperolehi seorang saudara yang tidak dilahirkan oleh ibumu."
NABI HUUD AS
"Aad" adalah nama bapa suatu
suku yang hidup di jazirah Arab di suatu tempat bernama "Al-Ahqaf"
terletak di utara Hadramaut atr Yaman dan Umman dan termasuk suku yang tertua
sesudak kaum Nabi Nuh serta terkenal dengan kekuatan jasmani dalam bentuk
tubuh-tubuh yang besar dan sasa. Mereka dikurniai oleh Allah tanah yang subur
dengan sumber-sumber airnya yang mengalir dari segala penjuru sehinggakan
memudahkan mereka bercucuk tanam untuk bhn makanan mrk. dan memperindah tempat
tinggal mereka dengan kebun-kebun bunga yang indah-indah. Berkat kurnia Tuhan
itu mereka hidup menjadi makmur, sejahtera dan bahagia serta dalam waktu yang
singkat mereka berkembang biak dan menjadi suku yang terbesar diantara
suku-suku yang hidup di sekelilingnya.
Sebagaimana dengan kaum Nabi Nuh kaum Hud ialah suku Aad ini adalah penghidupan
rohaninya tidak mengenal Allah Yang Maha Kuasa Pencipta alam semesta. Mereka
membuat patung-patung yang diberi nama " Shamud" dan " Alhattar"
dan itu yang disembah sebagai tuhan mereka yang menurut kepercayaan mereka dpt
memberi kebahagiaan, kebaikan dan keuntungan serta dapat menolak kejahatan,
kerugian dan segala musibah. Ajaran dan agama Nabi Idris dan Nabi Nuh sudah
tidak berbekas dalam hati, jiwa serta cara hidup mereka sehari-hari. Kenikmatan
hidup yang mereka sedang tenggelam di dalamnya berkat tanah yang subur dan
menghasilkan yang melimpah ruah menurut anggapan mereka adalah kurniaan dan
pemberian kedua berhala mereka yang mereka sembah. Karenanya mereka tidak
putus-putus sujud kepada kedua berhala itu mensyukurinya sambil memohon
perlindungannya dari segala bahaya dan mushibah berupa penyakit atau
kekeringan.
Sebagai akibat dan buah dari aqidah yang sesat itu pergaulan hidup mereka
menjadi dikuasai oleh tuntutan dan pimpinan Iblis, di mana nilai-nilai moral
dan akhlak tidak menjadi dasar penimbangan atau kelakuan dan tindak-tanduk
seseorang tetapi kebendaan dan kekuatan lahiriahlah yang menonjol sehingga
timbul kerusuhan dan tindakan sewenang-wenang di dalam masyarakat di mana yang
kuat menindas yang lemah yang besar memperkosa yang kecil dan yang berkuasa
memeras yang di bawahnya. Sifat-sifat sombong, congkak, iri-hati, dengki, hasut
dan benci-membenci yang didorong oleh hawa nafsu merajalela dan menguasai
penghidupan mereka sehingga tidak memberi tempat kepada sifat-sifat belas
kasihan, sayang menyayang, jujur, amanat dan rendah hati. Demikianlah gambaran
masyarakat suku Aad tatkala Allah mengutuskan Nabi Hud sebagai nabi dan rasul
kepada mereka.
Nabi Hud Berdakwah Di Tengah-tengah Sukunya
Sudah menjadi sunnah Allah sejak diturunkannya Adam Ke bumi bahawa dari masa ke
semasa jika hamba-hamba-Nya sudah berada dalam kehidupan yang sesat sudah jauh
menyimpang dari ajaran-ajaran agama yang dibawa oleh Nabi-nabi-Nya diutuslah
seorang Nabi atau Rasul yang bertugas untuk menyegarkan kembali ajaran-ajaran
nabi-nabi yang sebelumnya mengembalikan masyarakat yang sudah tersesat ke
jalanlurus dan benar dan mencuci bersih jiwa manusiadari segala tahayul dan
syirik menggantinya dan mengisinya dengan iman tauhid dan aqidah yang sesuia
dengan fitrah.
Demikianlah maka kepada suku Aad yang telah dimabukkan oleh kesejahteraan hidup
dan kenikmatan duniawi sehingga tidak mengenalkan Tuhannya yang mengurniakan
itu semua. Di utuskan kepada mereka Nabi Hud seorang drp suku mereka sendiri
dari keluarga yang terpandang dan berpengaruh terkenal sejak kecilnya dengan
kelakuan yang baik budi pekerti yang luhur dan sgt bijaksana dalam pergaulan
dengan kawan-kawannya.
Nabi Hud memulai dakwahnya dengan menarik perhatian kaumnya suku Aad kepada
tanda-tanda wujudnya Allah yang berupa alam sekeliling mereka dan bahawa
Allahlah yang mencipta mereka semua dan mengurniakan mereka dengan segala
kenikmatan hidup yang berupa tanah yang subur, air yang mengalir serta
tubuh-tubuhan yang tegak dan kuat. Dialah yang seharusnya mereka sembah dan
bukan patung-patung yang mereka perbuat sendiri. Mereka sebagai manusia adalah
makhluk Tuhan paling mulia yang tidak sepatutnya merendahkan diri sujud
menyembah batu-batu yang sewaktunya dpt mereka hancurkan sendiri dan
memusnahkannya dari pandangan.
Di terangkan oleh Nabi Hud bahaw adia adalah pesuruh Allah yang diberi tugas
untuk membawa mereka ke jalan yang benar beriman kepada Allah yang menciptakan
mereka menghidup dan mematikan mereka memberi rezeki atau mencabutnya drp
mereka. Ia tidak mengharapkan upah dan menuntut balas jasa atas usahanya
memimpin dan menuntut mereka ke jalan yang benar. Ia hanya menjalankan perintah
Allah dan memperingatkan mereka bahawa jika mrk tetap menutup telinga dan mata
mrk menghadapi ajakan dan dakwahnya mereka akan ditimpa azab dan dibinasakan
oleh Allah sebagaimana terjadinya atas kaum Nuh yang mati binasa tenggelam
dalam air bah akibat kecongkakan dan kesombongan mereka menolak ajaran dan
dakwah Nabi Nuh seraya bertahan pada pendirian dan kepercayaan mereka kepada
berhala dan patung-patung yang mereka sembah dan puja itu.
Bagi kaum Aad seruan dan dakwah Nabi Hud itu merupakan barang yang tidak pernah
mrk dengar ataupun menduga. Mereka melihat bahawa ajaran yang dibawa oleh Nabi
Hud itu akan mengubah sama sekali cara hidup mereka dan membongkar peraturan
dan adat istiadat yang telah mereka kenal dan warisi dari nenek moyang mereka.
Mereka tercengang dan merasa hairan bahawa seorang dari suku mereka sendiri
telah berani berusaha merombak tatacara hidup mereka dan menggantikan agama dan
kepercayaan mereka dengan sesuatu yang baru yang mereka tidak kenal dan tidak
dpt dimengertikan dan diterima oleh akal fikiran mereka. Dengan serta-merta
ditolaklah oleh mereka dakwah Nabi Hud itu dengan berbagai alasan dan tuduhan
kosong terhadap diri beliau serta ejekan-ejekan dan hinaan yang diterimanya
dengan kepala dingin dan penuh kesabaran.
Berkatalah kaum Aad kepada Nabi Hud:"Wahai Hud! Ajaran dan agama apakah
yang engkau hendak anjurkan kepada kami? Engkau ingin agar kami meninggalkan
persembahan kami kepada tuhan-tuhan kami yang berkuasa ini dan menyembah tuhan
mu yang tidak dpt kami jangkau dengan pancaindera kami dan tuhan yang menurut
kata kamu tidak bersekutu. Cara persembahan yang kami lakukan ini ialah yang
telah kami warisi dari nenek moyang kami dan tidak sesekali kami tidak akan
meninggalkannya bahkan sebaliknya engkaulah yang seharusnya kembali kepada aturan
nenek moyangmu dan jgn mencederai kepercayaan dan agama mereka dengan memebawa
suatu agama baru yang tidak kenal oleh mereka dan tentu tidak akan
direstuinya."
Wahai kaumku! jawab Nabi Hud,Sesungguhnya Tuhan yang aku serukan ini kepada
kamu untuk menyembah-Nya walaupun kamu tidak dpt menjangkau-Nya dengan
pancainderamu namun kamu dpt melihat dam merasakan wujudnya dalam diri kamu
sendiri sebagai ciptaannya dan dalam alam semesta yang mengelilingimu beberapa
langit dengan matahari bulan dan bintang-bintangnya bumi dengan
gunung-ganangnya sungai tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang yang kesemuanya
dpt bermanfaat bagi kamu sebagai manusia. Dan menjadi kamu dpt menikmati
kehidupan yang sejahtera dan bahagia. Tuhan itulah yang harus kamu sembah dan
menundukkan kepala kamu kepada-Nya.Tuhan Yang Maha Esa tiada bersekutu tidak
beranak dan diperanakan yang walaupun kamu tidak dpt menjangkau-Nya dengan
pancainderamu, Dia dekat drp kamu mengetahui segala gerak-geri dan tingkah
lakumu mengetahui isi hati mu denyut jantungmu dan jalan fikiranmu. Tuhan
itulah yang harus disembah oleh manusia dengan kepercayaan penuh kepada
Keesaan-Nya dan kekuasaan-Nya dan bukan patung-patung yang kamu perbuat pahat
dan ukir dengan tangan kamu sendiri kemudian kamu sembah sebagai tuhan padahal
ia suatu barang yang pasif tidak dapat berbuat sesuatu yang menguntungkan atau
merugikan kamu. Alangkah bodohnya dan dangkalnya fikiranmu jika kamu tetap
mempertahankan agamamu yang sesat itu dan menolak ajaran dan agama yang telah
diwahyukan kepadaku oleh Allah Tuhan Yang Maha Esa itu."
Wahai Hud! jawab kaumnya,"Gerangan apakah yang menjadikan engkau
berpandangan dan berfikiran lain drp yang sudah menjadi pegangan hidup kami
sejak dahulu kala dan menjadikan engkau meninggalkan agama nenek moyangmu
sendiri bahkan sehingga engkau menghina dan merendahkan martabat tuhan-tuhan
kami dan memperbodohkan kami dan menganggap kami berakal sempit dan berfikiran
dangkal? Engkau mengaku bahwa engkau terpilih menjadi rasul pesuruh oleh
Tuhanmu untuk membawa agama dan kepercayaan baru kepada kami dan mengajak kami
keluar dari jalan yang sesat menurut pengakuanmu ke jalan yang benar dan lurus.
Kami merasa hairan dan tidak dpt menerima oleh akal kami sendiri bahwa engkau
telah dipilih menjadi pesuruh Tuhan. Apakah kelebihan kamu di atas seseorang
drp kami , engkau tidak lebih tidak kurang adalah seorang manusia biasa seperti
kami hidup makan minum dan tidur tiada bedanya dengan kami, mengapa engkau yang
dipilih oleh Tuhanmu? Sungguh engkau menurut anggapan kami seorang pendusta
besar atau mungkin engkau berfikiran tidak sihat terkena kutukan tuhan-tuhan
kami yang selalu engkau eje hina dan cemuhkan."
Wahai kaumku! jawab Nabi Hud, "aku bukanlah seorang pendusta dan fikiran
ku tetap waras dan sihat tidak krg sesuatu pun dan ketahuilah bahwa
patung-patungmu yang kamu pertuhankan itu tidak dpt mendatangkan sesuatu
gangguan atau penyakit bagi bandaku atau fikiranku. Kamu kenal aku, sejak lama
aku hidup di tengah-tengah kamu bahawa aku tidak pernah berdusta dan bercakap bohong
dan sepanjang pergaulanku dengan kamu tidak pernah terlihat pd diriku
tanda-tanda ketidak wajaran perlakuanku atau tanda-tanda yang meragukan
kewarasan fikiranku dan kesempurnaan akalku. Aku adalah benar pesuruh Allah
yang diberi amanat untuk menyampaikan wahyu-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang
sudah tersesat kemasukan pengaruh ajaran Iblis dan sudah jauh menyimpang dari
jalan yang benar yang diajar oleh nabi-nabi yang terdahulu karena Allah tidak
akan membiarkan hamba-hamba-Nya terlalu lama terlantar dalam kesesatan dan
hidup dalam kegelapan tanpa diutuskan seorang rasul yang menuntun mereka ke
jalan yang benar dan penghidupan yang diredhai-Nya. Maka percayalah kamu kepada
ku gunakanlah akal fikiran kamu berimanlah dan bersujudlah kepada Allah Tuhan
seru sekalian alam Tuhan yang menciptakan kamu menciptakan langit dan bumi
menurunkan hujan bagi menyuburkan tanah ladangmu, menumbuhkan tumbuh0tumbuhan
bagi meneruskan hidupmu. Bersembahlah kepada-Nya dan mohonlah ampun atas segala
perbuatan salah dan tindakan sesatmu, agar Dia menambah rezekimu dan kemakmuran
hidupmu dan terhindarlah kamu dari azab dunia sebagaimana yang telah dialami
oleh kaum Nuh dan kelak azab di akhirat. Ketahiulah bahawa kamu akan
dibangkitkan kembali kelak dari kubur kamu dan dimintai bertanggungjawab atas
segala perbuatan kamu di dunia ini dan diberi ganjaran sesuai dengan amalanmu
yang baik dan soleh mendpt ganjaran baik dan yang hina dan buruk akan
diganjarkan dengan api neraka. Aku hanya menyampaikannya risalah Allah kepada
kamu dan dengan ini telah memperingati kamu akan akibat yang akan menimpa
kepada dirimu jika kamu tetap mengingkari kebenaran dakwahku."
Kaum Aad menjawab: " Kami bertambah yakin dan tidak ragu lagi bahawa
engkau telah mendpt kutukan tuhan-tuhan kami sehingga menyebabkan fikiran kamu
kacau dan akalmu berubah menjadi sinting. Engkau telah mengucapkan kata-kata
yang tidak masuk akal bahwa jika kami mengikuti agamamu, akan bertambah rezeki
dan kemakmuran hidup kami dan bahawa kami akan dibangkitkan kembali dari kubur
kami dan menerima segala ganjaran atas segala amalan kami.Adakah mungkin kami
akan dibangkitkan kembali dari kubur kami setelah kami mati dan menjadi
tulang-belulang. Dan apakah azab dan seksaan yang engkau selalu menakut-nakuti
kami dan mengancamkannya kepada kami? Semua ini kami anggap kosong dan ancaman
kosong belaka. Ketahuilah bahwa kami tidak akan menyerah kepadamu dan mengikuti
ajaranmu karena bayangan azab dan seksa yang engkau bayang-bayangkannya kepada
kami bahkan kami menentang kepadamu datangkanlah apa yang engkau janjikan dan
ancamkan itu jika engkau betul-betul benar dalam kata-katamu dan bukan seorang
pendusta."
Baiklah! jawab Nabi Hud," Jika kamu meragukan kebenaran kata-kataku dan
tetap berkeras kepala tidak menghiraukan dakwahku dan meninggalkan
persembahanmu kepada berhala-berhala itu maka tunggulah saat tibanya pembalasan
Tuhan di mana kamu tidak akan dpt melepaskan diri dari bencananya. Allah
menjadi saksiku bahwa aku telah menyampaikan risalah-Nya dengan sepenuh
tenagaku kepada mu dan akan tetap berusaha sepanjang hayat kandung bandaku
memberi penerangan dan tuntunan kepada jalan yang baik yang telah digariskan
oleh Allah bagi hamba-hamba-Nya."
Pembalasan Allah Atas Kaum Aad
Pembalasan Tuhan terhadap kaum Aad yang kafir dan tetap membangkang itu
diturunkan dalam dua perinkat.Tahap pertama berupa kekeringan yang melanda
ladang-ladang dan kebun-kebun mrk, sehingga menimbulkan kecemasan dan
kegelisahan, kalau-kalau mereka tidak memperolehi hasil dari ladang-ladang dan
kebun-kebunnya seperti biasanya.Dalam keadaan demikian Nabi Hud masih berusaha
meyakinkan mereka bahawa kekeringan itu adalah suatu permulaan seksaan dari
Allah yang dijanjikan dan bahwa Allah masih lagi memberi kesempatan kepada
mereka untuk sedar akan kesesatan dan kekafiran mrk dan kembali beriman kepada
Allah dengan meninggalkan persembahan mrk yang bathil kemudian bertaubat dan
memohon ampun kepada Allah agar segera hujan turun kembali dengan lebatnya dan
terhindar mrk dari bahaya kelaparan yang mengancam. Akan tetapi mereka tetap
belum mahu percaya dan menganggap janji Nabi Hud itu adalah janji kosong
belaka. Mereka bahkan pergi menghadap berhala-berhala mereka memohon
perlindungan ari musibah yang mereka hadapi.
Tentangan mrk terhadap janji Allah yang diwahyukan kepada Nabi Hud segera
mendapat jawapan dengan dtgnya pembalasan tahap kedua yang dimulai dengan
terlihatnya gumpalan awan dan mega hitam yang tebal di atas mereka yang
disambutnya dengan sorak-sorai gembira, karena dikiranya bahwa hujan akan
segera turun membasahi ladang-ladang dan menyirami kebun-kebun mereka yang
sedang mengalami kekeringan.
Melihat sikap kaum Aad yang sedang bersuka ria itu berkatalah Nabi Hud dengan
nada mengejek: "Mega hitam itu bukanlah mega hitam dan awam rahmat bagi
kamu tetapi mega yang akan membawa kehancuran kamu sebagai pembalasan Allah
yang telah ku janjikan dan kamu ternanti-nanti untuk membuktikan kebenaran
kata-kataku yang selalu kamu sangkal dan kamu dusta.
Sejurus kemudian menjadi kenyataanlah apa yang diramalkan oleh Nabi Hud itu
bahawa bukan hujan yang turun dari awan yang tebal itu tetapi angin taufan yang
dahsyat dan kencang disertai bunyi gemuruh yang mencemaskan yang telah
merusakkan bangunan-bangunan rumah dari dasarnya membawa berterbangan semua
perabot-perabot dan milik harta benda dan melempar jauh binatang-binatang
ternak. Keadaan kaum Aad menjadi panik mereka berlari kesana sini hilir mudik
mencari perlindungan .Suami tidak tahu di mana isterinya berada dan ibu juga
kehilangan anaknya sedang rumah-rumah menjadi sama rata dengan tanah. Bencana
angin taufan itu berlangsung selama lapan hari tujuh malam sehingga sempat
menyampuh bersih kaum Aad yang congkak itu dan menamatkan riwayatnya dalam
keadaan yang menyedihkan itu untuk menjadi pengajaran dan ibrah bagi umat-umat
yang akan datang.
Adapun Nabi Hud dan para sahabatnya yang beriman telah mendapat perlindungan
Allah dari bencana yang menimpa kaumnya yang kacau bilau dan tenang seraya
melihat keadaan kaumnya yang kacau bilau mendengar gemuruhnya angin dan bunyi
pohon-pohon dan bangunan-bangunan yang berjatuhan serta teriakan dan tangisan
orang yang meminta tolong dan mohon perlindungan.
Setelah keadaan cuaca kembali tenang dan tanah " Al-Ahqaf " sudah
menjadi sunyi senyap dari kaum Aad pergilah Nabi Hud meninggalkan tempatnya
berhijrah ke Hadramaut, di mana ia tinggal menghabiskan sisa hidupnya sampai ia
wafat dan dimakamkan di sana dimana hingga sekarang makamnya yang terletak di
atas sebuah bukit di suatu tempat lebih kurang 50 km dari kota Siwun dikunjungi
para penziarah yang datang beramai-ramai dari sekitar daerah itu, terutamanya
dan bulan Syaaban pada setiap tahun.
Kisah Nabi Hud Dalam Al-Quran
Kisah Nabi Hud diceritakan oleh 68 ayat dalam 10 surah di antaranya surah Hud,
ayat 50 hingga 60 , surah " Al-Mukminun " ayat 31 sehingga ayat 41 ,
surah " Al-Ahqaaf " ayat 21 sehingga ayat 26 dan surah "
Al-Haaqqah " ayat 6 ,7 dan 8.
Pelajaran Dari Kisah Nabi Hud A.S.
Nabi Hud telah memberi contoh dan sistem yang baik yang patut ditiru dan
diikuti oleh juru dakwah dan ahli penerangan agama. Beliau menghadapi kaumnya
yang sombong dan keras kepala itu dengan penuh kesabaran, ketabahan dan
kelapangan dada. Ia tidak sesekali membalas ejekan dan kata-kata kasar mereka
dengan serupa tetapi menolaknya dengan kata-kata yang halus yang menunjukkan
bahawa beliau dapat menguasai emosinya dan tidak sampai kehilangan akal atau
kesabaran.
Nabi Hud tidak marah dan tidak gusar ketika kaumnya mengejek dengan menuduhnya
telah menjadi gila dan sinting. Ia dengan lemah lembut menolak tuduhan dan
ejekan itu dengan hanya mengata:"Aku tidak gila dan bahawa tuhan-tuhanmu
yang kamu sembah tidak dapat menggangguku atau mengganggu fikiranku sedikit pun
tetapi aku ini adalah rasul pesuruh Allah kepadamu dan betul-betul aku adalah
seorang penasihat yang jujur bagimu menghendaki kebaikanmu dan kesejahteraan
hidupmu dan agar kamu terhindar dan selamat dari azab dan seksaan Allah di
dunia mahupun di akhirat."
Dalam berdialog dengan kaumnya.Nabi Hud selalu berusaha mengetok hati nurani
mereka dan mengajak mereka berfikir secara rasional, menggunakan akal dan
fikiran yang sihat dengan memberikan bukti-bukti yang dapat diterima oleh akal
mereka tentang kebenaran dakwahnya dan kesesatan jalan mereka namun hidayah iu
adalah dari Allah, Dia akan memberinya kepada siapa yang Dia kehendakinya.
NABI SHOLEH AS
Tsamud adalah nama suatu suku yang
oleh sementara ahli sejarah dimasukkan bagian dari bangsa Arab dan ada pula
yang menggolongkan mereka ke dalam bangsa Yahudi. Mereka bertempat tinggal di
suatu dataran bernama " Alhijir " terletak antara Hijaz dan Syam yang
dahulunya termasuk jajahan dan dikuasai suku Aad yang telah habis binasa disapu
angin taufan yang di kirim oleh Allah sebagai pembalasan atas pembangkangan dan
pengingkaran mereka terhadap dakwah dan risalah Nabi Hud A.S.
Kemakmuran dan kemewahan hidup serta kekayaan alam yang dahulu dimiliki dan
dinikmati oleh kaum Aad telah diwarisi oleh kaum Tsamud.Tanah-tanah yang subur
yang memberikan hasil berlimpah ruah, binatang-binatang perahan dan lemak yang
berkembang biak, kebun-kebun bunga yag indah-indah, bangunan rumah-rumah yang
didirikan di atas tanah yang datar dan dipahatnya dari gunung.Semuanya itu
menjadikan mereka hidup tenteram ,sejahtera dan bahgia, merasa aman dari segala
gangguan alamiah dan bahawa kemewahan hidup mereka akan kekal bagi mereka dan
anak keturunan mereka.
Kaum Tsamud tidak mengenal Tuhan. Tuhan Mereka adalah berhala-berhala yang
mereka sembah dan puja, kepadanya mrk berqurban, tempat mrk minta perlindungan
dari segala bala dan musibah dan mengharapkan kebaikan serta kebahagiaan.Mrk
tidak dpt melihat atau memikirkan lebih jauh dan apa yang dpt mrk jangkau
dengan pancaindera.
Nabi Saleh Berdakwah Kepada Kaum Tsamud
Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang tidak akan membiarkan hamba-hamba_Nya
berada dalam kegelapan terus-menerus tanpa diutusnya nabi pesuruh disisi-Nya
untuk memberi penerangan dan memimpin mrk keluar dari jalan yang sesat ke jalan
yang benar. Demikian pula Allah tidak akan menurunkan azab dan seksaan kepada
suatu umat sebelum mrk diperingatkan dan diberi petunjukkan oleh-Nya dengan
perantara seorang yang dipilih untuk menjadi utusan dan rasul-Nya. Sunnatullah
ini berlaku pula kepada kaum Tsamud, yang kepada mrk telah diutuskan Nabi Saleh
seorang yang telah dipilih-Nya dari suku mrk sendiri, dari keluarga yang
terpandang dan dihormati oleh kaumnya, terkenal tangkas, cerdik pandai, rendah
hati dan ramah-tamah dalam pergaulan.
Dikenalkan mrk oleh Nabi Saleh kepada Tuhan yang sepatut mrk sembah, Tuhan
Allah Yang Maha Esa, yang telah mencipta mrk, menciptakan alam sekitar mrk,
menciptakan tanah-tanah yang subur yang menghasilkan bhn-bhn keperluan hidup
mrk, mencipta binatang-binatang yang memberi manfaat dan berguna bagi mrk dan
dengan demikian memberi kepada mrk kenikmatan dan kemewahan hidup dan
kebahagiaan lahir dan batin.Tuhan Yang Esa itulah yang harus mrk sembah dan
bukan patung-patung yang mrk pahat sendiri dari batu-batu gunung yang tidak
berkuasa memberi sesuatu kepada mrk atau melindungi mrk dari ketakutan dan
bahaya.
Nabi Saleh memperingatkan mrk bahwa ia adlah seorang drp mrk, terjalin antara
dirinya dan mereka ikatan keluarga dan darah. Mrk adalah kaumnya dan sanak
keluarganya dan dia adalah seketurunan dan sesuku dengan mrk.Ia mengharapkan
kebaikan dan kebajikan bagi mrk dan sesekali tidak akan menjerumuskan mrk ke
dalam hal-hal yang akan membawa kerugian, kesengsaraan dan kebinasaan bagi mrk.
Ia menerangkan kepada mrk bahwa ianya adalah pesuruh dan utusan Allah, dan apa
yang diajarkan dan didakwahkan kepada mrk adalah amanat Allah yang harus dia
sampaikan kepada mrk untuk kebaikan mrk semasa hidup mrk dan sesudah mrk mati
di akhirat kelak. Ia mengharapkan kaumnya mempertimbangkan dan memikirkan
sungguh-sungguh apa yang ia serukan dan anjurkan dan agar mrk segera meninggalkan
persembahan kepada berhala-berhala itu dan percaya beriman kepada Allah Yang
Maha Esa seraya bertaubat dan mohon ampun kepada-Nya atas dosa dan perbuatan
syirik yang selama ini telah mrk lakukan.Allah maha dekat kepada mrk
mendengarkan doa mrk dan memberi ampun kepada yang salah bila dimintanya.
Terperanjatlah kaum Saleh mendengar seruan dan dakwahnya yang bagi mrk
merupakan hal yang baru yang tidak diduga akan datang dari saudara atau anak
mrk sendiri.Maka serentak ditolaklah ajakan Nabi Saleh itu seraya berkata
mereka kepadanya:"Wahai Saleh! Kami mengenalmu seorang yang pandai,
tangkas dan cerdas, fikiranmu tajam dan pendapat serta semua pertimbangan mu
selalu tepat. Pada dirimu kami melihat tanda-tanda kebajikan dan sifat-sifat
yang terpuji. Kami mengharapkan dari engkau sebetulnya untuk memimpinkami
menyelesaikan hal-hal yang rumit yang kami hadapi, memberi petunjuk dalam
soal-soal yang gelap bagi kami dan menjadi ikutan dan kepercayaan kami di kala
kami menghadapi krisis dan kesusahan.Akan tetapi segala harapan itu menjadi
meleset dan kepercayaan kami kepadamu tergelincir hari ini dengan tingkah
lakumu dan tindak tandukmu yang menyalahi adat-istiadat dan tatacara hidup
kami. Apakah yang engkau serukan kepada kami? Enkau menghendaki agar kami meninggalkan
persembahan kami dan nenek moyang kami, persembahan dan agama yang telah
menjadi darah daging kami menjadi sebahagian hidup kami sejak kami dilahirkan
dan tetap menjadi pegangan untuk selama-lamanya.Kami sesekali tidak akan
meninggalkannya karena seruanmu dan kami tidak akan mengikutimu yang sesat itu.
Kami tidak mempercayai cakap-cakap kosongmu bahkan meragukan kenabianmu. Kami
tidak akan mendurhakai nenek moyang kami dengan meninggalkan persembahan mrk
dan mengikuti jejakmu."
Nabi Saleh memperingatkan mereka agar jangan menentangnya dan agar mengikuti
ajakannya beriman kepada Allah yang telah mengurniai mrk rezeki yang luas dan
penghidupan yang sejahtera. Diceritakan kepada mrk kisah kaum-kaum yang
mendapat seksa dan azab dari Allah karena menentang rasul-Nya dan mendustakan
risalah-Nya. Hal yang serupa itu dpt terjadi di atas mrk jika mrk tidak mahu
menerima dakwahnya dan mendengar nasihatnya, yang diberikannya secara ikhlas
dan jujur sebagai seorang anggota dari keluarga besar mrk dan yang tidak
mengharapkan atau menuntut upah drp mrk atas usahanya itu. Ia hanya
menyampaikan amanat Allah yang ditugaskan kepadanya dan Allahlah yang akan
memberinya upah dan ganjaran untuk usahanya memberi pimpinan dan tuntutan
kepada mrk.
Sekelompok kecil dari kaum Tsamud yang kebanyakkannya terdiri dari orang-orang
yang kedudukan sosial lemah menerima dakwah Nabi Saleh dan beriman kepadanya
sedangkan sebahagian yang terbesar terutamanya mrk yang tergolong orang-orang
kaya dan berkedudukan tetap berkeras kepala dan menyombongkan diri menolak
ajakan Nabi Saleh dan mengingkari kenabiannya dan berkata kepadanya:"
Wahai Saleh! Kami kira bahwa engkau telah kerasukan syaitan dan terkena
sihir.Engkau telah menjadi sinting dan menderita sakit gila. Akalmu sudah berubah
dan fikiranmu sudah kacau sehingga engkau dengan tidak sedar telah mengeluarkan
kata-kata ucapan yang tidak masuk akal dan mungkin engkau sendiri tidak
memahaminya. Engkau mengaku bahwa engkau telah diutuskan oleh Tuhanmu sebagai
nabi dan rasul-Nya. Apakah kelebihanmu drp kami semua sehingga engkau dipilih
menjadi rasul, padahal ada orang-orang di antara kami yang lebih patut dan
lebih cekap untuk menjadi nabi atau rasul drp engkau. Tujuanmu dengan bercakap
kosong dan kata-katamu hanyalah untuk mengejar kedudukan dan ingin diangkat
menjadi kepala dan pemimpin bagi kaummu.Jika engkau merasa bahwa engkau sihat
badan dan sihat fikiran dan mengaku bahwa engkau tidak mempunyai arah dan
tujuan yang terselubung dalam dakwahmu itu maka hentikanlah usahamu menyiarkan
agama barumu dengan mencerca persembahan kami dan nenek moyangmu sendiri.Kami
tidak akan mengikuti jalanmu dan meninggalkan jalan yang telah ditempuh oleh
orang-orang tua kami lebih dahulu.
Nabi Saleh menjawab: " Aku telah berulang-ulang mengatakan kepadamu bahwa
aku tidak mengharapkan sesuatu apapun drpmu sebagai imbalan atas usahaku
memberi tuntunandan penerangan kepada kamu. Aku tidak mengharapkan upah atau
mendambakan pangkat dan kedudukan bagi usahaku ini yang aku lakukan semata-mata
atas perintah Allah dan drp-Nya kelak aku harapkan balasan dan ganjaran untuk
itu. Dan bagaimana aku dapat mengikutimu dan menterlantarkan tugas dan amanat
Tuhan kepadaku, padahal aku talah memperoleh bukti-bukti yang nyata atas
kebenaran dakwahku.Jgnlah sesekali kamu harapkan bahawa aku akan melanggar
perintah Tuhanku dan melalaikan kewajibanku kepada-Nya hanya semata-mata untuk
melanjutkan persembahan nenek moyang kami yang bathil itu. Siapakah yang akan
melindungiku dari murka dan azab Tuhan jika aku berbuat demikian? Sesungguhnya
kamu hanya akan merugikan dan membinasakan aku dengan seruanmu itu."
Setelah gagal dan berhasil menghentikan usaha dakwah Nabi Saleh dan dilihatnya
ia bahkan makin giat menarik orang-orang mengikutinya dan berpihak kepadanya
para pemimpin dan pemuka kaum Tsamud berusaha hendak membendung arus dakwahnya
yang makin lama makin mendpt perhatian terutama dari kalangan bawahan menengah
dalam masyarakat. Mrk menentang Nabi Saleh dan untuk membuktikan kebenaran
kenabiannya dengan suatu bukti mukjizat dalam bentuk benda atau kejadian luar
biasa yang berada di luar kekuasaan manusia.
Allah Memberi Mukjizat Kepada Nabi Saleh A.S.
Nabi Saleh sedar bahawa tentangan kaumnya yang menuntut bukti drpnya berupa
mukjizat itu adalah bertujuan hendak menghilangkan pengaruhnya dan mengikis
habis kewibawaannya di mata kaumnya terutama para pengikutnya bila ia gagal
memenuhi tentangan dan tuntutan mrk. Nabi Saleh membalas tentangan mrk dengan
menuntut janji dengan mrk bila ia berhasil mendatangkan mukjizat yang mrk minta
bahwa mrk akan meninggalkan agama dan persembahan mrk dan akan mengikuti Nabi
Saleh dan beriman kepadanya.
Sesuai dengan permintaan dan petunjuk pemuka-pemuka kaum Tsamud berdoalah Nabi
Saleh memohon kepada Allah agar memberinya suatu mukjizat untuk membuktikan
kebenaran risalahnya dan sekaligus mematahkan perlawanan dan tentangan kaumnya
yang masih berkeras kepala itu. Ia memohon dari Allah dengan kekuasaan-Nya
menciptakan seekor unta betina dikeluarkannya dari perut sebuah batu karang
besar yang terdpt di sisi sebuah bukit yang mereka tunjuk.
Maka sejurus kemudian dengan izin Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pencipta
terbelahlah batu karang yang ditunjuk itu dan keluar dari perutnya seekor unta
betina.
Dengan menunjuk kepada binatang yang baru keluar dari perut batu besar itu
berkatalah Nabi Saleh kepada mrk:" Inilah dia unta Allah, janganlah kamu
ganggu dan biarkanlah ia mencari makanannya sendiri di atas bumi Allah ia
mempunyai giliran untuk mendptkan air minum dan kamu mempunyai giliran untuk mendptkan
minum bagimu dan bagi ternakanmu juga dan ketahuilah bahwa Allah akan
menurunkan azab-Nya bila kamu sampai mengganggu binatang ini."
Kemudian berkeliaranlah unta di ladang-ladang memakan rumput sesuka hatinya
tanpa mendpt gangguan. Dan ketika giliran minumnya tiba pergilah unta itu ke
sebuah perigi yyang diberi nama perigi unta dan minumlah sepuas hatinya. Dan
pada hari-hari giliran unta Nabi Saleh itu datang minum tiada seekor binatang
lain berani menghampirinya, hal mana menimbulkan rasa tidak senang pada
pemilik-pemilik binatang itu yang makin hari makin merasakan bahwa adanya unta
Nabi Saleh di tengah-tengah mereka itu merupakan gangguan laksana duri yang
melintang di dalam kerongkong.
Dengan berhasilnya Nabi Saleh mendtgkan mukjizat yang mrk tuntut gagallah para
pemuka kaum Tsamud dalam usahanya untuk menjatuhkan kehormatan dan
menghilangkan pegaruh Nabi Saleh bahkan sebaliknya telah menambah tebal
kepercayaan para pengikutnya dan menghilang banyak keraguan dari kaumnya. Maka
dihasutlah oleh mrk pemilik-pemilik ternakan yang merasa jengkel dan tidak
senang dengan adanya unta Nabi Saleh yang merajalela di ladang dan kebun-kebun
mrk serta ditakuti oleh binatang-binatang peliharaannya.
Unta Nabi Saleh Dibunuh
Persekongkolan diadakan oleh orang-orang dari kaum Tsamud untuk mengatur
rancangan pembunuhan unta Nabi Saleh. Dan selagi orang masih dibayangi oleh
rasa takut dari azab yang diancam oleh Nabi Saleh bila untanya diganggu di
samping adanya dorongan keinginan yang kuat untuk melenyapkan binatang itu dari
atas bumi mrk, muncullah tiba-tiba seorang janda bangsawan yang kaya raya
menawarkan akan menyerah dirinya kepada siapa yang dpt membunuh unta Saleh. Di
samping janda itu ada seorang wanita lain yang mempunyai beberapa puteri
cantik-cantik menawarkan akan menghadiahkan salah seorang dari puteri-puterinya
kepada orang yang berhasil membunuh unta itu.
Dua macam hadiah yyang menggiurkan dari kedua wanita itu di samping hasutan
para pemuka Tsamud mengundang dua orang lelaki bernama Mushadda' bin Muharrij
dan Gudar bin Salif berkemas-kemas akan melakukan pembunuhan bagi meraih hadiah
yang dijanjikan di samping sanjungan dan pujian yang akan diterimanya dari para
kafir suku Tsamud bila unta Nabi Saleh telah mati dibunuh.
Dengan bantuan tujuh orang lelaki lagi bersembunyilah kumpulan itu di suatu
tempat di mana biasanya di lalui oleh unta dalam perjalanannya ke perigi tempat
ianya minum. Dan begitu unta-unta yang tidak berdosa itu lalu segeralah dipanah
betisnya oleh Musadda' yang disusul oleh Gudar dengan menikamkan pedangnya di
perutnya.
Dengan perasaan megah dan bangga pergilah para pembunuh unta itu ke ibu kota
menyampaikan berita matinya unta Nabi Saleh yang mendpt sambutan sorak-sorai
dan teriakan gembira dari pihak musyrikin seakan-akan mrk kembali dari medan
perang dengan membawa kemenangan yang gilang gemilang.
Berkata mrk kepada Nabi Saleh:" Wahai Saleh! Untamu telah amti dibunuh,
cubalah datangkan akan apa yang engkau katakan dulu akan ancamannya bila unta itu
diganggu, jika engkau betul-betul termasuk orang-orang yang terlalu benar dalam
kata-katanya."
Nabi Saleh menjawab:" Aku telah peringatkan kamu, bahwa Allah akan
menurunkan azab-Nya atas kamu jika kamu mengganggu unta itu. Maka dengan
terbunuhnya unta itu maka tunggulah engkau akan tibanya masa azab yang Allah
talah janjikan dan telah aku sampaikan kepada kamu.Kamu telah menentang Allah
dan terimalah kelak akibat tentanganmu kepada-Nya.Janji Allah tidak akan
meleset .Kamu boleh bersuka ria dan bersenang-senang selama tiga hari ini
kemudian terimalah ganjaranmu yang setimpal pada hari keempat. Demikianlah
kehendak Allah dan taqdir-Nya yang tidak dpt ditunda atau dihalang."
Ada kemungkinan menurut sementara ahli tafsir bahwa Allah melalui rasul-Nya
Nabi Saleh memberi waktu tiga hari itu untuk memberi kesempatan, kalau-kalau
mrk sedar akan dosanya dan bertaubat minta ampun serta beriman kepada Nabi
Saleh kepada risalahnya.
Akan tetapi dalam kenyataannya tempoh tiga hari itu bahkan menjadi bahan ejekan
kepada Nabi Saleh yang ditentangnya untuk mempercepat datangnya azab itu dan
tidak usah ditangguhkan tiga hari lagi.
Turunnya Azab Allah Yang Dijanjikan
Nabi Saleh memberitahu kaumnya bahwa azab Allah yang akan menimpa di atas mrk
akan didahului dengan tanda-tanda, iaitu pada hari pertama bila mrk terbangun
dari tidurnya akan menemui wajah mrk menjadi kuning dan berubah menjadi merah
pada hari kedua dan hitam pada hari ketiga dan pada hari keempat turunlah azab
Allah yang pedih.
Mendengar ancaman azab yang diberitahukan oleh Nabi Saleh kepada kaumnya
kelompok sembilan orang ialah kelompok pembunuh unta merancang pembunuhan atas
diri Nabu Saleh mendahului tibanya azab yang diancamkan itu.Mrk mengadakan
pertemuan rahsia dan bersumpah bersama akan melaksanakan rancangan pembunuhan
itu di waktu malam, di saat orang masih tidur nyenyak untuk menghindari
tuntutan balas darah oleh keluarga Nabi Saleh, jika diketahui identiti mrk
sebagai pembunuhnya. Rancangan mrk ini dirahsiakan sehingga tidak diketahui dan
didengar oleh siapa pun kecuali kesembilan orang itu sendiri.
Ketika mrk datang ke tempat Nabi Saleh bagi melaksanakan rancangan jahatnya di
malam yang gelap-gulita dan sunyi-senyap berjatuhanlah di atas kepala mereka
batu-batu besar yang tidak diketahui dari arah mana datangnya dan yang seketika
merebahkan mrk di atas tanah dalam keadaan tidak bernyawa lagi. Demikianlah
Allah telah melindingi rasul-Nya dari perbuatan jahat hamba-hamba-Nya yang
kafir.
Satu hari sebelum hari turunnya azab yang telah ditentukan itu, dengan izin
Allah berangkatlah Nabi Saleh bersama para mukminin pengikutnya menuju Ramlah,
sebuah tempat di Palestin, meninggalkan Hijir dan penghuninya, kaum Tsamud
habis binasa, ditimpa halilintar yang dahsyat beriringan dengan gempa bumi yang
mengerikan.
Kisah Nabi Saleh Dalam Al-Quran
Kisah Nabi Saleh diceritakan oleh 72 ayat dalam 11 surah di antaranya surah
Al-A'raaf, ayat 73 hingga 79, surah " Hud " ayat 61 sehingga ayat 68
dan surah " Al-Qamar " ayat 23 sehingga ayat 32.
Pelajaran Dari Kisah Nabi Saleh A.S.
Pengajaran yang menonjol yang dpt dipetik dari kisah Nabi Saleh ini ialah bahwa
dosa dan perbuatan mungkar yang dilakukan oleh sekelompok kecil warga
masyarakat dpt berakibat negatif yang membinasakan masyarakat itu seluruhnya.
Lihatlah betapa kaum Tsamud menjadi binasa, hancur dan bahkan tersapu bersih
dari atas bumi karena dosa dan pelanggaran perintah Allah yang dilakukan oleh
beberapa gelintir orang pembunuh unta Nabi Saleh A.S.
Di sinilah letaknya hikmah perintah Allah agar kita melakukan amar makruf nahi
mungkar. Karena dengan melakukan tugas amar makruf nahi mungkar yang menjadi
fardu kifayah itu, setidak-tidaknya kalau tidak berhasil mencegah kemungkaran
yang terjadi di dalam masyarakat dan lindungan kita ,kita telah membebaskan
diri dari dosa menyetujui atau merestui perbuatan mungkar itu
Bersikap pasif acuh tak acuh terhadap maksiat dan kemungkaran yang berlaku di
depan mata dapat diertikan sebagai persetujuan dan penyekutuan terhadap
perbuatan mungkar itu.
NABI IBRAHIM AS
Nabi
Ibrahim adalah putera Aaazar (Tarih) bin Tahur bin Saruj bin Rau' bin Falij bin
Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh A.S. Ia dilahirkan di sebuah
tempat bernama "Faddam A'ram" dalam kerajaan "Babylon" yang
pd waktu itu diperintah oleh seorang raja bernama "Namrud bin
Kan'aan."
Kerajaan Babylon pd masa itu termasuk kerajaan yang makmur rakyat hidup senang,
sejahtera dalam keadaan serba cukup sandang mahupun pandangan serta
saranan-saranan yang menjadi keperluan pertumbuhan jasmani mrk.Akan tetapi
tingkatan hidup rohani mrk masih berada di tingkat jahiliyah. Mrk tidak
mengenal Tuhan Pencipta mereka yang telah memberi karunia mereka dengan segala
kenikmatan dan kebahagiaan duniawi. Persembahan mrk adalah patung-patung yang
mereka pahat sendiri dari batu-batu atau terbuat dari lumpur dan tanah.
Raja mereka Namrud bin Kan'aan menjalankan tampuk pemerintahnya dengan tangan
besi dan kekuasaan mutlak.Semua kehendaknya harus terlaksana dan segala
perintahnya merupakan undang-undang yang tidak dpt dilanggar atau di tawar.
Kekuasaan yang besar yang berada di tangannya itu dan kemewahan hidup yang
berlebuh-lebihanyang ia nikmati lama-kelamaan menjadikan ia tidak puas dengan
kedudukannya sebagai raja. Ia merasakan dirinya patut disembah oleh rakyatnya
sebagai tuhan. Ia berfikir jika rakyatnya mahu dan rela menyembah patung-patung
yang terbina dari batu yang tidal dpt memberi manfaat dan mendtgkan kebahagiaan
bagi mrk, mengapa bukan dialah yang disembah sebagai tuhan.Dia yang dpt
berbicara, dapat mendengar, dpt berfikir, dpt memimpin mrk, membawa kemakmuran
bagi mrk dan melepaskan dari kesengsaraan dan kesusahan. Dia yang dpt mengubah
orang miskin menjadi kaya dan orang yang hina-dina diangkatnya menjadi orang
mulia. di samping itu semuanya, ia adalah raja yang berkuasa dan memiliki
negara yang besar dan luas.
Di tengah-tengah masyarakat yang sedemikian buruknya lahir dan dibesarkanlah
Nabi Ibrahim dari seorang ayah yang bekerja sebagai pemahat dan pedagang
patung. Ia sebagai calun Rasul dan pesuruh Allah yang akan membawa pelita
kebenaran kepada kaumnya,jauh-jauh telah diilhami akal sihat dan fikiran tajam
serta kesedaran bahwa apa yang telah diperbuat oleh kaumnya termasuk ayahnya
sendiri adalah perbuat yang sesat yang menandakan kebodohan dan kecetekan
fikiran dan bahwa persembahan kaumnya kepada patung-patung itu adalah perbuatan
mungkar yang harus dibanteras dan diperangi agar mrk kembali kepada persembahan
yang benar ialah persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan pencipta alam
semesta ini.
Semasa remajanya Nabi Ibrahim sering disuruh ayahnya keliling kota menjajakan
patung-patung buatannya namun karena iman dan tauhid yang telah diilhamkan oleh
Tuhan kepadanya ia tidak bersemangat untuk menjajakan barang-barang itu bahkan
secara mengejek ia menawarkan patung -patung ayahnya kepada calon pembeli
dengan kata-kata:" Siapakah yang akan membeli patung-patung yang tidak
berguna ini? "
Nabi Ibrahim Ingin Melihat Bagaimana Makhluk Yang Sudah Mati Dihidupkan Kembali
Oleh Allah
Nabi Ibrahim yang sudah berketetapan hati hendak memerangi syirik dan
persembahan berhala yang berlaku dalam masyarakat kaumnya ingin lebih dahulu
mempertebalkan iman dan keyakinannya, menenteramkan
hatinya serta membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin esekali
mangganggu fikirannya dengan memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya
bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati.Berserulah
ia kepada Allah: " Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau
menghidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati."Allah menjawab seruannya
dengan berfirman:Tidakkah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku?
"Nabi Ibrahim menjawab:" Betul, wahai Tuhanku, aku telah beriman dan
percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali melihat itu
dengan mata kepala ku sendiri, agar aku mendapat ketenteraman dan ketenangan
dan hatiku dan agar makin menjadi tebal dan kukuh keyakinanku kepada-Mu dan
kepada kekuasaan-Mu."
Allah memperkenankan permohonan Nabi Ibrahim lalu diperintahkanlah ia menangkap
empat ekor burung lalu setelah memperhatikan dan meneliti bahagian tubuh-tubuh
burung itu, memotongnya menjadi berkeping-keping mencampur-baurkan kemudian
tubuh burung yang sudak hancur-luluh dan bercampur-baur itu diletakkan di atas
puncak setiap bukit dari empat bukit yang letaknya berjauhan satu dari yang
lain.
Setelah dikerjakan apa yang telah diisyaratkan oleh Allah itu, diperintahnyalah
Nabi Ibrahim memanggil burung-burung yang sudah terkoyak-koyak tubuhnya dan
terpisah jauh tiap-tiap bahagian tubuh burung dari bahagian yang lain.
Dengan izin Allah dan kuasa-Nya datanglah berterbangan enpat ekor burung itu
dalam keadaan utuh bernyawa seperti sedia kala begitu mendengar seruan dan
panggilan Nabi Ibrahim kepadanya lalu hinggaplah empat burung yang hidup
kembali itu di depannya, dilihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah
YAng Maha Berkuasa dpt menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah mati
sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang tidak ada. Dan dengan demikian
tercapailah apa yang diinginkan oleh Nabi Ibrahim untuk mententeramkan hatinya
dan menghilangkan kemungkinan ada keraguan di dalam iman dan keyakinannya,
bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit atau di bumi
yang dpt menghalangi atau menentangnya dan hanya kata "Kun" yang difirmankan
Oleh-Nya maka terjadilah akan apa yang dikenhendaki " Fayakun".
Nabi Ibrahim Berdakwah Kepada Ayah Kandungnya
Aazar, ayah Nabi Ibrahim tidak terkecuali sebagaimana kaumnya yang lain,
bertuhan dan menyembah berhala bah ia adalah pedagang dari patung-patung yang
dibuat dan dipahatnya sendiri dan drpnya orang membeli patung-patung yang
dijadikan persembahan.
Nabi Ibrahim merasa bahwa kewajiban pertama yang harus ia lakukan sebelum
berdakwah kepada orang lain ialah menyedarkan ayah kandungnya dulu orang yang
terdekat kepadanya bahwa kepercayaan dan persembahannya kepada berhala-berhala
itu adalah perbuatan yang sesat dan bodoh.Beliau merasakan bahawa kebaktian
kepada ayahnya mewajibkannya memberi penerangan kepadanya agar melepaskan
kepercayaan yang sesat itu dan mengikutinya beriman kepada Allah Yang Maha
Kuasa.
Dengan sikap yang sopan dan adab yang patut ditunjukkan oleh seorang anak
terhadap orang tuanya dan dengan kata-kata yang halus ia dtg kepada ayahnya
menyampaikan bahwa ia diutuskan oleh Allah sebagai nabi dan rasul dan bahawa ia
telah diilhamkan dengan pengetahuan dan ilmu yang tidak dimiliki oleh ayahnya.
Ia bertanya kepada ayahnya dengan lemah lembut gerangan apakah yang
mendorongnya untuk menyembah berhala seperti lain-lain kaumnya padahal ia
mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak berguna sedikit pun tidak dpt
mendtgkan keuntungan bagi penyembahnya atau mencegah kerugian atau musibah.
Diterangkan pula kepada ayahnya bahwa penyembahan kepada berhala-berhala itu
adalah semata-mata ajaran syaitan yang memang menjadi musuh kepada manusia
sejak Adam diturunkan ke bumi lagi. Ia berseru kepada ayahnya agar merenungkan
dan memikirkan nasihat dan ajakannya berpaling dari berhala-berhala dan kembali
menyembah kepada Allah yang menciptakan manusia dan semua makhluk yang
dihidupkan memberi mrk rezeki dan kenikmatan hidup serta menguasakan bumi
dengan segala isinya kepada manusia.
Aazar menjadi merah mukanya dan melotot matanya mendengar kata-kata seruan
puteranya Nabi Ibrahim yyang ditanggapinya sebagai dosa dan hal yang kurang
patut bahwa puteranya telah berani mengecam dan menghina kepercayaan ayahnya
bahkan mengajakkannya untuk meninggalkan kepercayaan itu dan menganut
kepercayaan dan agama yang ia bawa. Ia tidak menyembunyikan murka dan marahnya
tetapi dinyatakannya dalam kata-kata yang kasar dan dalam maki hamun
seakan-akan tidak ada hunbungan diantara mereka. IA berkata kepada Nabi Ibrahim
dengan nada gusar: " Hai Ibrahim! Berpalingkah engkau dari kepercayaan dan
persembahanku ? Dan kepercayaan apakah yang engkau berikan kepadaku yang
menganjurkan agar aku mengikutinya? Janganlah engkau membangkitkan amarahku dan
cuba mendurhakaiku.Jika engkau tidak menghentikan penyelewenganmu dari agama
ayahmu tidak engkau hentikan usahamu mengecam dan memburuk-burukkan
persembahanku, maka keluarlah engkau dari rumahku ini. Aku tidak sudi bercampur
denganmu didalam suatu rumah di bawah suatu atap. Pergilah engkau dari mukaku
sebelum aku menimpamu dengan batu dan mencelakakan engkau."
Nabi Ibrahim menerima kemarahan ayahnya, pengusirannya dan kata-kata kasarnya
dengan sikap tenang, normal selaku anak terhadap ayah seray berkaat: " Oh
ayahku! Semoga engkau selamat, aku akan tetap memohonkan ampun bagimu dari
Allah dan akan tinggalkan kamu dengan persembahan selain kepada Allah.
Mudah-mudahan aku tidak menjadi orang yang celaka dan malang dengan doaku
utkmu." Lalu keluarlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah ayahnya dalam
keadaan sedih dan prihati karena tidak berhasil mengangkatkan ayahnya dari
lembah syirik dan kufur.
Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala-berhala
Kegagalan Nabi Ibrahim dalam usahanya menyedarkan ayahnya yang tersesat itu
sangat menusuk hatinya karena ia sebagai putera yang baik ingin sekali melihat
ayahnya berada dalam jalan yang benar terangkat dari lembah kesesatan dan
syirik namun ia sedar bahwa hidayah itu adalah di tangan Allah dan bagaimana
pun ia ingin dengan sepenuh hatinya agar ayahnya mendpt hidayah ,bila belum
dikehendaki oleh Allah maka sia-sialah keinginan dan usahanya.
Penolakan ayahnya terhadap dakwahnya dengan cara yang kasar dan kejam itu tidak
sedikit pun mempengaruhi ketetapan hatinya dan melemahkan semangatnya untuk
berjalan terus memberi penerangan kepada kaumnya untuk menyapu bersih
persembahan-persembahan yang bathil dan kepercayaan-kepercayaan yang
bertentangan dengan tauhid dan iman kepada Allah dan Rasul-Nya
Nabi Ibrahim tidak henti-henti dalam setiap kesempatan mengajak kaumnya
berdialog dan bermujadalah tentang kepercayaan yang mrk anut dan ajaran yang ia
bawa. Dan ternyata bahwa bila mrk sudah tidak berdaya menilak dan menyanggah
alasan-alasan dan dalil-dalil yang dikemukakan oleh Nabi Ibrahim tentang
kebenaran ajarannya dan kebathilan kepercayaan mrk maka dalil dan alasan yang
usanglah yang mrk kemukakan iaitu bahwa mrk hanya meneruskan apa yang oleh
bapa-bapa dan nenek moyang mrk dilakukan dan sesekali mrk tidak akan melepaskan
kepercayaan dan agama yang telah mrk warisi.
Nabi Ibrahim pada akhirnya merasa tidak bermanfaat lagi berdebat dan
bermujadalah dengan kaumnya yang berkepala batu dan yang tidak mahu menerima
keterangan dan bukti-bukti nyata yang dikemukakan oleh beliau dan selalu
berpegang pada satu-satunya alasan bahwa mrk tidak akan menyimpang dari cara
persembahan nenek moyang mrk, walaupun oleh Nabi Ibrahim dinyatakan
berkali-kali bahwa mrk dan bapa-bapa mrk keliru dan tersesat mengikuti jejak
syaitan dan iblis.
Nabi Ibrahim kemudian merancang akan membuktikan kepada kaumnya dengan
perbuatan yang nyata yang dapat mrk lihat dengan mata kepala mrk sendiri bahwa
berhala-berhala dan patung-patung mrk betul-betul tidak berguna bagi mrk dan
bahkan tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri.
Adalah sudah menjadi tradisi dan kebiasaan penduduk kerajaan Babylon bahwa
setiap tahun mrk keluar kota beramai-ramai pd suatu hari raya yang mrk anggap
sebagai keramat. Berhari-hari mrk tinggal di luar kota di suatu padang terbuka,
berkhemah dengan membawa bekalan makanan dan minuman yang cukup. Mrk bersuka
ria dan bersenang-senang sambil meninggalkan kota-kota mrk kosong dan sunyi. Mrk
berseru dan mengajak semua penduduk agar keluar meninggalkan rumah dan turut
beramai -ramai menghormati hari-hari suci itu. Nabi Ibrahim yang juga turut
diajak turut serta berlagak berpura-pura sakit dan diizinkanlah ia tinggal di
rumah apalagi mrk merasa khuatir bahwa penyakit Nabi Ibrahim yang dibuat-buat
itu akan menular dan menjalar di kalangan mrk bila ia turut serta.
" Inilah dia kesempatan yang ku nantikan," kata hati Nabi Ibrahim
tatkala melihat kota sudah kosong dari penduduknya, sunyi senyap tidak
terdengar kecuali suara burung-burung yang berkicau, suara daun-daun pohon yang
gemerisik ditiup angin kencang. Dengan membawa sebuah kapak ditangannya ia
pergi menuju tempat beribadatan kaumnya yang sudah ditinggalkan tanpa penjaga,
tanpa juru kunci dan hanya deretan patung-patung yang terlihat diserambi tempat
peribadatan itu. Sambil menunjuk kepada semahan bunga-bunga dan makanan yang
berada di setiap kaki patung berkata Nabi Ibrahim, mengejek:" Mengapa kamu
tidak makan makanan yang lazat yang disaljikan bagi kamu ini? Jawablah aku dan
berkata-katalah kamu."Kemudian disepak, ditamparlah patung-patung itu dan
dihancurkannya berpotong-potong dengan kapak yang berada di tangannya. Patung
yang besar ditinggalkannya utuh, tidak diganggu yang pada lehernya dikalungkanlah
kapak Nabi Ibrahim itu.
Terperanjat dan terkejutlah para penduduk, tatkala pulang dari berpesta ria di
luar kota dan melihat keadaan patung-patung, tuhan-tuhan mrk hancur berantakan
dan menjadi potongan-potongan terserak-serak di atas lantai. Bertanyalah satu
kepada yang lain dengan nada hairan dan takjub: "Gerangan siapakah yang
telah berani melakukan perbuatan yang jahat dan keji ini terhadap tuhan-tuhan
persembahan mrk ini?" Berkata salah seorang diantara mrk:" Ada
kemungkinan bahwa orang yang selalu mengolok-olok dan mengejek persembahan kami
yang bernama Ibrahim itulah yang melakukan perbuatan yang berani ini."
Seorang yang lain menambah keterangan dengan berkata:" Bahkan dialah yang
pasti berbuat, karena ia adalah satu-satunya orang yang tinggal di kota sewaktu
kami semua berada di luar merayakan hari suci dan keramat itu." Selidik
punya selidik, akhirnya terdpt kepastian yyang tidak diragukan lagi bahwa
Ibrahimlah yang merusakkan dan memusnahkan patung-patung itu. Rakyat kota beramai-ramai
membicarakan kejadian yang dianggap suatu kejadian atau penghinaan yang tidak
dpt diampuni terhadap kepercayaan dan persembahan mrk. Suara marah, jengkel dan
kutukan terdengar dari segala penjuru, yang menuntut agar si pelaku diminta
bertanggungjawab dalam suatu pengadilan terbuka, di mana seluruh rakyat
penduduk kota dapat turut serta menyaksikannya.
Dan memang itulah yang diharapkan oleh Nabi Ibrahim agar pengadilannya
dilakukan secara terbuka di mana semua warga masyarakat dapat turut
menyaksikannya. Karena dengan cara demikian beliau dapat secara terselubung
berdakwah menyerang kepercayaan mrk yang bathil dan sesat itu, seraya
menerangkan kebenaran agama dan kepercayaan yang ia bawa, kalau diantara yang
hadir ada yang masih boleh diharapkan terbuka hatinya bagi iman dari tauhid
yang ia ajarkan dan dakwahkan.
Hari pengadilan ditentukan dan datang rakyat dari segala pelosok
berduyung-duyung mengujungi padang terbuka yang disediakan bagi sidang
pengadilan itu.
Ketika Nabi Ibrahim datang menghadap para hakim yang akan mengadili ia disambut
oleh para hadirin dengan teriakan kutukan dan cercaan, menandakan sangat
gusarnya para penyembah berhala terhadap beliau yang telah berani menghancurkan
persembahan mrk.
Ditanyalah Nabi Ibrahim oleh para hakim:" Apakah engkau yang melakukan
penghancuran dan merusakkan tuhan-tuhan kami?" Dengan tenang dan sikap
dingin, Nabi Ibrahim menjawab:
" Patung besar yang
berkalungkan kapak di lehernya itulah yang melakukannya. Cuba tanya saja kepada
patung-patung itu siapakah yang menghancurkannya."
Para hakim penanya terdiam sejenak
seraya melihat yang satu kepada yang lain dan berbisik-bisik, seakan-akan
Ibrahim yang mengandungi ejekan itu. Kemudian berkata si hakim:" Engkaukan
tahu bahwa patung-patung itu tidak dapat bercakap dan berkata mengapa engkau
minta kami bertanya kepadanya?" Tibalah waktunya yang memang dinantikan
oleh Nabi Ibrahim, maka sebagai jawapan atas pertanyaan yang terakhir itu
beliau berpidato membentangkan kebathilan persembahan mrk,yang mrk pertahankan
mati-matian, semata-mata hanya karena adat itu adalah warisan nenek-moyang.
Berkata Nabi Ibrahim kepada para hakim itu:" Jika demikian halnya, mengapa
kamu sembah patung-patung itu, yang tidak dapat berkata, tidak dapat melihat
dan tidak dapat mendengar, tidak dapat membawa manfaat atau menolak mudharat,
bahkan tidak dapat menolong dirinya dari kehancuran dan kebinasaan? Alangkah
bodohnya kamu dengan kepercayaan dan persembahan kamu itu! Tidakkah dapat kamu
berfikir dengan akal yang sihat bahwa persembahan kamu adalah perbuatan yang
keliru yang hanya difahami oleh syaitan. Mengapa kamu tidak menyembah Tuhan
yang menciptakan kamu, menciptakan alam sekeliling kamu dan menguasakan kamu di
atas bumi dengan segala isi dan kekayaan. Alangkah hina dinanya kamu dengan persembahan
kamu itu."
Setelah selesai Nabi Ibrahim menguraikan pidatonya iut, para hakim mencetuskan
keputusan bahawa Nabi Ibrahim harus dibakar hidup-hidup sebagai ganjaran atas
perbuatannya menghina dan menghancurkan tuhan-tuhan mrk, maka berserulah para
hakim kepada rakyat yang hadir menyaksikan pengadilan itu:" Bakarlah ia
dan belalah tuhan-tuhanmu , jika kamu benar-benar setia kepadanya."
Nabi Ibrahim Dibakar Hidup-hidup
Keputusan mahkamah telah dijatuhakan.Nabi Ibrahim harus dihukum dengan membakar
hidup-hidup dalam api yang besar sebesar dosa yang telah dilakukan. Persiapan
bagi upacara pembakaran yang akan disaksikan oleh seluruh rakyat sedang
diaturkan. Tanah lapang bagi tempat pembakaran disediakan dan diadakan
pengumpulan kayu bakar dengan banyaknya dimana tiap penduduk secara
gotong-royong harus mengambil bahagian membawa kayu bakar sebanyak yang ia
dapat sebagai tanda bakti kepada tuhan-tuhan persembahan mrk yang telah
dihancurkan oleh Nabi Ibrahim.
Berduyun-duyunlah para penduduk dari segala penjuru kota membawa kayu bakar
sebagai sumbangan dan tanda bakti kepada tuhan mrk. Di antara terdapat para
wanita yang hamil dan orang yang sakit yang membawa sumbangan kayu bakarnya
dengan harapan memperolehi barakah dari tuhan-tuhan mereka dengan menyembuhkan
penyakit mereka atau melindungi yang hamil di kala ia bersalin.
Setelah terkumpul kayu bakar di lanpangan yang disediakan untuk upacara
pembakaran dan tertumpuk serta tersusun laksan sebuah bukit, berduyun-duyunlah
orang datang untuk menyaksikan pelaksanaan hukuman atas diri Nabi Ibrahim. Kayu
lalu dibakar dan terbentuklah gunung berapi yang dahsyat yang sedang
berterbangan di atasnya berjatuhan terbakar oleh panasnya wap yang ditimbulkan
oleh api yang menggunung itu. Kemudian dalam keadaan terbelenggu, Nabi Ibrahim
didtgkan dan dari atas sebuah gedung yang tinggi dilemparkanlah ia kedalam
tumpukan kayu yang menyala-nyala itu dengan iringan firman Allah:" Hai
api, menjadilah engkau dingin dan keselamatan bagi Ibrahim."
Sejak keputusan hukuman dijatuhkan sampai saat ia dilemparkan ke dalam bukit
api yang menyala-nyala itu, Nabi Ibrahim tetap menunjukkan sikap tenang dan
tawakkal karena iman dan keyakinannya bahwa Allah tidak akan rela melepaskan
hamba pesuruhnya menjadi makanan api dan kurban keganasan orang-orang kafir
musuh Allah. Dan memang demikianlah apa yang terjadi tatkala ia berada dalam
perut bukit api yang dahsyat itu ia merasa dingin sesuai dengan seruan Allah
Pelindungnya dan hanya tali temali dan rantai yang mengikat tangan dan kakinya
yang terbakar hangus, sedang tubuh dan pakaian yang terlekat pada tubuhnya
tetap utuh, tidak sedikit pun tersentuh oleh api, hal mana merupakan suatu
mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada hamba pilihannya, Nabi Ibrahim, agar
dapat melanjutkan penyampaian risalah yang ditugaskan kepadanya kepada
hamba-hamba Allah yang tersesat itu.
Para penonton upacara pembakaran hairan tercenggang tatkala melihat Nabi
Ibrahim keluar dari bukit api yang sudah padam dan menjadi abu itu dalam
keadaan selamat, utuh dengan pakaiannya yang tetap berda seperti biasa, tidak
ada tanda-tanda sentuhan api sedikit jua pun. Mereka bersurai meninggalkan
lapangan dalam keadaan hairan seraya bertanya-tanya pada diri sendiri dan di
antara satu sama lain bagaimana hal yang ajaib itu berlaku, padahal menurut
anggapan mereka dosa Nabi Ibrahim sudah nyata mendurhakai tuhan-tuhan yang
mereka puja dan sembah.Ada sebahagian drp mrk yang dalam hati kecilnya mulai
meragui kebenaran agama mrk namun tidak berani melahirkan rasa ragu-ragunya itu
kepada orang lain, sedang para pemuka dan para pemimpin mrk merasa kecewa dan
malu, karena hukuman yang mrk jatuhkan ke atas diri Nabi Ibrahim dan kesibukan
rakyat mengumpulkan kayu bakar selama berminggu-minggu telah berakhir dengan
kegagalan, sehingga mrk merasa malu kepada Nabi Ibrahim dan para pengikutnya.
Mukjizat yang diberikan oleh Allah s.w.t. kepada Nabi Ibrahim sebagai bukti
nyata akan kebenaran dakwahnya, telah menimbulkan kegoncangan dalam kepercayaan
sebahagian penduduk terhadap persembahan dan patung-patung mrk dan membuka mata
hati banyak drp mrk untuk memikirkan kembali ajakan Nabi Ibrahim dan dakwahnya,
bahkan tidak kurang drp mrk yang ingin menyatakan imannya kepada Nabi Ibrahim,
namun khuatir akan mendapat kesukaran dalam penghidupannya akibat kemarahan dan
balas dendam para pemuka dan para pembesarnya yang mungkin akan menjadi hilang
akal bila merasakan bahwa pengaruhnya telah bealih ke pihak Nabi Ibrahim.
NABI ISMAIL AS
Sampai Nabi
Ibrahim yang berhijrah meninggalkan Mesir bersama Sarah, isterinya dan Hajar,
dayangnya di tempat tujuannya di Palestin. Ia telah membawa pindah juga semua
binatang ternaknya dan harta miliknya yang telah diperolehinya sebagai hasil
usaha niaganya di Mesir.
Al-Bukhari
meriwayatkan daripada Ibnu Abbas r.a.berkata:
Pertama-tama yang menggunakan setagi (setagen) ialah Hajar ibu Nabi Ismail
tujuan untuk menyembunyikan kandungannya dari Siti Sarah yang telah lama
berkumpul dengan Nabi Ibrahim a.s. tetapi belum juga hamil. tetapi
walaubagaimana pun juga akhirnya terbukalah rahsia yang disembunyikan itu
dengan lahirnya Nabi Ismail a.s. Dan sebagai lazimnya seorang isteri sebagai
Siti Sarah merasa telah dikalahkan oleh Siti Hajar sebagai seorang dayangnya
yang diberikan kepada Nabi Ibrahim a.s. Dan sejak itulah Siti Sarah merasakan
bahawa Nabi Ibrahim a.s. lebih banyak mendekati Hajar karena merasa sgt gembira
dengan puteranya yang tunggal dan pertama itu, hal ini yang menyebabkan
permulaan ada keratakan dalam rumahtangga Nabi Ibrahim a.s. sehingga Siti Sarah
merasa tidak tahan hati jika melihat Siti Hajar dan minta pada Nabi Ibrahim
a.s. supaya menjauhkannya dari matanya dan menempatkannya di lain tempat.
Untuk suatu hikmah yang belum diketahui dan disadari oleh Nabi Ibrahim Allah
s.w.t. mewahyukan kepadanya agar keinginan dan permintaan Sarah isterinya
dipenuhi dan dijauhkanlah Ismail bersama Hajar ibunya dan Sarah ke suatu tempat
di mana yang ia akan tuju dan di mana Ismail puteranya bersama ibunya akan di
tempatkan dan kepada siapa akan ditinggalkan.
Maka dengan tawakkal kepada Allah berangkatlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah
membawa Hajar dan Ismail yang diboncengkan di atas untanya tanpa tempat tujuan
yang tertentu. Ia hanya berserah diri kepada Allah yang akan memberi arah
kepada binatang tunggangannya. Dan berjalanlah unta Nabi Ibrahim dengan tiga
hamba Allah yang berada di atas punggungnya keluar kota masuk ke lautan pasir
dan padang terbuka di mana terik matahari dengan pedihnya menyengat tubuh dan
angin yang kencang menghembur-hamburkan debu-debu pasir.
Ismail dan Ibunya Hajar Ditingalkan di Makkah
Setelah berminggu-minggu berada dalam perjalanan jauh yang memenatkan tibalah
pada akhirnya Nabi Ibrahim bersama Ismail dan ibunya di Makkah kota suci dimana
Kaabah didirikan dan menjadi pujaan manusia dari seluruh dunia. di tempat di
mana Masjidil Haram sekarang berada, berhentilah unta Nabi Ibrahim mengakhiri
perjalanannya dan disitulah ia meninggalkan Hajar bersama puteranya dengan
hanya dibekali dengan serantang bekal makanan dan minuman sedangkan keadaan
sekitarnya tiada tumbuh-tumbuhan, tiada air mengalir, yang terlihat hanyalah
batu dan pasir kering . Alangkah sedih dan cemasnya Hajar ketika akan
ditinggalkan oleh Ibrahim seorang diri bersama dengan anaknya yang masih kecil
di tempat yang sunyi senyap dari segala-galanya kecuali batu gunung dan pasir.
Ia seraya merintih dan menangis, memegang kuat-kuat baju Nabi Ibrahim memohon
belas kasihnya, janganlah ia ditinggalkan seorang diri di tempat yang kosong
itu, tiada seorang manusia, tiada seekor binatang, tiada pohon dan tidak
terlihat pula air mengalir, sedangkan ia masih menanggung beban mengasuh anak
yang kecil yang masih menyusu. Nabi Ibrahim mendengar keluh kesah Hajar merasa
tidak tergamak meninggalkannya seorang diri di tempat itu bersama puteranya
yang sangat disayangi akan tetapi ia sedar bahwa apa yang dilakukan nya itu
adalah kehendak Allah s.w.t. yang tentu mengandungi hikmat yang masih
terselubung baginya dan ia sedar pula bahawa Allah akan melindungi Ismail dan
ibunya dalam tempat pengasingan itu dan segala kesukaran dan penderitaan. Ia
berkata kepada Hajar :
"Bertawakkallah kepada Allah yang telah menentukan kehendak-Nya,
percayalah kepada kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya. Dialah yang memerintah aku
membawa kamu ke sini dan Dialah yang akan melindungi mu dan menyertaimu di
tempat yang sunyi ini. Sesungguh kalau bukan perintah dan wahyunya, tidak
sesekali aku tergamak meninggalkan kamu di sini seorang diri bersama puteraku
yang sangat ku cintai ini. Percayalah wahai Hajar bahwa Allah Yang Maha Kuasa
tidak akan melantarkan kamu berdua tanpa perlindungan-Nya. Rahmat dan
barakah-Nya akan tetap turun di atas kamu untuk selamanya, insya-Allah."
Mendengar kata-kata Ibrahim itu segeralah Hajar melepaskan genggamannya pada
baju Ibrahim dan dilepaskannyalah beliau menunggang untanya kembali ke Palestin
dengan iringan air mata yang bercurahan membasahi tubuh Ismail yang sedang
menetak. Sedang Nabi Ibrahim pun tidak dapat menahan air matanya keetika ia
turun dari dataran tinggi meninggalkan Makkah menuju kembali ke Palestin di mana
isterinya Sarah dengan puteranya yang kedua Ishak sedang menanti. Ia tidak
henti-henti selama dalam perjalanan kembali memohon kepada Allah perlindungan,
rahmat dan barakah serta kurniaan rezeki bagi putera dan ibunya yang
ditinggalkan di tempat terasing itu. Ia berkata dalam doanya:" Wahai
Tuhanku! Aku telah tempatkan puteraku dan anak-anak keturunannya di dekat
rumah-Mu { Baitullahil Haram } di lembah yang sunyi dari tanaman dan manusia
agar mrk mendirikan solat dan beribadat kepada-Mu. Jadikanlah hati sebahagian
manusia cenderung kepada mrk dan berilah mrk rezeki dari buah-buahan yang
lazat, mudah-mudahan mrk bersyukur kepada-Mu."
Mata Air Zamzam
Sepeninggal Nabi Ibrahim tinggallah Hajar dan puteranya di tempat yang
terpencil dan sunyi itu. Ia harus menerima nasib yang telah ditakdirkan oleh
Allah atas dirinya dengan kesabaran dan keyakinan penuh akan perlindungan-Nya.
Bekalan makanan dan minuman yang dibawanya dalam perjalanan pada akhirnya habis
dimakan selama beberapa hari sepeninggalan Nabi Ibrahim. Maka mulailah terasa
oleh Hajar beratnya beban hidup yang harus ditanggungnya sendiri tanpa bantuan
suaminya. Ia masih harus meneteki anaknya, namun air teteknya makin lama makin
mengering disebabkan kekurangan makan .Anak yang tidak dapat minuman yang
memuaskan dari tetek ibunya mulai menjadi cerewet dan tidak henti-hentinya
menangis. Ibunya menjadi panik, bingung dan cemas mendengar tangisan anaknya
yang sgt menyayat hati itu. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri serta lari ke sana
ke sini mencari sesuap makanan atau seteguk air yang dpt meringankan
kelaparannya dan meredakan tangisan anaknya, namun sia-sialah usahanya. Ia
pergi berlari harwalah menuju bukit Shafa kalau-kalau ia boleh mendapatkan
sesuatu yang dapat menolongnya tetapi hanya batu dan pasir yang didapatnya
disitu, kemudian dari bukit Shafa ia melihat bayangan air yang mengalir di atas
bukit Marwah dan larilah ia berharwahlah ke tempat itu namun ternyata bahawa
yang disangkanya air adalha fatamorangana {bayangan} belaka dan kembalilah ke
bukit Shafa karena mendengar seakan-akan ada suara yang memanggilnya tetapi
gagal dan melesetlah dugaannya. Demikianlah maka karena dorongan hajat hidupnya
dan hidup anaknya yang sangat disayangi, Hajar mundar-mundir berlari sampai
tujuh kali antara bukit Shafa dan Marwah yang pada akhirnya ia duduk termenung
merasa penat dan hampir berputus asa.
Diriwayatkan bahawa selagi Hajar berada dalam keadaan tidak berdaya dan hampir
berputus asa kecuali dari rahmat Allah dan pertolongan-Nya datanglah kepadanya
malaikat Jibril bertanya:" Siapakah sebenarnya engkau ini?" "
Aku adalah hamba sahaya Ibrahim". Jawab Hajar." Kepada siapa engkau
dititipkan di sini?"tanya Jibril." Hanya kepad Allah",jawab
Hajar.Lalu berkata Jibril:" Jika demikian, maka engkau telah dititipkan
kepada Dzat Yang Maha Pemurah Lagi Maha Pengasih, yang akan melindungimu,
mencukupi keperluan hidupmu dan tidak akan mensia-siakan kepercayaan ayah
puteramu kepada-Nya."
Kemudian diajaklah Hajar mengikuti-nya pergi ke suatu tempat di mana Jibril
menginjakkan telapak kakinya kuat-kuat di atas tanah dan segeralah memancur
dari bekas telapak kaki itu air yang jernih dengan kuasa Allah .Itulah dia mata
air Zamzam yang sehingga kini dianggap keramat oleh jemaah haji, berdesakan
sekelilingnya bagi mendapatkan setitik atau seteguk air daripadanya dan kerana
sejarahnya mata air itu disebut orang " Injakan Jibril ".
Alngkah gembiranya dan lega dada Hajar melihat air yang mancur itu. Segera ia
membasahi bibir puteranya dengan air keramat itu dan segera pula terlihat wajah
puteranya segar kembali, demikian pula wajah si ibu yang merasa sgt bahagia
dengan datangnya mukjizat dari sisi Tuhan yang mengembalikan kesegaran hidup
kepadanya dan kepada puteranya sesudah dibayang-bayangi oleh bayangan mati
kelaparan yang mencekam dada.
Mancurnya air Zamzam telah menarik burung-burung berterbangan mengelilingi
daerah itu menarik pula perhatian sekelompok bangsa Arab dari suku Jurhum yang
merantau dan sedang berkhemah di sekitar Makkah. Mereka mengetahui dari
pengalaman bahwa di mana ada terlihat burung di udara, nescaya dibawanya
terdapat air, maka diutuslah oleh mrk beberapa orang untuk memeriksa kebenaran
teori ini. Para pemeriksa itu pergi mengunjungi daerah di mana Hajar berada,
kemudian kembali membawa berita gembira kepada kaumnya tentang mata air Zamzam
dan keadaan Hajar bersama puteranya. Segera sekelompok suku Jurhum itu
memindahkan perkhemahannya ke tempat sekitar Zamzam ,dimana kedatangan mrk
disambut dengan gembira oleh Hajar karena adanya sekelompok suku Jurhum di
sekitarnya, ia memperolehi jiran-jiran yang akan menghilangkan kesunyian dan
kesepian yang selama ini dirasakan di dalam hidupnya berduaan dengan puteranya
saja.
Hajar bersyukur kepada Allah yang dengan rahmatnya telah membuka hati
orang-orang itu cenderung datang meramaikan dan memecahkan kesunyian lembah di
mana ia ditinggalkan sendirian oleh Ibrahim.
Nabi Ismail Sebagai Qurban
Nabi Ibrahim dari masa ke semasa pergi ke Makkah untuk mengunjungi dan
menjenguk Ismail di tempat pengasingannya bagi menghilangkan rasa rindu hatinya
kepada puteranya yang ia sayangi serta menenangkan hatinya yang selalu rungsing
bila mengenangkan keadaan puteranya bersama ibunya yang ditinggalkan di tempat
yang tandus, jauh dari masyarakat kota dan pengaulan umum.
Sewaktu Nabi Ismail mencapai usia remajanya Nabi Ibrahim a.s. mendapat mimpi
bahwa ia harus menyembelih Ismail puteranya. Dan mimpi seorang nabi adalah
salah satu dari cara-cara turunnya wahyu Allah , maka perintah yang diterimanya
dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim. Ia duduk sejurus
termenung memikirkan ujian yang maha berat yang ia hadapi. Sebagai seorang ayah
yang dikurniai seorang putera yang sejak puluhan tahun diharap-harapkan dan
didambakan ,seorang putera yang telah mencapai usia di mana jasa-jasanya sudah
dapat dimanfaatkan oleh si ayah , seorang putera yang diharapkan menjadi
pewarisnya dan penyampung kelangsungan keturunannya, tiba-tiba harus dijadikan
qurban dan harus direnggut nyawa oelh tangan si ayah sendiri.
Namun ia sebagai seorang Nabi, pesuruh Allah dan pembawa agama yang seharusnya
menjadi contoh dan teladan bagi para pengikutnya dalam bertaat kepada Allah
,menjalankan segala perintah-Nya dan menempatkan cintanya kepada Allah di atas
cintanya kepada anak, isteri, harta benda dan lain-lain. Ia harus melaksanakan
perintah Allah yang diwahyukan melalui mimpinya, apa pun yang akan terjadi
sebagai akibat pelaksanaan perintah itu.
Sungguh amat berat ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim, namun sesuai dengan
firman Allah yang bermaksud:" Allah lebih mengetahui di mana dan kepada
siapa Dia mengamanatkan risalahnya." Nabi Ibrahim tidak membuang masa
lagi, berazam {niat} tetap akan menyembelih Nabi Ismail puteranya sebagai
qurban sesuai dengan perintah Allah yang telah diterimanya.Dan berangkatlah
serta merta Nabi Ibrahim menuju ke Makkah untuk menemui dan menyampaikan kepada
puteranya apa yang Allah perintahkan.
Nabi Ismail sebagai anak yang soleh yang sgt taat kepada Allah dan bakti kepada
orang tuanya, ketika diberitahu oleh ayahnya maksud kedatangannya kali ini
tanpa ragu-ragu dan berfikir panjang berkata kepada ayahnya:" Wahai
ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau
akan menemuiku insya-Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada
perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu , agar ayah
mengikatku kuat-kuat supaya aku tidak banyak bergerak sehingga menyusahkan
ayah, kedua agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan
menyebabkan berkurangnya pahalaku dan terharunya ibuku bila melihatnya, ketiga
tajamkanlah parangmu dan percepatkanlah perlaksanaan penyembelihan agar
menringankan penderitaan dan rasa pedihku, keempat dan yang terakhir
sampaikanlah salamku kepada ibuku berikanlah kepadanya pakaian ku ini untuk
menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan
baginya dari putera tunggalnya."Kemudian dipeluknyalah Ismail dan dicium
pipinya oleh Nabi Ibrahim seraya berkata:" Bahagialah aku mempunyai
seorang putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang dengan
ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah."
Saat penyembelihan yang mengerikan telah tiba. Diikatlah kedua tangan dan kaki
Ismail, dibaringkanlah ia di atas lantai, lalu diambillah parang tajam yang
sudah tersedia dan sambil memegang parang di tangannya, kedua mata nabi Ibrahim
yang tergenang air berpindah memandang dari wajah puteranya ke parang yang
mengilap di tangannya, seakan-akan pada masa itu hati beliau menjadi tempat
pertarungan antara perasaan seorang ayah di satu pihak dan kewajiban seorang
rasul di satu pihak yang lain. Pada akhirnya dengan memejamkan matanya, parang
diletakkan pada leher Nabi Ismail dan penyembelihan di lakukan . Akan tetapi
apa daya, parang yang sudah demikian tajamnya itu ternyata menjadi tumpul
dileher Nabi Ismail dan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan
sebagaimana diharapkan.
Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah yang menegaskan bahwa
perintah pergorbanan Ismail itu hanya suatu ujian bagi Nabi Ibrahim dan Nabi
Ismail sampai sejauh mana cinta dan taat mereka kepada Allah. Ternyata keduanya
telah lulus dalam ujian yang sangat berat itu. Nabi Ibrahim telah menunjukkan
kesetiaan yang tulus dengan pergorbanan puteranya. untuk berbakti melaksanakan
perintah Allah sedangkan Nabi Ismail tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam
memperagakan kebaktiannya kepada Allah dan kepada orang tuanya dengan
menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan, sampai-sampai terjadi seketika
merasa bahwa parang itu tidak lut memotong lehernya, berkatalah ia kepada
ayahnya:" Wahai ayahku! Rupa-rupanya engkau tidak sampai hati memotong
leherku karena melihat wajahku, cubalah telangkupkan aku dan laksanakanlah
tugasmu tanpa melihat wajahku."Akan tetapi parang itu tetap tidak berdaya
mengeluarkan setitik darah pun dari daging Ismail walau ia telah ditelangkupkan
dan dicuba memotong lehernya dari belakang.
Dalam keadaan bingung dan sedih hati, karena gagal dalam usahanya menyembelih
puteranya, datanglah kepada Nabi Ibrahim wahyu Allah dengan firmannya:"
Wahai Ibrahim! Engkau telah berhasil melaksanakan mimpimu, demikianlah Kami
akan membalas orang-orang yang berbuat kebajikkan ."Kemudian sebagai
tebusan ganti nyawa Ismail telah diselamatkan itu, Allah memerintahkan Nabi
Ibrahim menyembelih seekor kambing yang telah tersedia di sampingnya dan segera
dipotong leher kambing itu oleh beliau dengan parang yang tumpul di leher
puteranya Ismail itu. Dan inilah asal permulaan sunnah berqurban yang dilakukan
oleh umat Islam pada tiap hari raya Idul Adha di seluruh pelosok dunia.
NABI LUTH AS
Nabi
Luth adalah anak saudara dari Nabi Ibrahim. Ayahnya yang bernama Hasan bin
Tareh adalah saudara sekandung dari Nabi Ibrahim. Ia beriman kepada bapa
saudaranya Nabi Ibrahim mendampinginya dalam semua perjalanan dan sewaktu
mereka berada di Mesir berusaha bersama dalam bidang perternakan yang berhasil
dengan baik binatang ternaknya berkembang biak sehingga dalam waktu yang
singkat jumlah yang sudah berlipat ganda itu tidak dapat ditampung dalam tempat
yang disediakan . Akhirnya perkongsian Ibrahim-Luth dipecah dan binatang
ternakan serta harta milik perusahaan mereka di bahagi dan berpisahlah Luth
dengan Ibrahim pindah ke Yordania dan bermukim di sebuah tempat bernama Sadum.
Nabi Luth Diutuskan Oleh Allah Kepada Rakyat Sadum
Masyarakat Sadum adalah masyarakat yang rendah tingkat moralnya,rusak
mentalnya, tidak mempunyai pegangan agama atau nilai kemanusiaan yang beradab.
Kemaksiatan dan kemungkaran bermaharajalela dalam pergaulan hidup mrk.
Pencurian dan perampasan harta milik menrupakan kejadian hari-hari di mana yang
kuat menjadi kuasa sedang yang lemah menjadi korban penindasan dan perlakuan
sewenang-wenang. Maksiat yang paling menonjol yang menjadi ciri khas hidup
mereka adalah perbuatan homoseks {liwat} di kalangan lelakinya dan lesbian di
kalangan wanitanya. Kedua-dua jenis kemungkaran ini begitu bermaharajalela di
dalam masyarakat sehinggakan ianya merupakan suatu kebudayaan bagi kaum Sadum.
Seorang pendatang yang masuk ke Sadum tidak akan selamat dari diganggu oelh
mrk. Jika ia membawa barang-barang yang berharga maka dirampaslah
barang-barangnya, jika ia melawan atau menolak menyerahkannya maka nyawanya
tidak akan selamat. Akan tetapi jika pendatang itu seorang lelaki yang bermuka
tampan dan berparas elok maka ia akan menjadi rebutan di antara mereka dan akan
menjadi korban perbuatan keji lelakinya dan sebaliknya jika si pendatang itu
seorang perempuan muda maka ia menjadi mangsa bagi pihak wanitanya pula.
Kepada masyarakat yang sudah sedemikian rupa keruntuhan moralnya dan sedemikian
paras penyakit sosialnya diutuslah nabi Luth sebagai pesuruh dan Rasul-Nya
untuk mengangkat mereka dari lembah kenistaan ,kejahilan dan kesesatan serta
membawa mereka alam yang bersih ,bermoral dan berakhlak mulia. Nabi Luth
mengajak mereka beriman dan beribadah kepada Allah meninggalkan kebiasaan
mungkar menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan kejahatan yang diilhamkan
oleh iblis dan syaitan. Ia memberi penerang kepada mereka bahwa Allah telah
mencipta mereka dan alam sekitar mrk tidak meredhai amal perbuatan mrk yang
mendekati sifat dan tabiat kebinatangan dan tidak sesuai dengan nilai-nilai
kemanusiaan dan bahwa Allah akan memberi ganjaran setimpal dengan amal
kebajikan mereka. Yang berbuat baik dan beramal soleh akan diganjar dengan
syurga di akhirat sedang yang melakukan perbuatan mungkar akan di balaskannya
dengan memasukkannya ke dalam neraka Jahanam.
Nabi Luth berseru kepada mrk agar meninggalkan adat kebiasaan iaitu melakukan
perbuatan homoseks dan lesbian karena perbuatan itu bertentangan dengan fitrah
dan hati nurani manusia serta menyalahi hikmah yang terkandung didalam
penciptaan manusia menjadi dua jenis iaitu lelaki dan wanita. Juga kepada
mereka di beri nasihat dan dianjurkan supaya menghormati hak dan milik masing-masing
dengan meninggalkan perbuatan perampasan, perompakan serta pencurian yang
selalu mrk lakukan di antara sesama mrk dan terutama kepada pengunjung yang
datang ke Sadum. Diterangkan bahwa perbuatan-perbuatan itu akan merugikan mrk
sendiri, karena akan menimbulkan kekacauan dan ketidak amanan di dalam negeri
sehingga masing-masing dari mereka tidak merasa aman dan tenteram dalam
hidupnya.
Demikianlah Nabi Luth melaksanakan dakwahnya sesuai dengan tugas risalahnya.Ia
tidak henti-henti menggunakan setiap kesempatan dan dalam tiap pertemuan dengan
kaumnya secara berkelompok atau secara berseorangan mengajak agak mrk beriman
dan percaya kepada Allah menyembah-Nya melakukan amal soleh dan meninggalkan
perbuatan maksiat dan mungkar. Akan tetapi keruntuhan moral dan kerusakan
akhlak sudah berakar sgt di dalam pergaulan hidup mereka dan pengaruh hawa
nafsu dan penyesatan syaitan sudah begitu kuat menguasai tindak-tanduk mereka,
maka dakwah dan ajakkan Nabi Luth yyang dilaksanakan dengan kesabaran dan ketekunan
tidak mendapat tanah yang subur di dalam hati dan fikiran mereka dan berlalu
laksana suasana teriakan di tengah-tengah padang pasir .Telinga-telinga mereka
sudah menjadi pekak bagi ajaran-ajaran Nabi Luth sedang hati dan fikiran mereka
sudah tersumbat rapat dengan ajaran -ajaran syaitan dan iblis.
Akhirnya kaum Luth merasa dan kesal hati mendengar dakwah dan nasihat-nasihat
Nabi Luth yang tidak putus-putus itu dan minta agar ia menghentikan aksi
dakwahnya atau menghadapi pengusir dirinya dari sadum bersama semua
keluarganya. dari pihak Nabi Luth pun sudah tidak ada harapan lagi masyarakat
Sadum dapat terangkat dari lembah kesesatan dan keruntuhan moral mereka dan
bahawa meneruskan dakwah kepada mereka yang sudah buta-tuli hati dan fikiran
serta mensia-siakan masa. Ubat satu-satunya, menurut fikiran Nabi Luth untuk
mencegah penyakit akhlak itu yang sudah parah itu menular kepada
tetangga-tetangga dekatnya, ialah dengan membasmikan mereka dari atas bumi
sebagai pembalasan ke atas terhadap kekerasan kepala mrk juga untuk menjadi
ibrah dan pengajaran umat-umat disekelilingnya. beliau memohon kepada Allah
agar kepada kaumnya masyarakat Sadum diberi pengajaran berupa azab di dunia
sebelum azab yang menanti mereka di akhirat kelak.
Para Malaikat Tamunya Nabi Ibrahim Bertamu Kepada Nabi Luth.
Permohonan Nabi Luth dan doanya diperkenankan dan dikabulkan oleh Allah s.w.t.
Dikirimkanlah kepadanya tiga orang malaikat menyamar sebagai manusia biasa. Mrk
adalah malaikat yang bertamu kepada Nabi Ibrahim dengan membawa berita gembira
atas kelahiran Nabi Ishaq, dan memberitahu kepada mrk bahwa dia adalah utusan
Allah dengan tugas menurunkan azab kepada kaum Luth penduduk kota Sadum. Dalam
kesempatan pertemuan mana Nabi Ibrahim telah mohon agar penurunan azab keatas
kaum Sadum ditunda ,kalau-kalau mereka kembali sedar mendebgarkan dan mengikuti
ajakan Luth serta bertaubat dari segala maksiat dan perbuatan mungkar. Juga
dalam pertemuan itu Nabi Ibrahim mohon agar anaksaudaranya, Luth diselamatkan
dari azab yang akan diturunkan keatas kaum Saum permintaan mana oleh para
malaikat itu diterima dan dijamin bahwa Luth dan keluarganya tidak akan terkena
azab.
Para malaikat itu sampai di Sadum dengan menyamar sebagai lelaki remaja yang
berparas tampan dan bertubuh yang elok dan bagus. Dalam perjalanan mrk hendak
memasuki kota, mrk berselisih dengan seorang gadis yang cantik dan ayu sedang
mengambil dari sebuah perigi. Para malaikat atau lelaki remaja itu bertanya
kepada si gadis kalau-kalau mrk diterima ke rumah sebagai tetamu. Si gadis
tidak berani memberi keputusan sebelum ia beruding terlebih dahulu dengan
keluarganya. Maka ditngglkanlah para lelaki remaja itu oleh si gadis seraya ia
pulang ke rumah cepat-cepat untuk memberitahu ayahnya.
Si ayah iaitu Nabi Luth sendiri mendengar lapuran puterinya menjadi binggung
jawapan apa yang harus ia berikan kepada para pendatang yang ingin bertamu ke
rumahnya untuk beberapa waktu, namun menerima tamu-tamu remaja yang berparas
tampan dan kacak akan mengundang risiko gangguan kepadanya dan kepada
tamu-tamunya dari kaumnya yang tergila-gila oleh remaja-remaja yang mempunyai
tubuh bagus dan wajah elok. Sedang kalau hal yang demikian itu terjadi ia
sebagai tuan rumah harus bertanggungjawab terhadap keselamatan tamunya, padahal
ia merasa bahwa ia tidak akan berdaya menghadapi kaumnya yang bengis-bengis dan
haus maksiat itu.
Timbang punya timbang dan fikir punya fikir akhirnya diputuskan oleh Nabi Luth
bahwa ia akan menerima mrk sebagai tamu di rumahnya apa pun yang akan terjadi
sebagai akibat keputusannya ia pasrahkan kepada Allah yang akan melindunginya.
Lalu pergilah ia sendiri menjemput tamu-tamu yang sedang menanti di pinggir
kota dan diajaklah mrk bersama-sama ke rumah pada saat kota Sadum sudah
diliputi kegelapan dan manusianya sudah nyenyak tidur di rumah masing-masing.
Nabi Luth berusah dab berpesan kepada isterinya dan kedua puterinya agar
merahsiakan kedatangan tamu-tamu, jangan sampai terdengar dan diketahui oleh
kaumnya. Akan tetapi isteri Nabi Luth yang memang sehaluan dan sependirian dengan
penduduk Sadum telah membocorkan berita kedatangan para tamu dan terdengarlah
oleh pemuka-pemuka mereka bahwa Luth ada tetamu terdiri daripada remaja-remaja
yang tampan parasnya dan memiliki tubuh yang sangat menarik bagi para penggemar
homoseks.
Terjadilah apa yang dikhuatirkan oleh Nabi Luth. Begitu tersiar dari mulut ke
mulut berita kedatangan tamu-tamu remaja di rumah Luth, berdatanglah mereka ke
rumahnya untuk melihat para tamunya dan memuaskan nafsunya. Nabi Luth tidak
membuka pintu bagi mrk dan berseru agar mrk kembali ke rumah masing-masing dan
jgn menggunggu tamu-tamu yang datangnya dari jauh yang sepatutnya dihormati dan
dimuliakan .Mrk diberi nasihat agar meninggalkan adat kebiasaan yang keji itu
yang bertentangan dengan fitrah manusia dan kudrat alam di mana Tuhan telah
menciptkan manusia berpasangan antara lelaki dengan perempuan untuk menjaga
kelangsungan perkembangan umat manusia sebagai makhluk yang termulia di atas
bumi. nabi Luth berseru agar mereka kembali kepada isteri-isteri mrk dan
meninggalkan perbuatan maksiat dan mungkar yang tidak senonoh, sebelum mrk
dilanda azab dan seksaan Allah.
Seruan dan nasihat-nasihat Nabi Luth dihiraukan dan dipedulikan ,mrk bahkan
mendesak akan menolak pintu rumahnya dengan paksa dan kekerasan kalau pintu
tidak di buka dengan sukarela. Merasa bahwa dirinya sudah tidak berdaya untuk
menahan arus orang-orang penyerbu dari kaumnya itu yang akan memaksakan
kehendaknya dengan kekerasan berkatalah Nabi Luth secara terus terang kepada
para tamunya:" Sesungguhnya aku tidak berdaya lagi menahan orang-orang itu
menyerbu ke dalam .Aku tidak memiliki senjata dan kekuatan fizikal yang dapat
menolak kekerasan mereka , tidak pula mempunyai keluarga atau sanak saudara
yang disegani mrk yang dapat aku mintai pertolongannya, maka aku merasa sangat
kecewa, bahwa sebagai tuan rumah aku tidak dapat menghalaukan gangguan terhadap
tamu-tamuku dirumahku sendiri.
Begitu Nabi Luth selesai mengucapkan keluh-kesahnya para tamu segera
mengenalkan diri kepadanya dan memberi identitinya, bahawa mereka adalah
malaikat-malaikat yang menyamar sebagai manusia yang bertamu kepadanya dan
bahwa mereka datang ke Sadum untuk melaksanakan tugas menurunkan azab dan seksa
atas rakyatnya yang membangkang dan enggan membersihkan masyarakatnya dari
segala kemungkaran dan kemaksiat yang keji dan kotor.
Kepad Nabi Luth para malaikat itu menyarankan agar pintu rumahnya dibuka
lebar-lebar untuk memberi kesempatan bagi orang -orang yang haus homoseks itu
masuk. Namun malangnya apabila pintu dibuka dan para penyerbu menindakkan kaki
untuk masuk, tiba-tiba gelaplah pandangan mrk dan tidak dapat melihat sesuatu.
mrk mengusap-usap mata, tetapi ternyata sudah menjadi buta.
Sementara para penyerbu rumah Nabi Luth berada dalam keadaan kacau bilau
berbentur antara satu dengan lain berteriak-teriak menanya-nanya gerangan apa
yang menjadikan mereka buta dengan mendadak para berseru kepada Nabi Luth agar
meninggalkan segera perkampungan itu bersam keluarganya, karena masanya telah
tiba bagi azab Allah yang akan ditimpakan. Para malaikat berpesan kepada Nabi
Luth dan keluarganya agar perjalanan ke luar kota jangan seorang pun dari
mereka menoleh ke belakang.
Nabi Luth keluar dari rumahnya sehabis tengah malam, bersama keluarganya
terdiri dari seorang isteri dan dua puterinya berjalan cepat menuju keluar
kota, tidak menoleh ke kanan mahupun kekiri sesuai dengan petunjuk para
malaikat yang menjadi tamunya.Akan tetapi si isteri yang menjadi musuh dalam
selimut bagi Nabi Luth tidak tergamak meninggalkan kaumnya. Ia berada
dibelakang rombongan Nabi Luth berjalan perlahan-lahan tidak secepat langkah
suaminya dan tidak henti-henti menoleh ke belakang karena ingin mengetahui apa
yang akan menimpa atas kaumnya, seakan-akan menragukan kebenaran ancaman para
malaikat yang telah didengarnya sendiri. Dan begitu langkah Nabi Luth berserta
kedua puterinya melewati batas kota Sadum, sewaktu fajar menyingsing,
bergetarlah bumi dengan dahsyatnya di bawah kaki rakyat Sadum, tidak terkecuali
isteri Nabi Luth yang munafiq itu. Getaran itu mendahului suatu gempa bumi yang
kuat dan hebat disertai angin yang kencang dan hujan batu sijjil yang
menghancurkan dengan serta-merta kota Sadum berserta semua pemghuninya
.Demikianlah mukjizat dan ayat Allah yang diturunkan untuk menjadi pengajaran
dan ibrah bagi hamba-hamba-Nya yang mendatang.
Kisah Nabi Luth Di Dalam Al-Quran
Kisah Nabi Luth dalam Al-Quran terdapat pada 85 ayat dalam 12 surah diantaranya
surah "Al-Anbiyaa" ayat 74 dan 75 , surah "Asy-Syu'ara"
ayat 160 sehingga ayat 175 , surah "Hud" ayat 77 sehingga ayat 83 ,
surah "Al-Qamar" ayat 33 sehingga 39 dan surah "At-Tahrim"
ayat 10
NABI ISHAQ AS
Nabi Ishaq adalah putera nabi
Ibrahim dari isterinya Sarah, sedang Nabi Ismail adalah puteranya dari Hajr,
dayang yang diterimanya sebagai hadiah dari Raja Namrud.
Tentang Nabi Ishaq ini tidak dikisahkan dalan Al-Quran kecuali dalam beberapa
ayat di antaranya adalah ayat 69 sehingga 74 dari surah Hud, seperti berikut:
" Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami {malaikat-malaikat} telah datang
kepada Ibrahim membawa khabar gembira mereka mengucapkan
"selamat".Ibrahim menjawab: "Selamatlah" maka tidak lama
kemudian Ibrahim menjamukan daging anak sapi yang dipanggang. 70. Mak tatkala
dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan
mereka, dan merasa takut kepada mereka. malaikat itu berkata " Janagan
kamu takut sesungguhnya kami adalah {malaikat-malaikat} yang diuts untuk kaum
Luth." 71. dan isterinya berdiri di sampingnya lalu di tersenyum. Maka
Kami sampaikan kepadanya berita gembira akan {kelahiran} Ishaq dan sesudah
Ishaq {lahir pula} Ya'qup. 72. Isterinya berkata " sungguh menghairankan
apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua dan
suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua juga? Sesungguhnya ini benar-benar
sesuatu yang aneh. 73. Para malaikat itu berkata " Apakah kamu merasa
hairan tentang ketetapan Allah? { itu adalah} rahmat Allah dan keberkatan-Nya
dicurahkan atas kamu hai ahlulbait! sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha
Pemurah. 74. Mak tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim dan berita gembira
telah datang kepadanya dia pun bersoal jawab dengan {malaikat-malaikat} Kami
tentang kaum Luth." { Hud : 69 ~ 74 }
Selain ayat-ayat yang tersebut di atas yang membawa berita akan lahirnya Nabi
Ishaq drp kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia yang menurut sementara
riwayat bahwa usianya pada waktu itu sudah mencapai sembilan puluh tahun,
terdapat beberapa ayat yang menetapkan kenabiannya di antaranya ialah ayat 49
surah "Maryam" sebagai berikut:
" Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang
meerka sembah selain Allah Kami anugerahkan kepadanya Ishaq dan Ya'qup. Dan
masing-masingnya Kami angkat menjadi nabi."
Dan ayat 112 dan 113 surah "Ash-Shaffaat" sebagai berikut :
" 112. Dan Kami dia khabar gembira dengan {kelahiran} Ishaq seorang nabi
yang termasuk orang-orang yang soleh. 113. Kami limpahkan keberkatan atasnya
dan atas Ishaq. Dan di antara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada {pula}
yang zalim terhadap dirinya dengan nyata."
Catatan Tambahan
Diriwayatkan bahwa Nabi Ibrahim wafat pada usia 175 tahun. Nabi Ismail pada
usia 137 tahun dan Nabi Ishaq pada usia 180 tahun.
NABI YA'KUB AS
Nabi Ya'qub adalah putera dari Nabi
Ishaq bin Ibrahim sedang ibunya adalah anak saudara dari Nabi Ibrahim, bernama
Rifqah binti A'zar. Ia adalah saudara kembar dari putera Ishaq yang kedua bernama
Ishu.
Antara kedua saudara kembar ini tidak terdapat suasana rukun dan damai serta
tidak ada menaruh kasih-sayang satu terhadap yang lain bahkan Ishu mendendam
dengki dan iri hati terhadap Ya'qub saudara kembarnya yang memang dimanjakan
dan lebih disayangi serta dicintai oleh ibunya. Hubungan mereka yang renggang
dan tidak akrab itu makin buruk dan tegang setelah diketahui oleh Ishu bahwa
Ya'qublah yang diajukan oleh ibunya ketika ayahnya minta kedatangan
anak-anaknya untuk diberkahi dan didoakan, sedangkan dia tidak diberitahu dan
karenanya tidak mendapat kesempatan seperti Ya'qub memperoleh berkah dan doa
ayahnya, Nabi Ishaq.
Melihat sikap saudaranya yang bersikap kaku dan dingin dan mendengar kata-kata
sindirannya yang timbul dari rasa dengki dan irihati, bahkan ia selalu diancam
maka datanglah Ya'qub kepada ayahnya mengadukan sikap permusuhan itu. Ia
berkata mengeluh : " Wahai ayahku! Tolonglah berikan fikiran kepadaku,
bagaimana harus aku menghadapi saudaraku Ishu yang membenciku mendendam dengki
kepadaku dan selalu menyindirku dengan kata-kata yang menyakitkan hatiku,
sehinggakan menjadihubungan persaudaraan kami ber dua renggang dan tegang tidak
ada saling cinta mencintai saling sayang-menyayangi. Dia marah karena ayah
memberkahi dan mendoakan aku agar aku memperolehi keturunan soleh, rezeki yang
mudah dan kehidupan yang makmur serta kemewahan . Dia menyombongkan diri dengan
kedua orang isterinya dari suku Kan'aan dan mengancam bahwa anak-anaknya dari
kedua isteri itu akan menjadi saingan berat bagi anak-anakku kelak didalam
pencarian dan penghidupan dan macam-macam ancaman lain yang mencemas dan
menyesakkan hatiku. Tolonglah ayah berikan aku fikiran bagaimana aku dapat
mengatasi masalah ini serta mengatasinya dengan cara kekeluargaan.
Berkata si ayah, Nabi Ishaq yang memang sudah merasa kesal hati melihat
hubungan kedua puteranya yang makin hari makin meruncing:" Wahai anakku,
karena usiaku yang sudah lanjut aku tidak dapat menengahi kamu berdua ubanku
sudah menutupi seluruh kepalaku, badanku sudah membongkok raut mukaku sudah
kisut berkerut dan aku sudak berada di ambang pintu perpisahan dari kamu dan
meninggalkan dunia yang fana ini. Aku khuatir bila aku sudah menutup usia,
gangguan saudaramu Ishu kepadamu akan makin meningkat dan ia secara terbuka akan
memusuhimu, berusaha mencari kecelakaan mu dan kebinasaanmu. Ia dalam usahanya
memusuhimu akan mendapat sokongan dan pertolongan dan saudara-saudara iparnya
yang berpengaruh dan berwibawa di negeri ini. Maka jalan yang terbaik bagimu,
menurut fikiranku, engkau harus pergi meninggalkan negeri ini dan berhijrah
engkau ke Fadan A'raam di daerah Irak, di mana bermukin bapa saudaramu saudara
ibumu Laban bin Batu;il. Engkau dapat mengharap dikahwinkan kepada salah
seorang puterinya dan dengan demikian menjadi kuatlah kedudukan sosialmu
disegani dan dihormati orang karena karena kedudukan mertuamu yang menonjol di
mata masyarkat. Pergilah engkau ke sana dengan iringan doa drpku semoga Allah
memberkahi perjalananmu, memberi rezeki murah dan mudah serta kehidupan yang
tenang dan tenteram.
Nasihat dan anjuran si ayah mendapat tempat dalam hati si anak. Ya'qub melihat
dalam anjuran ayahnya jalan keluar yang dikehendaki dari krisis hubungan
persaudaraan antaranya dan Ishu, apalagi dengan mengikuti saranan itu ia akan
dapat bertemu dengan bapa saudaranya dan anggota-anggota keluarganya dari pihak
ibunya .Ia segera berkemas-kemas membungkus barang-barang yang diperlukan dalam
perjalanan dan dengan hati yang terharu serta air mata yang tergenang di
matanya ia meminta kepada ayahnya dan ibunya ketika akan meninggalkan rumah.
Nabi Ya'qub Tiba di Irak
Dengan melalui jalan pasir dan Sahara yang luas dengan panas mataharinya yang
terik dan angi samumnya {panas} yang membakar kulit, Ya'qub meneruskan
perjalanan seorang diri, menuju ke Fadan A'ram dimana bapa saudaranya Laban
tinggal. Dalam perjalanan yang jauh itu , ia sesekali berhenti beristirehat
bila merasa letih dan lesu .Dan dalam salah satu tempat perhentiannya ia
berhenti karena sudah sgt letihnya tertidur dibawah teduhan sebuah batu karang
yang besar .Dalam tidurnya yang nyenyak, ia mendapat mimpi bahwa ia dikurniakan
rezeki luas, penghidupan yang aman damai, keluarga dan anak cucuc yang soleh
dan bakti serta kerajaan yang besar dan makmur. Terbangunlah Ya'qub dari tidurnya,
mengusapkan matanya menoleh ke kanan dan ke kiri dan sedarlah ia bahawa apa
yang dilihatnya hanyalah sebuah mimpi namun ia percaya bahwa mimpinya itu akan
menjadi kenyataan di kemudian hari sesuia dengan doa ayahnya yang masih tetap
mendengung di telinganya. Dengan diperoleh mimpi itu ,ia merasa segala letih
yang ditimbulkan oleh perjalanannya menjadi hilang seolah-olah ia memperolehi
tanaga baru dan bertambahlah semangatnya untuk secepat mungkin tiba di tempat
yang di tuju dan menemui sanak-saudaranya dari pihak ibunya.
Tiba pada akhirnya Ya'qub di depan pintu gerbang kota Fadan A'ram setelah
berhari-hari siang dan malam menempuh perjalanan yang membosankan tiada yang
dilihat selain dari langit di atas dan pasir di bawah. Alangkah lega hatinya
ketika ia mulai melihat binatang-binatang peliharaan berkeliaran di atas
ladang-ladang rumput ,burung-burung berterbangan di udara yang cerah dan para
penduduk kota berhilir mundir mencari nafkah dan keperluan hidup masing-masing.
Sesampainya disalah satu persimpangan jalan ia berhenti sebentar bertanya salah
seorang penduduk di mana letaknya rumah saudara ibunya Laban barada. Laban
seorang kaya-raya yang kenamaan pemilik dari suatu perusahaan perternakan yang
terbesar di kota itu tidak sukar bagi seseorang untuk menemukan alamatnya.
Penduduk yang ditanyanya itu segera menunjuk ke arah seorang gadis cantik yang
sedang menggembala kambing seraya berkata kepada Ya'qub:"Kebetulan sekali,
itulah dia puterinya Laban yang akan dapat membawamu ke rumah ayahnya, ia bernama
Rahil.
Dengan ahti yang berdebar, pergilah Ya'qub menghampiri yang ayu itu dan cantik
itu, lalu dengan suara yang terputus-putus seakan-akan ada sesuatu yang
mengikat lidahnya ,ia mengenalkan diri, bahwa ia adalah saudara sepupunya
sendiri. Ibunya yang bernama Rifqah adalah saudara kandung dair ayah si gadis
itu. Selanjutnya ia menerangkan kepada gadis itu bahwa ia datang ke Fadam
A'raam dari Kan'aan dengan tujuan hendak menemui Laban ,ayahnya untuk
menyampaikan pesanan Ishaq, ayah Ya'qub kepada gadis itu. Maka dengan senang
hati sikap yang ramah muka yang manis disilakan ya'qub mengikutinya berjalan
menuju rumah Laban bapa saudaranya.
berpeluk-pelukanlah dengan mesranya si bapa saudara dengan anak saudara,
menandakan kegembiraan masing-masing dengan pertemuan yang tidak
disangka-sangka itu dan mengalirlah pada pipi masing-masing air mata yang
dicucurkan oleh rasa terharu dan sukcita. Maka disapkanlah oleh Laban bin
Batu'il tempat dan bilik khas untuk anak saudaranya Ya'qub yang tidak berbeda
dengan tempat-tempat anak kandungnya sendiri di mana ia dapat tinggal sesuka
hatinya seperti di rumahnya sendiri.
Setelah selang beberapa waktu tinggal di rumah Laban ,bapa saudaranya sebagai
anggota keluarga disampaikan oleh Ya'qub kdp bapa saudranya pesanan Ishaq
ayahnya, agar mereka berdua berbesan dengan mengahwinkannya kepada salah
seorang dari puteri-puterinya. Pesanan tersebut di terima oleh Laban dan setuju
akan mengahwinkan Laban dengan salah seorang puterinya, dengan syarat sebagai
maskahwin, ia harus memberikan tenaga kerjanya di dalam perusahaan penternakan
bakal mentuanya selama tujuh tahun. Ya'qub menyetujuinya syarat-syarat yang
dikemukakan oleh bapa saudaranya dan bekerjalah ia sebagai seorang pengurus
perusahaan penternakan terbesar di kota Fadan A'raam itu.
Setelah mas tujuh tahun dilampaui oleh Ya'qub sebagai pekerja dalam perusahaan
penternakan Laban ,ia menagih janji bapa saudaranya yang akan mengambilnya
sebagai anak menantunya. Laban menawarkan kepada ya'qub agar menyunting
puterinya yang bernama Laiya sebagai isteri, namun anak saudaranya menghendaki
Rahil adik dari Laiya, kerana lebih cantik dan lebih ayu dari Laiya yang
ditawarkannya itu.Keinginan mana diutarakannya secara terus terang oleh Ya'qub
kepada bapa saudaranya, yang juga dari pihak bapa saudaranya memahami dan
mengerti isi hati anak saudaranya itu. Akan tetapi adat istiadat yang berlaku
pada waktu itu tidak mengizinkan seorang adik melangkahi kakaknya kahwin lebih
dahulu. karenanya sebagi jalan tengah agak tidak mengecewakan Ya'qub dan tidak
pula melanggar peraturan yang berlaku, Laban menyarankan agar anak saudaranya
Ya'qub menerima Laiya sebagai isteri pertama dan Rahil sebagai isteri kedua
yang akan di sunting kelak setelah ia menjalani mas kerja tujuh tahun di dalam
perusahaan penternakannya.
Ya'qub yang sangat hormat kepada bapa saudaranya dan merasa berhutang budi
kepadanya yang telah menerimanya di rumah sebagai keluarga, melayannya dengan
baik dan tidakdibeda-bedakan seolah-olah anak kandungnya sendiri, tidak dapat
berbuat apa-apa selain menerima cadangan bapa saudaranya itu . Perkahwinan
dilaksanakan dan kontrak untuk masa tujuh tahun kedua ditanda-tangani.
Begitu masa tujuh tahun kedua berakhir dikahwinkanlah Ya'qub dengan Rahil gadis
yang sangat dicintainya dan selalu dikenang sejak pertemuan pertamanya tatkala
ia masuk kota Fadan A'raam. Dengan demikian Nabi Ya'qub beristerikan dua wanita
bersaudara, kakak dan adik, hal mana menurut syariat dan peraturan yang berlaku
pada waktu tidak terlarang akan tetapi oleh syariat Muhammad s.a.w. hal semacam
itu diharamkan.
Laban memberi hadiah kepada kedua puterinya iaitu kedua isteri ya'qub seorang
hamba sahaya untuk menjadi pembantu rumahtangga mereka. Dan dari kedua
isterinya serta kedua hamba sahayanya itu Ya'qub dikurniai dua belas anak, di
antaraya Yusuf dan Binyamin dari ibu Rahil sedang yang lain dari Laiya.
Kisah Nabi Ya'qub Di Dalam Al-Quran
Kisah Nabi Ya'qub tidak terdapat dalam Al-Quran secara tersendiri, namun
disebut-sebut nama Ya'qub dalam hubungannya dengan Ibrahim, Yusuf dan lain-lain
nabi. Bahn kisah ini adalah bersumberkan dari kitab-kitab tafsir dan buku-buku
sejarah.
NABI YUSUF AS
Nabi Yusuf adalah putera ke tujuh
daripada dua belas putera-puteri Nabi Ya'qub. Ia dengan adiknya yang bernama
Benyamin adalah beribukan Rahil, saudara sepupu Nabi Ya'qub. Ia dikurniakan
Allah rupa yang bagus, paras tampan dan tubuh yang tegap yang menjadikan idaman
setiap wanita dan kenangan gadis-gadis remaja. Ia adalah anak yang dimanjakan
oleh ayahnya, lebih disayang dan dicintai dibandingkan dengan
saudara-saudaranya yang lain, terutamanya setelah ditinggalkan iaitu wafatnya
ibu kandungnya Rahil semasa ia masih berusia dua belas tahun.
Perlakuan yang diskriminatif dari Nabi Ya'qub terhadap anak-anaknya telah
menimbulkan rasa iri-hati dan dengki di antara saudara-saudara Yusuf yang lain,
yang merasakan bahawa mereka dianak-tirikan oleh ayahnya yang tidak adil sesama
anak, memanjakan Yusuf lebih daripada yang lain.
Rasa jengkel mereka terhadap kepada ayahnya dan iri-hati terhadap Yusuf membangkitkan
rasa setia kawan antara saudara-saudara Yusuf, persatuan dan rasa persaudaraan
yang akrab di antara mereka.
Saudara-saudara Yusuf mengadakan pertemuan
Dalam pertemuan rahsia yang mrk
adakan untuk merundingkan nasib yang mrk alami dan mengatur aksi yang harus mrk
lakukan bagi menyedarkan ayahnya, menuntut perlakuan yang adil dan saksama,
berkata salah seorang drp mrk:" Tidakkah kamu merasakan bahawa perlakuan
terhadap kita sebagai anak-anaknya tidak adil dan berat sebelah? Ia memanjakan Yusuf
dan menyintai serta menyayangi lebih daripada kita, seolah-olah Yusuf dan
Benyamin sahajalah anak-anak kandungnya dan kita anak-anak tirinya , padahal
kita adalah lebih tua dan lebih cekap daripada mereka berdua serta kitalah yang
selalu mendampingi ayah,mengurus segala keperluannya dan keperluan
rumahtanggannya. Kita merasa hairan mengapa hanya Yusuf dan Benyamin sahaja
yang menjadi keistimewaan disisi ayah. Apakah ibunya lebih dekat kepada hati
ayah berbanding dengan ibu kita? Jika memang itu alasannya ,maka apakah salah
kita? Bahwa kita lahir daripada ibu yang mendapat tempat kedua di hati ayah
ataukah paras Yusuf yang lebih tampan dan lebih cekap drp paras dan wajah kita
yang memang sudah demikian diciptakan oleh Tuhan dan sesekali bukan kehendak
atau hasil usaha kita? Kita amat sesalkan atas perlakuan dan tindakan ayah yang
sesal dan keliru ini serta harus melakukan sesuatu untuk mengakhiri keadaan
yang pincang serta menjengkelkan hati kami semua."
Seorang saudara lain berkata
menyambung:" Soal cinta atau benci simpati atau antipati adalah soal hati
yang tumbuh laksana jari-jari kita, tidak dapat ditanyakan mengapa yang satu
lebih rebdah dari yang lain dan mengapa ibu jari lebih besar dari jari
kelingking. Yang kita sesalkan ialah bahwa ayah kita tidak dpt mengawal rasa
cintanya yang berlebih-lebihan kepada Yusuf dan Benyamin sehingga
menyebabkannya berlaku tidak adil terhadap kami semua selaku sesama anak
kandungnya. Keadaan yang pincang dalam hubungan kita dengan ayah tidak akan
hilang, jika penyebab utamanya tidak kita hilangkan. Dan sebagaimana kamu
ketahui bahwa penyebab utamanya dari keadaan yang menjengkel hati ini ialah
adanya Yusuf di tengah-tengah kita. Dia adalah penghalang bagi kita untuk dpt
menerobos ke dalam lubuk hati ayah kita dan dia merupakan dinding tebal yang
memisahkan kita dari ayah kita yang sangat kita cintai. Maka jalan satu-satunya
untuk mengakhiri kerisauan kita ini ialah dengan melenyapkannya dari
tengah-tengah kita dan melemparkannya jauh-jauh dari pergaulan ayah dan
keluarga kita. Kita harus membunuh dengan tangan kita sendiri atau
mengasingkannya di suatu tempat di mana terdpt binatang-binatang buas yang akan
melahapnya sebagai mangsa yang empuk dan lazat. Dan kita tidak perlu meragukan
lagi bahwa bila Yusuf sudah lenyap dari mata dan pergaulan ayah , ia akan
kembali menyintai dan menyayangi kita sebagai anak-anaknya yang patut mendapat
perlakuan adil dan saksama dari ayah dan suasana rumahtangga akan kembali
menjadi rukun, tenang dan damai, tiada sesuatu yang merisaukan hati dan
menyesakkan dada."
Berkata Yahudza, putera keempat dari Nabi Ya'qub dan yang paling cekap dan
bijaksana di antara sesama saudaranya:" Kita semuanya adalah putera-putera
Ya'qub pesuruh Allah dan anak dari Nabi Ibrahim, pesuruh dan kekasih Allah.
Kami semua adalah orang-orang yang beragama dan berakal waras. Membunuh adalah
sesuatu perbuatan yang dilarang oleh agama dan tidak diterima oleh akal yang
sihat, apa lagi yang kami bunuh itu atau serahkan jiwanya kepada binatang buas
itu adalah saudara kita sendiri , sekandung, sedarah , sedaging yang tidak
berdosa dan tidak pula pernah melakukan hal-hal yang menyakitkan hati atau
menyentuh perasaan. Dan bahwa ia lebih dicntai dan disayangi oleh ayah, itu
adalah suatu yang berada di luar kekuasaannya dan sesekali tidak dpt ditimpakan
dosanya kepadanya. Maka menurut fikiran saya kata Yahudza melanjutkan bahasnya
ialah dengan jalan yang terbaik untuk melenyapkan Yusuf ialah melemparkannya ke
dalam sebuah perigi yang kering yang terletak di sebuah persimpangan jalan tempat
kafilah-kafilah dan para musafir berhenti beristirehat memberi makan dan minum
kepada binatang-binatang kenderaannya. Dengan cara demikian terdpt kemungkinan
bahwa salah seorang daripada musafir itu menemukan Yusuf, mengangkatnya dari
dalam perigi dan membawanya jauh-jauh sebagai anak pungut atau sebagai hamba
sahaya yang akan diperjual-belikan .Dengan cara aku kemukakan ini ,kami telah
dapat mencapai tujuan kami tanpa melakukan pembunuhan dan merenggut nyawa adik
kami yang tidak berdosa."
Fikiran dan cadangan yang dikemuka oleh Yahudza itu mendapat sambutan baik dan
disetujui bulat oleh saudara-saudaranya yang lain dan akan melaksanakannya pada
waktu dan kesempatan yang tepat. Pertemuan secara rahsia itu bersurai dengan
janji dari masing-masing saudara hadir, akan menutup mulut dan merahsiakan
rancangan jahat ini seketat-ketatnya agar tidak bocor dan tidak didengar oleh
ayah mereka sebelum pelaksanaannya.
Nabi Yusuf bermimpi
Pada malam di mana para saudaranya
mengadakan pertemuan sulit yang mana untuk merancangkan muslihat dan rancangan
jahat terhadap diri adiknya yang ketika itu Nabi Yusuf sedang tidur nyenyak ,
mengawang di alam mimpi yang sedap dan mengasyikkan ,tidak mengetahui apa yang
oleh takdir di rencanakan atas dirinya dan tidak terbayang olehnya bahwa
penderitaan yang akan dialaminya adalah akibat dari perbuatan saudara-saudara
kandungnya sendiri, yang diilhamkan oleh sifat-sifat cemburu, iri hati dan
dengki.
Pd mlm yang nahas itu Nabi Yusuf melihat dalam mimpinya seakan-akan sebelas
bintang, matahari dan bulan yang berada di langit turun dan sujud di depannya.
Terburu-buru setelah bangun dari tidurnya, ia datang menghampiri ayahnya ,
menceritakan kepadanya apa yang ia lihat dan alami dalam mimpi.
Tanda gembira segera tampak pada wajah Ya'qub yang berseri-seri ketika
mendengar cerita mimpi Yusuf, puteranya. Ia berkata kepada puteranya:"
Wahai anakku! Mimpimu adalah mimpi yang berisi dan bukan mimpi yang kosong.
Mimpimu memberikan tanda yang membenarkan firasatku pada dirimu, bahwa engkau
dikurniakan oleh Allah kemuliaan ,ilmu dan kenikmatan hidup yang mewah.Mimpimu
adalah suatu berita gembira dari Allah kepadamu bahwa hari depanmu adalah hari
depan yang cerah penuh kebahagiaan, kebesaran dan kenikmatan yang
berlimpah-limpah.Akan tetapi engkau harus berhati-hati, wahai anakku ,janganlah
engkau ceritakan mimpimu itu kepada saudaramu yang aku tahu mereka tidak
menaruh cinta kasih kepadamu, bahkan mereka mengiri kepadamu karena kedudukkan
yang aku berikan kepadamu dan kepada adikmu Benyamin. Mrk selalu berbisik-bisik
jika membicarakan halmu dan selalu menyindir-nyindir dalam percakapan mrk
tentang kamu berdua. Aku khuatir, kalau engkau ceritakan kepada mrk kisah
mimpimu akan makin meluaplah rasa dengki dan iri-hati mereka terhadapmu dan
bahkan tidak mungkin bahwa mereka akan merancang perbuatan jahat terhadapmu
yang akan membinasakan engkau. Dan dalam keadaan demikian syaitan tidak akan
tinggal diam, tetapi akan makin mambakar semangat jahat mereka dan mengorbankan
rasa dengki dan iri hati yang bersemayam dalam dada mrk. Maka berhati-hatilah,
hai anakku, jangan sampai cerita mimpimu ini bocor dan didengar oleh
mereka."
Isi cerita tersebut di atas terdapat dalam Al_Quran ,dalam surah
"Yusuf" ayat 4 sehingga ayat 10 yang berbunyi sebagai berikut:
Maksudnya:" {Ingatlah} ketika Yusuf berkata kepada ayahnya : "Wahai
ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas buah bintang, matahari dan
bulan, kulihat semuanya sujud kepadaku". 5. Ayahnya berkata: "Hai
anakku ,jgnlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudar-saudaramu, maka mrk
membuat muslihat {utk membinasakanmu} .Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh
yang nyata bagi manusia." 6. Dan demikianlah Tuhanmu memilih kamu {utk
menjadi Nabi} dan diajarkannya kepada kamu sebahagian dari takdir mimpi-mimpi
dan disempurnakannya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya'qub sebagaimana
Dia telah menyempurnakan nikmatnya kepada dua orang bapamu sebelum itu, {iaitu}
Ibrahim dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. 7.
Sesungguhnya ada beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada {kisah} Yusuf dan
saudara-saudaranya bagi orang yang bertanya. 8. {Iaitu} ketika mereka berkata:
"Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya {Benyamin} lebih dicintai oleh
ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita {ini} adalah satu golongan {yang
kuat} .Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata." 9.
Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah {yang tidak dikenal} supaya
perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi
orang-orang yang baik." 10. Seorang daripada mrk berkata: "Janganlah
kamu bunuh Yusuf, tetapi masukkanlah ia ke dalam perigi, supaya dia dipungut
oleh beberapa orang musafir jika kamu hendak berbuat." { Yusuf :4 ~ 10 }
Yusuf dimasukan kedalam perigi
Pada esok harinya setelah semalam
suntuk saudara kandung Yusuf bertemu berundingkan siasat dan merancangkan
penyingkiran adiknya yang merupakan saingan yang berat dalam merebut hati si
ayah, datanglah mereka menghadapi Nabi Ya'qub ayahnya meminta izin membawa
Yusuf berekreasi bersama mereka di luar kota. Berkata juru cakap mrk kepada si
ayah: " Wahai ayah yang kami cintai! Kami berhajat berekreasi dan berkelah
di luar kota beramai-ramai dan ingin sekali bahawa adik kami Yusuf turut serta
dan tidak ketinggalan , menikmati udara yang cerah di bawah langit biru yang
bersih. Kami akan bawa bekal makanan dan minuman yang cukup untuk santapan kami
selama sehari berada di luar kota untuk bersuka ria dan bersenang-senang
,menghibur hati yang lara dan melapangkan dada yang sesak, seraya mempertebal
rasa persaudaraan dan semangat kerukunan di antara sesama saudara."
Berkata Ya'qub kepada putera-puteranya: " Sesungguhnya akan sangat
merungsingkan fikiranku bila Yusuf berada jauh dari jangkauan mataku ,apalagi
akan turut serta bersamamu keluar kota ,di lapangan terbuka, yang menurut
pendengaranku banyak binatang buas seperti serigala yang banyak berkeliaran di
sana .Aku khuatir bahwa kamu akan lengah menjaganya ,karena kesibukan kamu
bermain-main sendiri sehinggakan menjadikannya mangsa bagi binatang-binatang
buas itu. Alangkah sedihnya aku bila hal itu terjadi. Kamu mengetahui betapa
sayangnya aku kepada Yusuf yang telah ditingglkan oleh ibunya."
Putera-puteranya menjawab:" Wahai ayah kami! Maskan masuk di akal, bahwa
Yusuf akan diterkam oleh serigala atau lain binatang buas di depan mata kami
sekumpulan ini? Padahal tidak ada di antara kami yang bertubuh lemah atau
berhati penakut. Kami sanggup menolak segala gangguan atau serangan dari mana
pun datangnya, apakah itu binatang buas atau makhluk lain. Kami cukup kuat
serta berani dan kami menjaga Yusuf sebaik-baiknya, tidak akan melepaskannya
dari pandangan kami walau sekejap pun. Kami akan mempertaruhkan jiwa raga kami
semua untuk keselamatannya dan di manakah kami akan menaruh wajah kami bila
hal-hal yang mengecewakan ayah mengenai diri Yusuf."
Akhirnya Nabi yusuf tidak ada alasan untuk menolak permintaan anak-anaknya
membawa Yusuf berekreasi melepaskan Yusuf di tangan saudara-saudaranya yang
diketahui mrk tidak menyukainya dan tidak menaruh kasih sayang kepadanya. Ia
berkat kepada anak anaknya:" Baiklah jika kamu memang sanggup
bertanggungjawab atas keamanan dan keselamtannya sesuai dengan kata-kata kamu
ucapkan itu, maka aku izinkan Yusuf menyertaimu, semoga Allah melindunginya
bersama kamu sekalian."
Pada esok harinya berangkatlah rombongan putera-putera Ya'qub kecuali Benyamin,
menuju ke tempat rekreasi atau yang sebenarnya menuju tempat di mana menurut
rancangan, Yusuf akan ditinggalkan. Setiba mrk disekitar telaga yang menjadi
tujuan , Yusuf segera ditanggalkan pakaiannya dan dicampakkannya di dalam
telaga itu tanpa menghiraukan jeritan tangisnya yang sedikit pun tidak mengubah
hati abang-abangnya yang sudah kehilangan rasa cinta kepada adik yang tidak
berdosa itu. Hati mereka menjadi lega dan dada mrk menjadi lapang karena
rancangan busuknya telah berhasil dilaksanakan dan dengan demikian akan
terbukalah Hati Ya'qub seluas-luasnya bagi mrk, dan kalaupun tindakan mrk itu
akan menyedihkan ayahnya ,maka lama-kelamaan akan hilanglah kesedihan itu bila
mrk pandai menghiburnya untuk melupakan dan melenyapkan bayangan Ysuf dari
ingatan ayahnya.
Pada petang hari pulanglah mrk kembali ke rumah tanpa Yusuf yang di tinggalkan
seorang diri di dasar tegala yang gelap itu, dengan membawa serta pakaiannya
setelah disirami darah seorang kelinci yang sengaja dipotong untuk keperluan
itu , mrk mengadap Nabi Ya'qub seraya menangis mencucurkan airmata dan
bersandiwara seakan-akan dan susah hati berkatalah mrk kepada ayahnya:"
Wahai ayah! Alangkah sial dan nahasnya hari ini bagi kami ,bahwa kekhuatiran
yang ayah kemukakan kepada kami tentang Yusuf kepada kami telah pun terjadi dan
menjadi kenyataan bahwa firasat ayah yang tajam itu tidak meleset. Yusuf telah
diterkam oleh seekor serigala dikala kami bermain lumba lari dan meninggalkan
Yusuf seorang diri menjaga pakaian. Kami cukup hati-hati menjaga adik kami
sesuai dengan pesanan ayah, namun karena menurut pengamatan kami pada saat itu,
tidak ada tanda-tanda atau jejak binatang-binatang buas disekitar tempat kami
bermain, kami sesekali tidak melihat adanya bahaya dengan meninggalkan Yusuf
sendirian menjaga pakaian kami yang tidak dari tempat kami bermain bahkan masih
terjangkau oleh pandangan mata kami. Akan tetapi serigala yang rupanya sudah mengintai
adik kami Yusuf itu, bertindak begitu cepat menggunakan kesempatan lengahnya
kami, waktu bermain sehingga tidak keburu kami menolong menyelamatkan jiwa adik
kami yang sangat kami sayangi dan cintai itu. Oh ayah! Kami sangat sesalkan
diri kami yang telah gagal menempati janji dan kesanggupan kami kepada ayah
ketika kami minta izin mambawa Yusuf, namun apa yang hendak dikatakan bila
takdir memang menghendaki yang demikian. Inilah pakaian Yusuf yang berlumuran
dengan darah sebagai bukti kebenaran kami ini, walau pun kami merasakan bahawa
ayah tidak akan mempercayai kami sekalipun kami berkata yang benar."
Nabi Ya'qub yang sudah memperolehi firasat tentang apa yang akan terjadi keatas
diri Yusuf putera kesayangannya dan mengetahui bagaimana sikap abang-abangnya
terhadap Yusuf adiknya, tidak dapat berbuat apa-apa selain berpasrah kepada
takdir Illahi dan seraya menekan rasa sedih, cemas dan marah yang sedang
bergelora di dalam dadanya, berkatalah beliau kepada putera-puteranya:"
Kamu telah memperturutkan hawa nafsumu dan mengikut apa yang dirancangkan oleh
syaitan kepadamu. Kamu telah melakukan suatu perbuatan yang akan kamu akan rasa
sendiri akibatnya kelak jika sudah terbuka tabir asapnya yang patut dimintai
pertolong-Nya dalam segala hal dan peristiwa.
Isi cerita ini telah dapat dibacakan didalam Al-Quran pada surah
"Yusuf" ayat 11 sehingga 18 sebagai berikut:
" 11. Mereka berkata : "Wahai ayah kami! apa sebabnya kamu tidak
mempercayai kami terhadap Yusuf ,padahal sesungguhnya kami adalah orang-orang yang
mengingini kebaikan baginya." 12. Biarkan lah ia pergi bersama kami besok,
agak dia {dapat} bersenang-senang dan {dapat} bermain-main dan sesungguhnya
kami pasti menjaganya." 13. Berkata Ya'qub:" Sesungguhnya kepergian
kamu bersama Yusuf amat menyedihkan dan aku khuatir kalau-kalau dia dimakan
serigala sedang kamu lengah daripadanya." 14. Mereka berkata: " Jika
ia benar-benar dimakan serigala, sedang kami adalah golongan {yang kuat}
,sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-orang yang rugi." 15. Maka
tatkala mereka membawanya dan sepakat memasukkannya ke dalam telaga {lalu
mereka masukkan dia} dan {di waktu dia sudah dalam telaga }Kami wahyukan kepada
{Yusuf}:" Sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan
mereka ini, sedang mereka tidak ingat lagi. 16. Kemudian mereka datang kepada
ayah mereka di petang hari sambil menangis. 17. Mereka berkata: "Wahai
ayah kami! Sesungguhnya kami pergi berlumba-lumba dan kami tinggalkan Yusuf
dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala dan kamu sesekali tidak
akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar."
18. Mereka datang membawa baju kemejanya {yang berlumuran} dengan darah palsu.
Ya'qub berkata:" Sebenarnya diri kamu sendirilah yang memandang baik
perbuatan {yang buruk} itu maka kesabaran yang baik itulah {kesabaran}. Dan
Allah sajalah yang dimohon perlindungannya terhadap apa yang kamu
ceritakan."
Yusuf dijual sebagai budak
Yusuf sedang berada di dalam sumur
itu seorang diri, diliputi oleh kegelapan dan kesunyian yang mencekam. Ia
melihat ke atas dan ke bawah ke kanan dan ke kiri memikirkan bagaimana ia dapat
mengangkatkan dirinya dari perigi itu , namun ia tidap melihat sesuatu yang dpt
menolongnya. IA hanya dapat melihat bayangan tubuhnya dalam air yang cetek di
bawah kakinya. Sungguh suatu ujian yang amat berat bagi seorang semuda Yusuf
yang masih belum banyak pengalaman nya dalam penghidupan, bah baru pertama kali
ia berpisah dari ayahnya yang sangat menyayangi dan memanjakannya. Lebih-lebih
terasa beratnya uijian itu ialah karena yang melemparkannya ke dasar telaga itu
adalah abang-abangnya sendiri, putera-putera ayahnya.
Yusuf di samping memikirkan nasibnya yang sedang dialami, serta bagaimana ia
menyelamatkan dirinya dari bahaya kelaparan sekiranya ia lama tidak tertolong,
ia selalu mengenangkan ayahnya ketika melihat abang-abangnya kembali pulang ke
rumah tanpa dirinya bersama mrk.
Tiga hari berselang, sejak Yusuf dilemparkan ke dalam perigi, dan belum nampak
tanda-tanda yang memberi harapan baginya dapat keluar dari kurungannya,
sedangkan bahaya kelaparan sudah mulai membayangi dan sudah nyaris berputus asa
ketika sekonyong-konyong terdengar olehnya suara sayup-sayup, suara aneh yang
belum pernah didengarnya sejak ia dilemparkan ke dalam telaga itu. Makin lama
makin jelaslah suara-suara itu yang akhirnya terdengar seakan anjing
menggonggong suara orang-orang bercakap dan tertawa terbahak-bahak dan suara
jejak kaki manusia dan binatang sekitar telaga itu.
Ternyata apa yang terdengar oleh Yusuf, ialah suara-suara yang timbul oleh
sebuah kafilah yang sedang berhenti di sekitar perigi, di mana ia terkurung
untuk beristirehat sambil mencari air untuk diminum bagi mrk dan binatang-binatang
mrk. alangkah genbiranya Yusuf ketika keetika ia sedang memasang telinganya dan
menengar suara ketua kafilah memerintahkan orangnya melepaskan gayung mengambil
air dari telaga itu. Sejurus kemudian dilihat oleh Yusuf Sebuah gayung turun ke
bawah dan begitu terjangkau oleh tangannya dipeganglah kuat-kuat gayung itu
yang kemudian ditarik ke atas oleh sang musafir seraya berteriak mengeluh
karena beratnya gayung yang ditarik itu.
Para musafir yang berada di kafilah itu terperanjat dan takjub ketika melihat
bahawa yang memberatkan gayung itu bukannya air, tetapi manusia hidup berparas
tampan, bertubuh tegak dan berkulit putih bersih. Mereka berunding apa yang
akan diperbuat dengan hamba Allah yang telah diketemukan di dalam dasar perigi
itu, dilepaskannya di tempat yang sunyi itu atau dikembalikan kepada
keluarganya. Akhirnya bersepakatlah mrk untuk dibawa ke Mesir dan dijual di
sana sebagai hamba sahaya dengan harga, yang menurut tafsiran mrk akan mencapai
harga yang tinggi, karena tubuhnya yang baik dan parasnya yang tampan.
Setibanya kafilah itu di Mesir, dibawalah Yusuf di sebuah pasar khusus , di
mana manusia diperdagangkan dan diperjual-belikan sebagai barang dagangan atau
sebagai binatang-binatang ternakan. Yusuf lalu ditawarkan di depan umum
dilelongkan. Dan karena para musafir yang membawanya itu khuatir akan terbuka
pertemuan Yusuf maka mereka enggan memepertahankan sampai mencapai harga yang
tinggi, tetapi melepaskannya pada tawaran pertama dengan harga yang rendah dan
tidak memadai. Padahal seorang seperti nabi Yusuf tidak dapat dinilai dengan
wang bahkan dengan emas seisi bumi pun tidak seimbang sebagai manusia yang
besar dan makhluk Allah yang agung seperti Nabi Yusuf yang oleh Allah telah
digariskan dalam takdirnya bahawa ia akan melaksanakan missi yang suci dan
menjalankan peranan yang menentukan dalam pengaulan hidup umat manusia.
Nabi Yusuf dalam pelelongan itu dibeli oleh keeetua polis Mesir bernama
Fathifar sebagai penawar pertama , yang merasa berbahagia memperoleh sorang
hamba yang berparas bagus, bertubuh kuat dan air muka yang memberi kesan bahawa
dalam manusia yang dibelikan itu terkandung jiwa yang besar, hati suci bersih
dan bahawa ia bukanlah dari kualiti manusia yang harus diperjual-belikan.
Kata Fathifar kepada isterinya ketika mengenalkan Yusuf kepadanya:" Inilah
hamba yang aku baru beli dari pelelongan. Berilah ia perlakuan dan layanan yang
baik kalau-kalau kelak kami akan memperolehi manfaat drpnya dan memungutnya
sebagai anak kandung kita. Aku dapat firasat dari paras mukanya dan
gerak-gerinya bahawa ia bukanlah dari golongan yang harus diperjual-belikan,
bahkan mungkin sekali bahawa ia adalah dari keturunan keluarga yang
berkedudukan tinggi dan orang-orang yang beradab.
Nyonya Fathifar, isteri Ketua Polis Mesir menerima Yusuf di rumahnya, sesuai
dengan pesanan suaminya. dilayan sebagai salah seorang daripada anggota
keluarganya dan sesekali tidak diperlakukannya sebagai hamba belian. Yusuf pun
dapat menyesuaikan diri dengan keadaan rumahtangga Futhifar. Ia melakukan tugas
sehari-harinya di rumah dengan penuh semangat dan dengan kejujuran serta
disiplin yang tinggi. Segala kewajiban dan tugas yang diperintahkan kepadanya,
diurus dengan senang hati seolah-olah dari perintah oleh orang tuanya sendiri.
Demikianlah, maka makin lama makin disayanglah akan Yusuf di rumah Ketua Polis
Mesir itu sehingga merasa seakan-akan berada di rumah keluarga dan orang tuanya
sendiri.
Tentang isi cerita di atas, dapat dibaca dalam surah "Yusuf" ayat 19
sehingga ayat 21 sebagai berikut: ~
"19. Kemudian datanglah kelompok orang-orang musafir, lalu mrk menyuruh
seorang mengambil air mereka, maka dia menurunkan timbanya, dia berkata: "
Oh! Khabar gembira, ini seorang anak muda!" Kemudian mrk menyembunyikan
dia sebagai barang dagangan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mrk kerjakan.
20. Dan mrk menjual Yusuf dengan harga yang murah, iaitu beberapa dirham shj,
dan mrk merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf 21. Dan orang Mesir yang
membelinya berkata kepada isterinya: " Berikanlah kepadanya tempat {dan
layanan} yang baik, boleh jadi dia bermanfaat kepada kita atau kita pungut dia
sebagai anak." Dan demekian pulalah Kami memberikan kedudukan yang baik
kepada Yusuf di muka bumi {Mesir} dan agar kami ajarkan kepadanya takdir mimpi.
Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahuinya." {Surah Yusuf : 19 ~ 21}
Yusuf dalam godaan nyonya Futhifar
Yusuf hidup tenang dan tenteram di
rumah Futhifar, Ketua Polisi Mesir, sejak ia menginjakkan kakinya di rumah itu.
Ia mendpt kepercayaan penuh dari kedua majikannya, suami-isteri, mengurus
rumah-tangga mereka dan melaksanakan perintah dan segala keperluan mrk dengan
sesungguh hati, ikhlas dan kejujuran, tiada menuntut upah dan balasan atas
segala tenaga dan jerih payah yang dicurahkan untuk kepentingan keluarga. Ia
menganggap dirinya di rumah itu bukan sebagai hamba bayaran, tetapi sebagai
seorang drp anggota keluarga. demikian pula anggapan majikannya, suami-isteri
terhadap dirinya.
Ketenangan hidup dan kepuasan hati yang didapat oleh Yusuf selama ia tinggal di
rumah Futhifar, telah mempengaruhi kesihatan dan pertumbuhan tubuhnya. Ia yang
telah dikurnai oleh Tuhan kesempurnaan jasmani dengan kehidupan yang senang dan
empuk di rumah Futhifar, makin terlihat tambah segar wajahnya, tambah elok
parasnya dan tambah tegak tubuhnya, sehingga ia merupakan seorang pemuda remaja
yang gagah perkasa yang menggiurkan hati setiap wanita yang melihatnya, tidak
terkecuali isteri Futhifar, majikannya sendiri, bahkan bukan tidak mungkin
bahwa ia akan menjadi rebutan lelaki, andai kata ia hidup di kota Sadum di
tengah-tangah kaum Nabi Luth ketika itu.
Pengaulan hari-hari di bawah satu atap rumah antara Yusuf pemuda remaja yang
gagah perkasa dan Nyonya Futhifar, seorang wanita muda cantik dan ayu, tidak
akan terhindar dari risiko terjadinya perbuatan maksiat, bila tidak ada
kekuatan iman dan takwa yang menyekat hawa nafsu yang ammarah bissu. Demikian
lah akan apa yang terjadi terhadap Yusuf dan isteri Ketua Polis Mesir.
Pada hari-hari pertama Yusuf berada di tengah-tengah keluarga , Nyonya Futhifar
tidak menganggapnya dan memperlakukannya lebih dari sebagai pembantu rumah yang
cekap, tangkas, giat dan jujur, berakhlak dan berbudi pekerti yang baik. Ia
hanya mengagumi sifat-sifat luhurnya itu serta kecekapan dan ketangkasan
kerjanya dalam menyelesaikan urusan dan tugas yang pasrahkan kepadanya. Akan
tetapi memang rasa cinta itu selalu didahului oleh rasa simpati.
Simpati dan kekaguman Nyonya Futhifar terhadap cara kerja Yusuf, lama-kelamaan
berubah menjadi simpati dan kekaguman terhadap bentuk banda dan paras mukanya.
Gerak-geri dan tingkah laku Yusuf diperhatika dari jauh dan diliriknya dengan
penuh hati-hati. Bunga api cinta yang masih kecil di dalam hati Nyonya Futhifar
terhadap Yusuf makin hari makin membesar dan membara tiap kali ia melihat Yusuf
berada dekatnya atau mendengar suaranya dan suara langkah kakinya. Walaupun ia
berusaha memandamkan api yang membara di dadanya itu dan hedak menyekat nafsu
berahi yang sedang bergelora dalam hatinya, untuk menjaga maruahnya sebagai
majikan dan mepertahankan sebagai isteri Ketua Polis, namun ia tidak berupaya
menguasai perasaan hati dan hawa nasfunya dengan kekuatan akalnya. Bila ia
duduk seorang diri, maka terbayanglah di depan matanya akan paras Yusuf yang elok
dan tubuhnya yang bagus dan tetaplah melekat bayangan itu di depan mata dan
hatinya, sekalipun ia berusaha untuk menghilangkannya dengan mengalihkan
perhatiannya kepada urusan dan kesibukan rumahtangga. Dan akhirnya menyerahlah
Nyonya Futhifar kepada kehendak dan panggilan hati dan nafsunya yang mnedpt
dukungan syaitan dan iblis dan diketepikanlahnya semua pertimbangan maruah,
kedudukan dan martabat serta kehormatan diri sesuai dengan tuntutan dengan akal
yang sihat.
Nyonya Futhifar menggunakan taktik, mamancing-mancing Yusuf agar ia lebih
dahulu mendekatinya dan bukannya dia dulu yang mendekati Yusuf demi menjaga
kehormatan dirinya sebagai isteri Ketua Polis. Ia selalu berdandan dan berhias
rapi, bila Yusuf berada di rumah, merangsangnya dengan wangi-wangian dan dengan
memperagakan gerak-geri dan tingkah laku sambil menampakkan, seakan-akan dengan
tidak sengaja bahagian tubuhnya yang biasanya menggiurkan hati orang lelaki.
Yusuf yang tidak sedar bahwa Zulaikha, isteri Futhifar, mencintai dan
mengandungi nafsu syahwat kepadanya, menganggap perlakuan manis dan pendekatan
Zulaikha kepadanya adalah hal biasa sesuai dengan pesanan Futhifar kepada
isterinya ketika dibawa pulang dari tempat perlelongan. Ia berlaku biasa sopan
santun dan bersikap hormat dan tidak sedikit pun terlihat dari haknya sesuatu
gerak atau tindakan yang menandakan bahwa ia terpikat oleh gaya dan aksi
Zulaikha yang ingin menarik perhatiannya dan mengiurkan hatinya. Yusuf sebagai
calon Nabi telah dibekali oleh Allah dengan iman yang mantap, akhlak yang luhur
dan budi pekerti yang tinggi. Ia tidak akan terjerumus melakukan sesuatu
maksiat yang sekaligus merupakan perbuatan atau suatu tindakan khianat terhadap
orang yang telah mempercayainya memperlakukannya sebagai anak dan memberinya
tempat di tengah-tengah keluarganya.
Sikap dingin dan acuh tak acuh dari Yusuf terhadap rayuan dan tingkah laku
Zulaikha yang bertujuan membangkitkan nafsu syahwatnya menjadikan Zulaikha
bahkan tambah panas hati dan bertekad dkan berusaha terus sampai maksudnya
tercapai. Jika aksi samar-samar yang ia lakukan tetap tidak dimengertikan oleh
Yusuf Yang dianggapkannya yang berdarah dingin itu, maka akan dilakukannya
secara berterus terang dan kalau perlu dengan cara paksaan sekalipun.
Zulaikha , tidak tahan lebih lama menunggu reaksi dari Yusuf yang tetap
bersikap dingin , acuh tak acuh terhadap rayuan dan ajakan yang samar-samar
daripadanya. Maka kesempatan ketika si suami tidak ada di rumah, masuklah
Zulaikha ke bilik tidurnya seraya berseru kepada Yusuf agar mengikutinya. Yusuf
segera mengikutinya dan masuk ke bilik di belakang Zulaikha, sebagaimana ia
sering melakukannya bila di mintai pertolongannya melakukan sesuatu di dalam
bilik. Sekali-kali tidak terlintas dalm fikirannya bahwa perintah Zulaikha kali
itu kepadanya untuk masuk ke biliknya bukanlah perintah biasa untuk melekukan
sesuatu yang biasa diperintahkan kepadanya. Ia baru sedar ketika ia berad di
dalam bilik, pintu dikunci oleh Zulaikha, tabir disisihkan seraya berbaring
berkatalah ia kepada Yusuf: " Ayuh, hai Yusuf! Inilah aku sudah siap
bagimu, aku tidak tahan menyimpan lebih lama lagi rasa rinduku kepada sentuhan
tubuhmu. Inilah tubuhku kuserahkan kepadamu, berbuatlah sekehendak hatimu dan
sepuas nafsumu."
Seraya memalingkan wajahnya ke arah lain, berkatalah Yusuf:" Semoga Allah
melindungiku dari godaan syaitan. Tidak mungkin wahai tuan puteriku aku akan
melakukan maksiat dan memenuhi kehendakmu. Jika aku melakukan apa yang tuan
puteri kehendaki, maka aku telah mengkhianati tuanku, suami tuan puteri, yang
telah melimpahkan kebaikannya dan kasih sayangnya kepadaku. Kepercayaan yang
telah dilimpahkannya kepadaku, adalah suatu amanat yang tidak patut aku
cederai. Sesekali tidak akanku balas budi baik tuanku dengan perkhianatan dan
penodaan nama baiknya. Selain itu Allah pun akan murka kepadaku dan akan
mengutukku bila bila aku lakukan apa yang tuan puteri mintakan daripadaku.
Allah Maha Mengetahui segala apa yang diperbuat oleh hambanya.
Segera mata Zulaikha melotot dan wajahnya menjadi merah, tanda marah yang
meluap-luap, akibat penolakan Yusuf tehadap ajaknya. Ia merasakan dirinya
dihina dan diremehkan oleh Yusuf dengan penolakannya, yang dianggapnya suatu
perbuatan kurang ajar dari seorang pelayan terhadap majikannya yang sudah
merendahkan diri, mengajaknya tidur bersama, tetapi ditolak mentah-mentah.
Padhal tidak sedikit pembesar pemerintah dan orang-orang berkedudukan telah
lama merayunya dan ingin sekali menyentuh tubuhnya yang elok itu, tetapi tidak
dihiraukan oleh Zulaikha.
Yusuf melihat mata Zulaikha yang melotot dan wajahnya yang menjadi merah,
menjadi takut akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, dan segera lari
menuju pintu yang tertutup, namun Zulaikha cepat-cepat bangun dari ranjangnya
mengejar Yusuf yang sedang berusaha membuka pintu, ditariknyalah kuat-kuat oleh
Zulaikha bahagian belakang kemejanya sehingga terkoyak. Tepat pada masa mereka
berada di belakang pintu sambil tarik menarik, datanglah Futhifar mendapati mrk
dalam keadaan yang mencurigakan itu.
Dengan tiada memberi kesempatan Yusuf membuka mulut, berkatalah Zulaikha
cepat-cepat kepada suaminya yang masih berdiri tercengang memandang kepada
kedua orang kepercayaan itu:" Inilah dia Yusuf , hamba yang engkau puja
dan puji itu telah berani secara kurang ajar masuk ke bilikku dan memaksaku
memenuhi nafsu syahwatnya. Berilah ia ganjaran yang setimpal dengan perbuatan
biadabnya. Orang yang tidak mengenal budi baik kami ini harus dipenjarakan dan
diberika seksaan yang pedih."
Yusuf mendengar laporan dan tuduhan palsu Zulaikha kepada suaminya, tidak dpt
berbuat apa-apa selain memberi keterangan apa yang terjadi sebenarnya.
Berkatalah ia kepada majikannya, Futhifar:" Sesungguhnya dialah yang
menggodaku, memanggilkan aku ke biliknya, lalu memaksaku memenuhi nafsu
syahwatnya. Aku menolak tawarannya itu dan lari menyingkirinya, namun ia
mengejarku dan menarik kemejaku dari belakang sehingga terkoyak."
Futhifar dalam keadaan bingung. Sipakah diantara kedua orang yang benar?
Yusufkah yang memang selama hidup bersama dirumahnya belum pernah berkata
dusta, atau Zulaikhakah yang dalam fikirannya tidak mungkin akan
mengkhianatinya? Dalam keadaan demikian itu tibalah sekonyong-konyong seorang
dari keluarga Zulaikha, iaitu saudaranya sendiri yang dikenal bijaksana, pandai
dan selalu memberi pertimbangan yang tepat bila dimintai fikiran dan
nasihatnya. Atas permintaan Futhifar untuk memberinya pertimbangan dalam
masalah yang membingungkan itu, berkatalah saudaranya:" Lihatlah, bila
kemeja Yusuf terkoyak bahgian belakangnya, maka ialah yang benar dan isterimu
yang dusta. Sebaliknya bila koyak kemejanya di bahagian hadapan maka dialah
yang berdusta dan isterimu yang berkata benar."
Berkatalah Futhifar kepada isterinya setelah persoalannya menjadi jelas dan
tabir rahsianya terungkap:" Beristighfarlah engkau hai Zulaikha dan
mohonlah ampun atas dosamu. Engkau telah berbuat salah dan dusta pula untuk
menutupi kesalahanmu. Memang yang demikian itu adalah sifat-sifat dan tipu daya
kaum wanita yang sudah kami kenal." Kemudian berpalinglah dia mengadap
Yusuf dan berkata kepadanya:" Tutuplah rapat-rapat mulutmu wahai Yusuf,
dan ikatlah lidahmu, agar masalah ini akan tetap menjadi rahsia yang tersimpan
sekeliling dinding rumah ini dan jangan sesekali sampai keluar dan menjadi
rahsia umum dan buah mulut masyarakat. Anggap saja persoalan ini sudah selesai
sampai disini."
Ada sebuah peribahasa yang berbunyi:" Tiap rahsia yang diketahui oleh dua
orang pasti tersiar dan diketahui oleh orang ramai." Demikianlah juga
peristiwa Zulaikha dengan Yusuf yang dengan ketat ingin ditutupi oleh keluarga
Futhifar tidak perlu menunggu lama untuk menjadi rahsia umum. pada mulanya
orang berbisik-bisik dari mulut ke mulut, menceritakan kejadian itu, tetapi
makin hari makin meluas dan makin menyebar ke tiap-tiap pertemuan dan menjadi
bahan pembicaraan di kalangan wanita-wanita dari golongan atas dan menengah.
Kecaman-kecaman yang bersifat sindiran mahupun yang terang-terangan mulai
dilontarkan orang terhadap Zulaikha, isteri Ketua Polis Negara, yang telah
dikatakan bercumbu-cumbuan dengan pelayannya sendiri, seorang hamba belian dan
yang sangat memalukan kata mrk bahwa pelayan bahkan menolak ajakan majikannya
dan tatkala melarikan diri drpnya dikejarkannya sampai bahagian belakang
kemejanya terkoyak.
Kecaman-kecaman sindiran-sindiran dan ejekan-ejekan orang terhadap dirinya
akhirnya sampailah di telinga Zulaikha. Ia menjadi masyangul dan sedih hati
bahwa peristiwanya dengan Yusuf sudah menjadi buah mulut orang yang dengan
sendirinya membawa nama baik keluarga dan nama baik suaminya sebagai Ketua
Polis Negara yang sgt disegani dan dihormati. Zulaikha yang sangat marah dan
jengkel terhadap wanita-wanita sekelasnya, isteri-isteri pembesar yang tidak
henti-hentinya dalam pertemuan mrk menyinggung namanya dengan ejekan dan
kecaman sehubungan dengan peristiwanya dengan Yusuf.
Utk mengakhiri desas-desus dan kasak-kusuk kaum wanita para isteri pembesar
itu, Zulaikha mengundang mrk ke suatu jamuan makan di rumahnya, dengan maksud
membuat kejutan memperlihatkan kepada mrk Yusuf yang telah menawankan hatinya
sehingga menjadikan lupa akan maruah dan kedudukan sebagai isteri Ketua Polis
Negara.
Dalam pesta itu para undangan diberikan tempat duduk yang empuk dan
masing-masing diberikan sebilah pisau yang tajam untuk memotong daging dan
buah-buahan yang tersedia dan sudah dihidangkan.
Setelah masing-masing tamu menduduki tempatnya dan disilakannya menikmati
hidangan yang sudah tersedia di depannya, maka tepat pada masa mrk sibuk
mengupas buah yang ada ditangan masing-masing, dikeluarkannyalah Yusuf oleh
Zulaikha berjalan sebagai peragawan di hadapan wanita-wanita yang sedang sibuk
memotong buah-buahan itu. Tanpa disadari para tamu wanita yang sedang memegang
pisau dan buah-buahan di tangannya seraya ternganga mengagumi keindahan wajah
dan tubuh Yusuf mrk melukai jari-jari tangannya sendir dan sambil
menggeleng-geleng kepala kehairanan, maka berkatalah mrk:" Maha
Sempurnalah Allah. Ini bukanlah manusia. Ini adalah seorang malaikat yang
mulia."
Zulaikha bertepuk tangan tanda genbira melihat usah kejutannya brhasil dan
sambil menujuk ke jari-jari wanita yang terhiris dan mencucurkan darah itu
berkatalah ia:" Inilah dia Yusuf, yang menyebabkan aku menjadi bual-bualan
ejekanmu dan sasaran kecaman-kecaman orang Tidakkah kami setelah melihat Yusuf
dengan mata kepala memberi uzur kepadaku, bila ia menawan hatiku dan
membangkitkan hawa nafsu syahwatku sebagai seorang wanita muda yang tidak
pernah melihat orang yang setampan parasnya, seindah tubuhnya dan seluhur
akhlak Yusuf? Salahkah aku jika aku tergila-gila olehnya, sampai lupa akan
kedududkanku dan kedudukan suamiku? Kamu yang hanya melihat Yusuf sepintas lalu
sudah kehilangan kesedaran sehingga bukan buah-buahan yang kamu kupas tetapi
jari-jari tanganmu yang terhiris. Maka hairankah kalau aku yang berkumpul
dengan Yusuf di bawah satu bumbung, melihat wajah dan tubuhnya serta mendengar
suaranyapada setiap saat dan setiap detik sampai kehilangan akal sehingga tidak
dapat mengawal nafsu syahwatku menghadapinya? Aku harus mengaku didepan kamu
bahawa memang akulah yang menggodanya dan merayunya dan dengan segala daya
upaya ingin memikat hatinya dan mengundangnya untuk menyambut cintaku dan
melayani nafsu syahwatku. Akan tetapi dia bertahan diri, tidak menghiraukan
ajakanku dan bersikap dingin terhadap rayuan dan godaanku. Ia makin menjauhkan
diri, bila aku mencuba mendekatinya dan memalingkan pandangan matanya dari
pandanganku bila mataku menentang matanya. Aku telah merendahkan diriku sebagai
isteri Ketua Polis Negara kepada Yusuf yang hanya seorang hamba sahaya dan
pembantu rumah, namaku sudah terlanjur ternoda dan menjadi ejekan orang
karenanya, maka bila tetap membangkang dan tidak mahu memperturutkan
kehendakku, aku tidak akan ragu-ragu akan memasukkannya ke dalam penjara
sepanjang waktu sebagai pengajaran baginya dan imbalan bagi kecemaran namaku
karenanya."
Mendengar kata-kata ancaman Zulaikha terhadap diri Yusuf menggugah hati para
wanita yang menaruh simpati dan rasa kasihan kepada diri Yusuf. Mrk
menyayangkan bahwa tubuh yang indah dan wajah yang tampan serta manusia yang
berbudi pekerti dan berakhlak luhur itu tidak patut dipenjarakan dan dimasukkan
ke tempat orang-orang yang melakukan jenayah dan penjahat.
Berkata salah seorang yang menghampirinya:" Wahai Yusuf! Mengapa engkau
berkeras kepala menghadapi Zulaikha yang menyayangimu dan mencintaimu? Mengapa
engkau menolak ajakan dan seruannya terhadapmu? Suatu keuntungan besar bagimu,
bahwa seorang wanita cantik seperti Zulaikha yang bersuamikan seorang pembesar
negara tertarik kepadamu dan menginginkan pendekatanmu. Ataukah mungkin engkau
adalah seorang lelaki yang lemah syahwat dan karena itu tidak tertarik oleh
kecantikan serta keelokan seorang wanita muda seperti Zulaikha."
Berkata seorang tamu wanita lain:" Jika sekiranya kamu tidak tertarik
kepada Zulaikha karena kecantikannya, maka berbuatlah untuk kekayaannya dan
kedudukan suaminya. sebab jika engkau dapat menyesuaikan dirimu kepada kehendak
Zulaikha dan mengikuti segala perintahnya nescay engkau akan dianugerahi harta
yang banyak dan mungkin pangkatmu pun akan dinaikkan."
Berucap seorang tamu lain memberi nasihat:" Wahai Yusuf! fikirkanlah
baik-baik dan camkanlah nasihatku ini: Zulaikha sudah berketetapan hati harus
mencapai tujuannya dan memperoleh akan apa yang dikehendakinya drpmu. Ia sudah
terlanjur diejek dan dikecam orang dan sudah terlanjur namanya menjadi bualan
di dalam masyarakat karena engkau maka dia mengancam bila engkau tetap berkeras
kepala dan tidak melunakkan sikapmu terhadap tuntutannya, pasti ia akan
memasukkan engkau ke dalam penjara sebagai penjahat dan penjenayah. Engkau
mengetahui bahawa suami Zulaikha adlah Ketua Polis Negara yang berkuasa
memenjarakan seseorang ke dalam tahanan dan engkau mengetahui pula bahwa
Zulaikha sgt berpengaruh kepada suaminya. Sayangilah wahai Yusuf dirimu yang masih
muda remaja dan tampan ini dan ikutilah perintah Zulaikha agar engkau selamat
dan terhindar dari akibat yang kami tidak menginginkan ke atas dirimu."
Kata-kata nasihat dan bujukan para wanita ,Tamu Zulaikha itu didengar oleh
Yusuf dengan telinga kanan dan keluar ke telinga kirinya. Tidak suatu pun
daripadanya yang dapat turun ke lubuk hatinya atau menjadi bahan
penimbangannya. Akan tetapi walaupun ia percaya kepada dirinya, tidak akan
terpengaruh oleh bujukan dan nasihat-nasihat itu, ia merasa khuatir, bahwa jika
masih tinggal lama di tengah-tengah pergaulan itu akhirnya mungkin ia akan
terjebak dan masuk ke dalam perangkap tipu daya dan tipu muslihat Zulaikha dan
kawan-kawan wanitanya.
Berdoalah Nabi Yusuf memohon kepada Allah agar memberi ketetapan iman dan
keteguhan tekad kepadanya spy tidak tersesat oleh godaan syaitan dan tipu
muslihat kaum wanita yang akan menjerumuskannya ke dalam lembah kemaksiatan dan
perbuatan mungkar. Berucaplah ia di dalam doanya:" Ya Tuhanku!
sesungguhnya aku lebih suka dipenjarakan berbanding aku berada di luar tetapi
harus memperturutkan hawa nafsu para wanita itu. Lindungilah aku wahai Tuhanku
dari pergaulan orang-orang yang hendak membawaku ke jalan yang sesat dan
memaksaku melakukan perbuatan yang Engkau tidak redhai. Bila aku dipenjarakan
akan ku bulatkan fikiranku serta ibadahku kepadamu wahai Tuhanku. Jauhkanlah
daripadaku rayuan dan tipu daya wanita-wanita itu, supaya aku tidak termasuk
dari orang-orang yang bodoh dan sesat."
Futhifar, Ketua Polis Negara, Suami Zulaikha mengetahui dengan pasti bahwa
Yusuf bersih dari tuduhan yang dilemparkan kepadanya. Ianya pula sedar bahwa
isterinyalah yang menjadi biang keladi dalam peristiwa yang sampai mencemarkan
nama baik keluarganya. Akan tetapi ia tidak dapat berbuat selain mengikuti
nasihat isterinya yang menganjurkan agar Yusuf dipenjarakan. Karena dengan
memasukkan Yusuf ke dalam tahanan, pendapat umum akan berubah dan berbalik akan
menuduh serta menganggap Yusuflah yang bersalah dalam peristiwa itu dan
bukannya Zulaikha. Dengan demikian mrk berharap nama baiknya akan pulih kembali
dan desas-desus serta kasak-kasuk masyarakat tentang rumahtanggannya akan
berakhir. Demikianlah, maka perintah dikeluarkan oleh Futhifar dan masuklah
Yusuf ke dalam penjara sesuai dengan doanya.
Isi cerita di atas dapat dibaca dalam Al-Quran surah Yusuf ayat 22 sehingga
ayat 35 :
"22. Dan tatkala ia cukup dewasa, Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu.
Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. 23. Dan
wanita {Zulaikha} yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk
menundukkan dirinya {kepadanya} dan dia menutup pintu-pintu seraya berkata:
" Marilah kesini ". Yusuf berkata: "Aku berlindung kepada Allah,
sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik." Sesungguh orang-orang
yang zalim tidak akan beruntung. 24. Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud
{melakukan perbuatan itu} dengan Yusuf dan Yusuf pun bermaksud {melakukan pula}
dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda {dari} Tuhannya. Demikian
agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf
itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih. 25. Dan kedua-duanya
berlumba-lumba menuju pintu dan wanita itu menarik baju kemeja Yusuf dari
belakang hingga koyak dan kedua-duanya mendapati suami wanita itu di muka
pintu. Wanita itu berkata:" Apakah pembalasan terhadap orang yang
bermaksud berbuat serong dengan isterimu, selain dipenjarakan atau dihukum
dengan azab yang pedih?" 26. Yusuf berkata:" Dia menggodaku untuk menundukkan
diriku {kepadanya}." Dan seorang saksi dari keluarga wanita itu memberi
kesaksiannya:" Jika bajunya koyak dihadapan, maka wanita itu benar, dan
Yusuf termasuk orang-orang yang dusta. 27. Dan jika bajunya koyak dibelakang,
mka wanita itulah yang dusta dan Yusuf termasuk orang-orang yang benar".
28. Maka tatkala suami wanita itu melihat baju kemeja Yusuf koyak dari belakang
berkatalah dia:" Sesungguhnya kejadian itu adalah diantara tipu daya kamu,
sesungguhnya tipu daya kamu besar". 29. Hai Yusuf:" Berpalinglah dari
ini dan kamu {hai isteriku} mohon ampunlah atas doamu itu karena kamu
sesungguhnya termasuk orang-orang yang berbuat salah". 30. Dan
wanita-wanita di kota itu berkata:" Isteri Al-Aziz menggoda bujangnya
untuk menundukkan dirinya kepadanya, sesungguhnya cintanya kepada bujangan itu
adalah sgt mendalam. Sesungguhnya kami memandangnya dalam kesesatan
nyata." 31. Maka tatkala wanita itu {Zulaikha} mendengar cercaan mereka,
diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk dan
diberikannya kepada masing-masing mereka sebilah pisau {utk memotong jamuan}
kemudian dia berkata {kepada Yusuf}:" Keluarlah {nampakkanlah dirimu}
kepada mrk". Maka tatakala wanita-wanita itu melihatnya, mrk kagum kepada
{keindahan rupa} nya dan mrk melukai {jari} tangannya dan berkata:" Maha
sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah
malaikat yang mulia". 32. Wanita itu {Zulaikha} berkata:" Itulah dia
orang yang kamu cela aku karena {tertarik} kepadanya dan sesungguhnya aku telah
menggoda dia untuk menundukkan dirinya {kepadaku} akan tetapi dia menolak. Dan
sesungguhnya jika dia tidak mentaati apa yang aku perintahkan kepadanya nescaya
dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk orang-orang yang hina". 33.
Yusuf berkata:" Wahai Tuhanku penjara lebih aku sukai daripada memenuhi
ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan drpku tipu daya mrk
tentu akan aku cenderung untuk {memenuhi keinginan mrk} dan tentulah aku
termasuk orang-orang yang bodoh". 34. Maka Tuhannya memperkenankan doa
Yusuf dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dialah
Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. 35. Kemudian ambil fikiran kepada mrk
setelah melihat tanda-tanda {kebenaran Yusuf} bahwa mrk harus memenjarakannya
sampai sesuatu waktu". { Yusuf : 25 ~ 35 }
Yusuf dalam penjara
Yusuf di masukkan ke dalam penjara bukannya karena ia telah melakukan kesalahan
atau kejahatan, tetapi karena sewenang-wenangnya penguasa yang memenjarakannya
untuk menutupi dosanya sendiri dengan menempelkan dosa itu kepada orang yang
dipenjarakan. Akan tetapi bagi Nabi Yusuf, penjara adalah tempat yang aman
untuk menghindari segala godaan dan tipu daya yang akan menjerumuskannya ke
dalam kemaksiatan dan perbuatan mungkar. Bagi Yusuf hidup di dalam sebuah
penjara yang gelap dan sempit, dimana gerak bandanya dan pandangan matanya
dibatasi, adalah lebih baik dan lebih disukai drp hidup di alam bebas di mana
jiwanya tertekan dan hatinya tidak merasa aman dan tenteram. Di dalam penjara
Yusuf dpt membulatkan fikirannya dan jiwanya beribadah dan menyembah kepada
Allah.
Disamping itu ia dpt melakukan dakwah di dalam penjara, memberi bimbingan dan
nasihat kepada pesalah, agar mrk yang telah berdosa melakukan kejahatan,
bertaubat dan kembali menjadi orang-orang yang baik, sedang kepada tahanan yang
tidak berdosa yang menjadi korban perbuatan penguasa yang sewenang-wenang
dihiburkna agar mrk bersabar dan bertakwa, bertawakkal serta beriman memohon
kepada Allah mengakhiri penderitaan dan kesengsaraan mrk.
Bersama dengan Yusuf, dipenjarakan pula dua orang pegawai istana Raja dengan
tujuan hendak meracunkan Raja atas perintah dan dengan kerjasama dengan pihak
musuh istana. Dua pemuda pegawai yang dipenjara itu, seorang penjaga gudang
mknan dan seorang sebagai pelayan meja istana.
Pada suatu hari pagi datanglah kedua pemuda tahanan itu ke tempat Nabi Yusuf
mengisahkan bahwa mrk telah mendpt mimpin. Si pelayan melihat ia seakan-akan
berada di tengah sebuah kebun anggur memegang gelas, seperti gelas yang sering
diguna minumkan oleh Raja, majikannya lalu diisinya gelas itu dengan perahan
buah anggur. Sedang pemuda penjaga gudang melihat dalam mimpinnya seolah-olah
mendukung di atas kepalanya sebuah keranjang yang berisi roti, roti mana
disambar oleh sekelompok burung dan di bawanya terbang. Kedua pemuda tahanan
itu mengharapkan dari Nabi Yusuf agar memberi tafsiran bagi mimpi mrk itu.
Nabi Yusuf yang telah dikurniai kenabian dan ditugaskan oleh Allah menyampaikan
risalah-Nya kepada hamba-hamba-Nya memulai dakwahnya kepada kedua pemuda yang
datang menanyakan tafsiran mimpinnya, mengajak mrk beriman kepada Allah Yangg
Maha Esa, meninggalkan persembahan kepada berhala-berhala yang mrk ada-adakan
sendiri dengan memberi nama-nama kepada berhala-berhala itu sesuka hati mrk.
untuk membuktikan kepada kedua pemuda itu bahwa ia adalah seorang Nabi dan
pesuruh Allah, berkata Nabi Yusuf:" Aku tahu dan dapat menerangkan kepada
kamu, makanan apa yang akan kamu terima, apa jenisnya dan berapa banyaknya
demikian pula jenisnya dan macam mana minuman yang akan kamu terima.
Demikian pula dapat aku memberi tafsiran bagi mimpi seorang termasuk kedua
mimpimu. Itu semua adalah ilmu yang dikurniakan oleh Allah kepadaku. Aku telah
meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan mengingkari
adanya hari kiamat kelak. Aku telah mengikuti agama bapa-bapaku, Ibrahim, Ishaq
dan Ya'qub. Tidaklah sepatutnya kami menyekutukan sesuatu bagi Allah yang telah
mengurniakan rahmat dan nikmat-Nya atas kami dan atas manusia seluruhnya tetapi
kebanyakkan manusia tidak menghargai nikmat Allah itu dan tidak mensyukuri-Nya.
Cubalah fikirkan wahai teman-temanku dalam penjara mana yang lebih baik dan
lebih masuk akal, penyembahan kepada beberapa tuhan yang berbeda-beda atau
penyembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Perkasa? Tuhan telah
memerintahkan janganlah kamu menyembahkan selain drp Dia. Itulah agama yang
benar dan lurus, tetapi banyak orang tidak mengetahui dan tidak mahu
mengerti."
" Adapun mengenai mimpimu", Nabi Yusuf melanjutkan ceritanya," Maka
takbirnya bahwa engkau, wahai pemuda pelayan, segera akan dikeluarkan dari
penjara dan akan dipekerjakan kembali seperit sedia kala, sedangkan engkau
wahai pemuda penjaga gudang akan dihukum mati dengan disalib dan kepalamu akan
menjadi makan burung-burung yang mematuknya. Demikianlah takbir mimpimu yang
telah menjadi hukum Allah bagi kamu berdua."
Berkata Nabi Yusuf selanjutnya kepada pemuda yang diramalkan akan keluar dari
penjara:" Wahai temanku, pesanku kepadamu, bila engkau telah keluar dan
kembali bekerja di istana sebutlah namaku dihadapan Raja, majikanmu. Katalah
kepadanya bahwa aku dipenjarakan sewenang-wenangnya, tidak berdosa dan tidak
bersalah. Aku hanya dipenjara untuk kepentingan menyelamatkan nama keluarga
Ketua Polis Negara dan atas anjuran isterinya belaka. Jangalah engkau lupakan
pesananku ini, wahai temanku yang baik."
Kemudian, maka sesuai dengan takbir Nabi Yusuf, selang tidak lama keluarlah
surat pengampunan Raja bagi pemuda pelayan dan hukuman salib bagi pemuda
penjaga gudang dilaksanakan. Akan tetapi pesanan Nabi Yusuf kepada pemuda
pelayan, tidak disampaikan kepada Raja setelah ia diterima kembali bekerja di
istana. Syaitan telah menjadikannya lupa setelah ia menikmati kebebasan dari
penjara dan dengan demikian tetaplah Nabi Yusuf berada di penjara beberapa
tahun lamanya, penghibur para tahanan yang tidak berdosa dan mendidik serta
berdakwah kepada tahanan yang telah bersalah melakukan kejahatan dan perbuatan
-perbuatan yang buruk, agar mrk menjadi orang-orang yang baik dan bermanfaat
bagi sesama manusia dan menjadi hamba-hamba Allah yang beriman dan bertauhid.
Isi cerita ini ada tersebut di dalam Al-Quran pada surah "Yusuf" ayat
36 sehingga ayat 42 :~
"36.~ Dan bersama dengan dia masuk pula ke dalam penjara dua orang pemuda.
Berkatalah salah seorang di antara keduanya:" Sesungguhnya aku bermimpi,
bahwa aku memerah anggur." Dan yang lain berkata:" Sesungguhnya aku
bermimpi bahwa aku membawa roti di atas kepalaku dan sebahagiannya dimakan
burung." Beritakan kepada kami takbirnya, sesungguhnya kami memandang kamu
termasuk orang-orang yang pandai {menakbir mimpi}. 37.~ Yusuf berkata:"
Sebelum sampai kepada kamu berdua makanan yang akan diberikan kepadamu
melainkan aku telah dpt menerangkan jenis makanan itu sebelum makanan itu sampai
kepadamu. Yang demikian itu adalah sebahagian dari apa yang diajarkan oleh
Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang
tidak beriman kepada Allah, sedang mrk ingkar kepada hari kemudian. 38.~ Dan
aku mengikuti agama bapa-bapaku, iaitu Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub. Tiadalah
patut bagi kami {para nabi} mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Allah. Yang
demikian itu adalah dari kurniaan Allah kepada kami dan kepada manusia
seluruhnya, tetapi kebanyakkan manusia itu tidak mensyukurinya. 39.~ Hai kedua
temanku dalam penjara, manakah yang baik, tuhan-tuha yang bermacam-macam itu
ataukah allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? 40.~ Kamu tidak menyembah yang
selain Allah melainkan hanya {menyembah nama-nama yang kamu dan nenek moyang kamu
membuat-buatnya, Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama
itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu
tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus tetapi kebanyakkan manusia
tidak mengetahui. 41.~ Hai kedua temanku dalam penjara adapun salah seorang
diantara kamu berdua akan memberi minum tuannya dengan arak adapun yang seorang
lagi maka ia akan disalib lalu burung memakan sebahagian dari kepalanya. Telah
diputuskan perkarayang kamu berdua menanyakannya {kepadaku}". 42.~ Dan
Yusuf berkata kepada orang yang diketahuinya akan selamat di antara mereka
berdua:" Terangkanlah keadaanku kepada tuanmu". Maka syaitan
menjadikan dia lupa menerangkan {keadaan Yusuf} kepada tuannya. Karena itu
tetaplah dia {Yusuf} dalam penjara beberapa tahun lamanya." {Yusuf : 36 ~
42}
Yusuf dibebaskan dari penjara
Pada suatu hari berkumpullah di
istana raja Mesir, para pembesar, penasihat dan para arif bijaksana yang
sengaja diundang oelh untuk memberi takbir mimpi yang telah merunsingkan dan
menakutkan hatinya. Ia bermimpi seakan-akan melihat tujuh ekor sapi betina lain
yang kurus-kurus. Disamping itu ia melihat pula dalam mimpinya tujuh butir
gandum hijau disamping tujuh butir yang lain kering.
Tidak seorang drp. pembesar-pembesar yang didatangkan itu yang dapat memberi
tafsiran takbir bagi mimpi Raja bahkan sebahagian drp mrk menganggapkannya
sebagai mimpi kosong yang tiada bererti dan menganjurkan kepada Raja melupakan
saja mimpi itu dan menghilangkannya dari fikirannya.
Pelayan Raja, pemuda teman Yusuf dalam penjara, pada masa pertemuan Raja dengan
para tetamunya, lalu teringat olehnya pesan Nabi Yusuf kepadanya sewaktu ia
akan dikeluarkan dari penjara dan bahwa takbir yang diberikan oleh Nabi Yusuf
bagi mimpinya adalah tepat, telah terjadi sebagaimana telah ditakdirkan. Ia
lalu memberanikan diri menghampiri Raja dan berkata:" Wahai Paduka Tuanku!
Hamba mempunyai seorang teman kenalan di dalam penjara yang pandai menakbirkan
mimpi. Ia adalah seorang yang cekap, ramah dan berbudi pekerti luhur. Ia tidak
berdosa dan tidak melakukan kesalahan apa pun. Ia dipenjara hanya atas fitnahan
dan tuduhan palsu belaka. Ia telah memberi takbir bagi mimpiku sewaktu hamba
berada dalam tahanan bersamanya dan ternyata takbirnya tepat dan benar sesuai
dengan apa yang hamba alami. Jika Paduka Tuan berkenan, hamba akan pergi
mengunjunginya di penjara untuk menanyakan dia tentang takbir mimpi Paduka
Tuan."
Dengan izin Raja, pergilah pelayan mengunjungi Nabi Yusuf dalam penjara. Ia
menyampaikan kepada Nabi Yusuf kisah mimpinya Raja yang tidak seorang pun drp
anggota kakitangannya dan para penasihatnya dpt memberikan takbir yang
memuaskan dan melegakan hati majikannya. Ia mengatakan kepada Nabi Yusuf bahwa
jika Raja dpt dipuaskan dengan pemberian bagi takbir mimpinya, mungkin sekali
ia akan dikeluarkan dari penjara dan dengan demikian akan berakhirlah
penderitaan yang akan dialami bertahun-tahun dalam kurungan.
Berucaplah Nabi Yusuf menguraikan takbirnya bagi mimpi Raja:" Negara akan
menghadapi masa makmur, subur selama tujuh tahun, di mana tumbuh-tumbuhan dan
semua tanaman gandum, padi dan sayur mayur akan mengalami masa menuai yang baik
yang membawa hasil makanan berlimpah-ruah, kemudian menyusuk musim kemarau
selama tujuh tahun berikutnya dimana sungai Nil tidak memberi air yang cukup
bagi ladang-ladang yang kering, tumbuh-tumbuhan dan tanaman rusak dimakan hama
ssedang persediaan bahan makanan, hasil tuaian tahun-tahun subur itu sudah
habis dimakan. Akan tetapi, Nabi Yusuf melanjutkan keterangannya, setelah
mengalami kedua musim tujuh tahun itu akan tibalah tahun basah di mana hujan
akan turun dengan lebatnya menyirami tanah-tanah yang kering dan kembali
menghijau menghasilkan bahan makanan dan buah-buahan yang lazat yang dpt
diperah untuk diminum."
" Maka jika takbirku ini menjadi kenyataan ," Nabi Yusuf berkata
lebih lanjut," seharusnya kamu menyimpan baik-baik apa yang telah
dihasilkan dalam tahun-tahun subur, serta berjimat dalam pemakaiannya untuk
persiapan menghadapi masa kering, agar supaya terhindarlah rakyat dari bencana
kelaparan dan kesengsaraan."
Raja setelah mendengar dari pelayannya apa yang diceritakan oleh Nabi Yusuf
tentang mimpinya merasakan bahwa takbir yang didengarkan itu sgt masuk akal dan
dpt dipercayai bahwa apa yang telah diramalkan oleh Yusuf akan menjadi
kenyataan. Ia memperoleh kesan bahwa Yusuf yang telah memberi takbir yang tepat
itu adalah seorang yang pandai dan bijaksana dan akan sgt berguna bagi negara
jikaia didudukkan di istana menjadi penasihat dan pembantu kerajaan. Maka
disuruhnyalah kembali si pelayan ke penjara untuk membawa Yusuf menghadap
kepadanya di istana.
Nabi Yusuf yang sudah cukup derita hidup sebagai orang tahanan yang tidak
berdosa, dan ingin segera keluar dari kurungan yang mencekam hatinya itu, namun
ia enggan keluar dari penjara sebelum peristiwanya dengan isteri Ketua Polis
Negara dijernihkan lebih dahulu dan sebelum tuduhan serta fitnahan yang
ditimpakan ke atas dirinya diterangkan kepalsuannya. Nabi Yusuf ingin keluar
dari penjara sebagai orang yang suci bersih dan bahwa dosa yang diletakkan
kepada dirinya adalah fitnahan dan tipu-daya yang bertujuan menutupi dosa
isteri Ketua Polis Negara sendiri.
Raja Mesir yang sudah banyak mendengar tentang Nabi Yusuf dan terkesan oleh
takbir yang diberikan bagi mimpinya secara terperinci dan menyeluruh makin
merasa hormat kepadanya, mendengar tuntutannya agar diselesaikan lebih dahulu
soal tuduhan dan fitnahan yang dilemparkan atas dirinya sebelum ia dikeluarkan
dari penjara. Hal mana menurut fikiran Raja menandakan kejujurannya, kesucian
hatinya dan kebesaran jiwanya bahwa ia tidak ingin dibebaskan atas dasar
pengampunan tetapi ingin dibebaskan karena ia bersih dan tidak bersalah serta
tidak berdosa.
Tuntutan Nabi Yusuf diterima oleh Raja Mesir dan segera dikeluarkan perintah
mengumpulkan para wanita yang telah menghadiri jamuan makan Zulaikha dan
terhiris hujung jari tangan masing-masing ketika melihat wajahnya. Di hadapan
Raja mereka menceritakan tentang apa yang mrk lihat dan alami dalam jamuan mkn
itu serta percakapan dan soal jawab yang mrk lakukan dengan Nabi Yusuf. Mrk
menyatakan pesan mrk tentang diri Nabi Yusuf bahwa ia seorang yang jujur,
soleh, bersih dan bukan dialah yang salah dalam peristiwanya dengan Zulaikha.
Zulaikha pun dalam pertemuan itu, mengakui bahwa memang dialah yang berdosa
dalam peristiwanya dengan Yusuf dan dialah yang menganjurkan kepada suaminya
agar memenjarakan Yusuf untuk memberikan gambaran palsu kepada masyarakat bahwa
dialah yang salah dan bahwa dialah yang memperkosa kehormatannya.
Hasil pertemuan Raja dengan para wanita itu di umumkan agar diketahui oleh
seluruh lapisan masyarakat dan dengan demikian terungkaplah tabir yang meliputi
peristiwa Yusuf dan Zulaikha. Maka atas, perintah Raja, dikeluarkanlah Nabi
Yusuf dari penjara secara hormat, bersih dari segala tuduhan. Ia pergi langsung
ke istana Raja memenuhi undangannya.
Bacalah isi cerita ini dalam Al-Quran surah "Yusuf" ayat 43 sehingga
ayat 53 :~
"43.~ Raja berkata {kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya}: "Sesungguhnya
aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh butir
{gandum} yang hijau dan tujuh butir lainnya yang kering. Hai orang-orang yang
terkemuka, terangkanlah kepadaku tentang takbir mimpiku itu, jika kamu dapat
menakbirkan mimpi." 44.~ Mrk menjawab: "{Itu} adalah mimpi-mimpi yang
kosong dan kami sesekali tidak tahu menakbirkan mimpi". 45.~ Dan
berkatalah orang yang selamat di antara mrk berdua dan teringat {kepada Yusuf}
sesudah beberapa waktu lamanya; "Aku akan memberitakan kepadamu tentang
{orang yang pandai} menakbirkan mimpi itu, maka utuslah aku {kepadanya} ".
46.~ {Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf ia berseru}: " Yusuf, hai
orang yang sgt dpt dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi yang
gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh
butir {gandum} yang hijau dan {tujuh} lainnya yang kering agar aku kembali
kepada orang-orang itu, agar mrk mengetahuinya". 47.~ Yusuf berkata:
"Supaya kamu bertanam tujuh tahun {lamanya} sebagaimana biasa maka apa
yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di butirnya kecuali sedikit untuk kamu
makan. 48.~ Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang
menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya {tahun sulit} kecuali
sedikit dari {benih gandum} yang kamu simpan. 49.~ Kemudian setelah itu akan
datang tahun yang padanya manusia diberi hujan {dengan cukup} dan di masa mrk
memeras anggur". 50.~ Raja berkata: "Bawalah dia kepadaku". Maka
tatakala utusan itu datang kepada Yusuf, berkatalah Yusuf: "Kembalilah
kepada tuanmu dan tanyakanlah kepadanya bagimana halnya wanita-wanita yang
telah melukai tangannya. Sesungguhnya Tuhanku, Maha Mengetahui tipu daya
mrk". 51.~ Raja berkata: "{kepada wanita-wanita itu}, Bagaimana keadaan
kamu ketika kamu menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya {kepadamu}?" Mrk
berkata: "Maha sempurnalah Allah, kami tidak mengetahui sesuatu keburukkan
drpnya". Berkata {Zulaikha} isteri Al-Aziz: "Sekarang jelaslah
kebenaran itu, akulah yang menggodanya untuk menundukkan dirinya {kepadaku} dan
sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang benar". 52.~ Yusuf berkata:
"Yang demikian itu agar dia {Al-Aziz} mengetahui bahwa sesungguhnya aku
tidak berkhianat kepadanya di belakangnya, dan bahwasanya Allah tidak meredhai
tipu daya orang-orang yang berkhianat. 53.~ dan aku tidak membebaskan diriku
{dari kesalahan}, karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada
kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". {Yusuf : 43~53}
Yusuf diangkat sebagai wakil raja
Mesir
Raja Mesir yang telah banyak
mendengar tentang Nabi Yusuf dari pelayannya, teman Nabi Yusuf dalam penjara,
dari kesaksian wanita-wanita, tamu Zulaikha dalam jamuan makan dan dari Zulaikha
sendiri, makin bertambah rasa hormatnya dan kagumnya terhadap Nabi Yusuf
setelah berhadapan muka dan bercakap-cakap dengan beliau sekeluarnya dari
penjara.
Kecerdasan otak Nabi Yusuf, pengetahuannya yang luas, kesabaran , kejujurannya,
keramah-tamahannya dna akhlak serta budi pekerti luhurnya, menurut fikiran Raja
akan sangat bermanfaat bagi kerajaannya bila Nabi Yusuf diserahi pimpinan
negara dan rakyat. Maka kepada Nabi Yusuf dalam pertemuan pertamanya dengan
Raja ditawarkan agar ia tinggal di istana mewakili Raja menyelenggarakan
pemerintahan serta pengurusan negara serta memimpin rakyat Mesir yang
diramalkan akan menghadapi masa-masa sukar dan sulit.
Nabi Yusuf tidak menolak tawaran Raja Mesir itu. Ia menerimanya asal saja
kepadanya diberi kekuasaan penuh dalam bidang kewangan dan bidang pengedaran
bhn makanan, karena menurut pertimbangan Nabi Yusuf, kedua bidang yang
berkaitan antara satu sama lain itu merupakan kunci dari kesejahteraan rakyat
dan kestabilan negara. Raja yang sudah mempunyai kepercayaan penuh terhadap
diri Nabi Yusuf, terhadap kecerdasan otaknya, kejujuran serta kecekapannya
menyetujui fikiran beliau dan memutuskan untuk menyerahkan kekuasaannya kepada
Nabi Yusuf dalam suatu upacara penobatan yang menurut lazimnya dan kebiasaan yang
berlaku.
Pada hari penobatan yang telah ditentukan, yang dihadiri oleh para
pembesarnegeri dan pemuka-pemuka masyarakat, Nabi Yusuf dikukuhkan sebagai
wakil Raja, dengan mengenakan pakaian kerajaan dan di lehernya dikalung dengan
kalung emas, kemudian raja di hadapan para hadiri melepaskan cincin dari jari
tangannya lalu dipasangkannya ke jari tangan Nabi Yusuf, sebagai tanda
penyerahan kekuasaan kerajaan.
Setelah selesai penobatan dan serah terima jabatan Nabi Yusuf A.S. maka Raja
Mesir berkenan untuk mengahwinkan Yusuf dengan Zulaikha {Ra'il} janda
majikannya yang telah mati ketika Nabi Yusuf A.S. masih dalam penjara.
Kemudian setelah Nabi Yusuf bergaul dengan isterinya ia berkata:" Tidakkah
ini lebih baik drp apa yang anda kehendaki dahulu itu." Jawab Zulaikha
{Raa'il}: "Wahai orang yang jujur baik, jangan mencelaku. Anda mengetahui
bahwa aku dahulu sedemikian muda dan cantik, dalam keadaan serba mewah, sedang
suamiku lemah, tidak dpt memuaskan isteri dan dijadikan oleh Allah sedemikian
tampannya, maka aku kalah dengan hawa nafsuku". Demikianlah keadaannya,
karena itu Nabi Yusuf A.S. masih bertemu dengan Zulaikha dalam keadaan gadis,
dan mendpt dua orang putera drpnya, Ifratsim dan Minsya bin Yusuf.
Demikianlah rahmat dan kurniaan Tuhan yang telah memberi kedudukan tinggi dan
kerajaan besar kepada hamba-Nya Nabi Yusuf setelah mengalami beberapa
penderitaan dan ujian yang berat, yang dimulai dengan pelemparannya ke dalam
sebuah perigi oleh saudara-saudaranya sendiri, kemudian dijual-belikannya
sebagai hamba dalam suatu penawaran umum dan pada akhirnya setelah ia mulai
merasa ketenangan hidup di rumah Ketua Polis Mesir datanglah godaan dan
fitnahan yang berat bagi dirinya di mana nama baiknya dikaitkan dengan suatu
perbuatan maksiat yang menyebabkan ia meringkok dalam penjara selama
bertahun-tahun.
Sebagai penguasa yang bijaksana, Nabi Yusuf memulakan tugasnya dengan
mengadakan lawatan ke daerah-daerah yang termasuk dalam kekuasaannya untuk
berkenalan dengan rakyat jelata serta daerah yang diperintahnya dari dekat,
sehingga segala rancangan dan peraturan yang akan diadakan dpt memenuhi
keperluan dan sesuia dengan iklim dan keadaan daerah.
Dalam masa tujuh tahun pertama Nabi Yusuf menjalankan pemerintahan di Mesir,
rakyat merasakan hidup tenteram , aman dan sejahtera. Barang-barang keperluan
cukup terbahagi merata dijangkau oleh semua lapisan masyrakat tanpa terkecuali.
Dalam pada itu Nabi Yusuf tidak lupa akan peringatan yang terkandung dalam
mimpi Raja Mesir, bahwa akan dtg masa tujuh tahun yang sukar dan sulit. Maka
untuk menghadapi masa itu, Nabi Yusuf mempersiapkan gudang dan kepuk-kepuk bagi
penyimpanan bhn mknan untuk musim kemarau yang akan dtg.
Berkat pengurusan yang bijaksana dari Nabi Yusuf, maka setelah masa hijau dan
subur berlalu dan masa kemarau kering tiba, rakyat Mesir tidak sampai mengalami
krisi makanan atau derita kelaparan. Persediaan bhn mknan yang dihimpun di
waktu masa hijau dan subur dpt mencukupi keperluan rakyat selama masa kering,
bahkan masa dapat menolong masyarakat Mesir yang sudah kekurangan bhn makanan
dan menghadapi bahaya kelaparan.
Kisah pengangkatan Nabi Yusuf sebagai penguasa Mesir diceritakan dalam Al-Quran
dalam surah "Yusuf" ayat 54 sehingga ayat 57 yang berbunyi sebagai
berikut:~
"54.~ Dan Raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia
sebagai orang yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah bercakap-cakap
dengan dia, dia berkata: "Sesungguhnya kamu {mulai hari ini menjadi
seorang yang berkedudukkan tinggi lagi dipercayai pd sisi kami}". 55.~
Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara {Mesir} sesungguhnya
aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan". 56.~ Dan
demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir {dia berkuasa
penuh} pergi menuju ke mana saja ia kehendaki di bumi Mesir itu. Kami
melimpahkan rahmat Kami kepada sesiapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak
mensia-siakan pahala orang-orang yang berbuat baik. 57.~ Dan sesungguhnya
pahala di akhirat itu lebih baik bagi orang-orang beriman dan selalu
bertakwa." {Yusuf : 54 ~ 57 }
Pertemuan Yusuf A.S dengan
saudara-saudaranya
Kemudian dtglah orang berduyun-duyun
dari kota dan desa-desa pinggiran Mesir, bahkan dari negara-negara yang
berhampiran Mesir yang sudah kekurangan bhn makanan bagi rakyatnya. Mrk dtg
bagi mengharapkan pertolongan Nabi Yusuf untuk memberi kesempatan membeli
gandum serta lain-lain bhn mknan yang masih tersedia dalam gudang-gudang
pemerintah.
Di antara para pendatang yang ingin berbelanja di Mesir terdapat rombongan
orang-orang Palestin, termasuk di antara mrk ialah saudara-saudara Nabi Yusuf
sendiri, ialah penyebab utama bagi penderitaan yang telah di alaminya. Nabi
Yusuf segera mengenal mereka tetapi sebaliknya mrk tidak mengenal akan Nabi
Yusuf yang pernah dilemparkan ke dalam telaga. Bahkan tidak terlintas dalam
fikiran mrk bahwa Yusuf masih hidup, apa lagi menjadi orang besar memimpin
negara Mesir sebagai wakil Raja yang berkuasa mutlak.
Atas pertanyaan Nabi Yusuf berkatalah jurucakap rombongan putera-putera Ya'qub:
"Wahai Paduka Tuan, kami adalah putere-putera Ya'qub yang kesemuanya
adalah dua belas orang Yang termuda di antara kami putera ayah yang bongsu kami
tinggalkan rumah untuk menjaga ayah kami yang talah lamjut usia dan buta pula.
Seorang saudara lain telah lama meninggalkan rumah dan hingga kami tidak
mengetahui di mana dia berada. Kami datang kemari atas perintah ayah kami, agar
memohon pertolongan dna bantuan Paduka Tuan yang budiman, kiranya dpt memberi
kesempatan memperkenankan kami membeli gandum dari pesediaan pemerintahan tuan,
bagi memenuhi keperluan kami yang sgt mendesak, sehubungan dengan krisis bhn
makanan yang menimpa daerah kami."
Berkata Nabi Yusuf menjawab keterangan-keterangan saudaranya itu:
"Sesungguhnya kami meragukan identiti kamu dan menyangsikan keteranganmu
ini. Kami tidak dpt mengabaikan adanya kemungkinan bahwa kamu adalah mata-mata
yang dikirim oleh musuh-musuh kami untuk mengadakan kekecohan dan kekacauan di
negeri kami karenanya kami menghendaki memberi bukti-bukti yang kuat atas
kebenaran kata-katamu atau membawa saksi-saksi yang kami percaya bahwa kamu
adalah beul-betul putera-putera Ya'qub."
"Paduka Tuan Yang bijaksana", menyambut jurucakap itu, "Kami
adalah orang-orang musafir gharib di negeri tuan, tidak seorang pun di sini
mengenal kami atau kami kenal, maka sukar sekali bagi kami pada masa ini
memberi bukti atau membawa saksi sebagaimana Paduka Tuan serukan. Maka kami
hanya berpasrah kepada Paduka Tuan untuk memberi jalan kepada kami dengan cara
bagaimana kami dpt memenuhi seruan paduka itu."
"Baiklah", Nabi Yusuf berkata, "Kali ini kami memberi kesempatan
kepada kamu untuk membeli gandum dari gudang kami secukupnya keperluaan kamu
sekeluarga dengan syarat bahwa kamu harus kembali kesini secepat mungkin
membawa saudara bongsumu yang kamu tinggalkan dirumah. Jiak syarat ini tidak
dipenuhi, maka kami tidak akan melayani keperluan kamu akan gandum untuk masa
selanjutnya." Berkata abang kepada Yusuf yang tidak mengenalkannya itu:
"Paduka Tuan kami mengira bahwa ayah kami tidak akan mengizinkan kami membawa
adik bongsu kami ke sini, karena ia adalah kesayangan ayah kami yang sangat
dicintai dan dia adalah penghibur ayah yang menggantikan kedudukan saudara kami
Yusuf, sejak ia keluar dari rumah menghilangkan tanpa meninggalkan bekas. Akan
tetapi bagaimana pun untuk kepentingan kami sekeluarga, akan kami usahakan
sedapat mungkin memujuk ayah agar memngizinkan kami membawa adik kami Benyamin
ke mari dalam kesempatan yang akan datang."
Sejak awal Nabi Yusuf melihat wajah-wajah saudaranya yang dtg memerlukan
gandum, tidak ada niat sedikit pun dalam hatinya hendak mempersukarkan missi
mrk sebagai balas dendam atas perbuatan yang mrk telah lakukan terhadap
dirinya. Soal jawab yang dilakukan dengan mrk hanya sekadar ingin mengetahui
keadaan ayah dan adik bongsunya, Benyamin yang sudah bertahun-tahun
ditinggalkan dan hanya sekadar taktik untuk mempertemukan kembali dengan ayah
dan saudara-saudaranya yang sudah lama terpisah.
Kemudian Nabi Yusuf memerintahkan pegawai-pegawainya mengisi karung-karung
saudaranya dengan gandum dan bhn makanan yang mrk perlu. Sedang brg-brg emas
dan perak yang mrk bawa untuk harga gandum dan bhn makn itu, diisikan kembali
ke dalam karung-karung mrk secara diam-diam tanpa mrk ketahui.
Setibanya kembali di Palestin berceritalah mrk kepada ayahnya Ya'qub tentang
perjalanan mrk dan bagaimana Yusuf menerima mrk, yang dipujinya sebagai
penguasa yang bijaksana, adil, sabar, rendah hati dan sangat ramah-tamah. Tanpa
sedikit kesukaran pun mrk telah diberikan hajat mrk dari gandum yang diisikan
sekali oleh pegawai-pegawai Yusuf ke dalam karung mrk.Disampaikan pula oleh mrk
kepada ayahnya, bahwa mrk diharuskan oleh Yusuf membawa adik bongsu mrk ke
Mesir, bila mrk dtg lagi untuk membeli gandum dan bhn mknan. Tanpa membawa adik
termaksud, mrk tidak akan dilayani dan diperkenankan membeli gandum yang mrk
perlukan. Karenanya mrk dari jauh-jauh mohon agar mrk diperkenankan membawa
adik mrk Benyamin bila mrk harus kembali ke Mesir untuk membeli gandum.
Berkata Nabi Ya'qub serta merta setelah mendengar cerita putera-puteranya:"Tidak,sesekali
tidak akanku berikan izinkan kepadamu untuk membawa Benyamin jauh drpku. Aku
tidak akan mempercayakan Benyamin kepadamu setelah apa yang terjadi dengan diri
Yusuf adikmu.Kamu telah berjanji akan menjaganya baik-baik, bahkan sanggup
mengorbankan jiwa-ragamu untuk keselamatannya.
Akan tetapi apa yang telah terjadi adalah sebaliknya. Kamu pulang ke rumah
dalam keadaan selamat, sedang adikmu Yusuf, kamu lepaskan menjadi mangsa
serigala. Cukuplah apa yang telahku alami mengenai diri Yusuf dan janganlah
terulang lagi kali ini mengenai diri Benyamin".
Ketika karung-karung yang dibawa kembali dari Mesir dibongkar, ternyata
didalamnya terdpt barang-barang emas dan perak yang telah mrk bayarkan untuk
harga gandum yang dibeli. Maka seraya tercengang bercampur gembira,
berlari-larilah mrk menyampaikan kehairanan mrk kepada ayahnya. Mereka berkata:
"Wahai ayah! KAmi tidak berdusta dalam cerita kami tentang itu penguasa
Mesir orang baik hati. Lihatlah brg-brg emas dan perak yang telah kami bayarkan
untuk ganti gandum yang kami terima, dipulangkan kembali ke dalam karung-karung
kami tanpa kami mengetahui. Jadi apa yang kami bawa ini adalah pemberian
percuma dari penguasa Mesir yang sgt murah hati itu."
Dengan diperolehnya gandum, bantuan percuma dari putera yang tidak mrk kenali,
keluarga Ya'qub menjadi tenang dan merasa buat beberapa waktu, bahwa api
didapur rumah akan tetap menyala. akan tetapi persediaan yang terbatas itu
tidak bertahan lama jika tidak disusul dengan pengisian stok baru selama musim
kemarau belum berakhir. Demikianlah maka Nabi Ya'qub yang melihat persediaan
gandumnya makin hari makin berkurangan sedangkan tanda-tanda krisis makanan
belum nampak, terpaksalah ia mengutus putera-puteranya kembali ke mesir untuk
memperoleh bekalan untuk kedua kalinya dari Yusuf wakil Raja negeri itu. Dan
karena putera-putera Ya'qub tidak akan berangkat ke Mesir tanpa Benyamin,
sesuai janji mrk kepada Yusuf, maka terpaksa pulalah Ya'qub mengikut sertakan
putera bongsunya Benyamin dalam rombongan abg-abgnya.
Dengan iringan doa serta nasihat si ayah, berangkatlah kafilah putera-putera
Ya'qub yang terdiri dari sebelas orang Setiba mrk diperbatasan kota berpisahlah
menjadi beberapa kelompok memasuki kota dari arah yang berlainan sesuai dengan
pesan ayah mrk untuk menghindari timbulnya iri hati penduduk serta prasangka
dan tuduhan bahwa mrk adalah mata-mata musuh.
Setibanya di istana kerajaan mrk diterima oleh adik mereka sendiri Yusuf yang
belum mrk kenal kembali, dengan penuh ramah-tamah dan dihormati dengan jamuan
makan. Bagi mrk disediakan tempat penginapan untuk setiap dua orang sebuah
rumah, sedang adik bongsu Yusuf, Benyamin diajak bersamanya menginap didalam
istana.
Sewaktu berada berduaan dengan Yusuf, Benyamin mencucurkan airmata seraya
berkata kepada abangnya yang belum dikenal kembali: "Andaikan abgku Yusuf
masih hidup, nescaya engkau akan menempatkan aku bersamanya di sebuah rumah
tersendiri sebagaimana saudara-saudaraku yang lain." Yusuf lalu
menghiburkan hati adiknya dengan kata-kata: "Sukakah engkau bila aku
menjadi abgmu menggantikan abgmu yang hilang itu?" Benyamin menjawab:
"Tentu namun sayang sekali bahwa engkau tidak dilahirkan oleh ayahku
Ya'qub dan ibuku Rahil."
Mendengar kata-kata si adik yang merawankan hati itu, bercucurlah air mata
Yusuf, lalu memeluk adiknya sambil mengaku bahwa dia adalah Yusuf, abgnya yang
hilang itu. Ia menceritakan kepada adiknya penderitaan -penderitaan yang telah
dialami sejak ia dicampakkan ke dalam perigi , diperjual-belikan sebagai hamba
sahaya, ditahannya dalam penjara selama bertahun-tahun tanpa dosa dan akhirnya
berkat rahmat dan kurniaan Tuhan diangkatlah ia sebagai wakil raja yang
berkuasa mutlak. Yusuf mengakhiri beritanya dengan berpesan kepada adiknya,
agar merahsiakan apa yang telah ia dengarkan dan jangan sampai diketahui oleh
saudara-saudaranya yang lain.
Alangkah gembiranya Benyamin mendengar cerita abgnya yang selalu dikenangnya
sejak ia hilang meninggalkan rumah bersama-sama saudara-saudaranya berkelah
beberapa tahun yang lalu. Ia segera memeluk abangnya kembali seraya berkata:
"Aku tidak dapat bayangkan betapa gembiranya ayah bila ia mendengar bahwa
engkau masih hidup dalam keadaan segar bugar, sihat afiat, menguasai suatu
kerajaan besar, tinggal didalam istana yang diliputi oleh segala kemewahan dan
kemegahan. Sebab sejak engkau menghilang ayah kami tidak pernah terlihat
gembira. Ia selalu diliputi oleh rasa sedih dan duka, tidak pernah sedikit pun
bayanganmu terlepas dari ingatannya. Demikianlah keadaan ayah kami hai Yusuf
sejal engkau menghilangkan rumah dan menghilang, sampai-sampai menjadi putih
matanya karena kesedihan dan tangisnya yang tidak ada hentinya."
Kisah pertemuan Yusuf dengan saudaranya dikisahkan dalam Al-Quran pada surah
"Yusuf" ayat 58 sehingga 69 yang bermaksud :~
"58.~ Dan saudara-saudara Yusuf dtg {ke Mesir} lalu mrk masuk ke
{tempat}nya. Maka Yusuf mengenal mrk, sedang mrk tidak kenal {lagi}
kepadanya.59.~ Dan tatkala Yusuf menyiapkan bhn mknannya, ia berkata:
"Bawalah kepadaku saudaramu yang seayah dengan kamu {Benyamin}, tidaklah
kamu melihat bahwa aku menyempurnakan sukatan dan aku adalah sebaik-baik
penerima tamu? 60.~ Jika kamu tidak membawanya kepadaku, maka kamu tidak akan
mendapat sukatan lagi drpku dan jgn kamu mendekatiku".61.~ Mrk berkata:
"Kami akan memujuk ayah kami untuk membawanya {ke mari} dan sesungguhnya
kami benar-benar akan melaksanakannya".62.~ Yusuf berkata kepada
bujang-bujangnya: " Masukkanlah brg-brg {penukar kepunyaan} mrk ke dalam
karung-karung mrk, spy mrk mengetahui apabila mrk telah kembali kepada
keluarganya, mudah-mudahan mrk kembali lagi".63.~ Maka tatkala mrk telah
kembali kepada ayah mrk {Ya'qub}, mrk berkata: " Wahai ayah kami, kami
tidak mendpt sukatan {gandum} lagi, {jika todak membawa saudara kami}, sebab
itu biarkanlah saudara kami {Benyamin} pergi bersama kami supaya kami mendpt
sukatan dan sesungguhnya kami akan benar-benar menjaganya".64.~ Berkata
Ya'qub: "Bagaimana aku akan mempercayakannya {Benyamin} kepadamu, kecuali
seperti aku telah mempercayakan saudaranya {Yusuf} kepada kamu dahulu?"
Maka Allah adalah sebaik-baik penjaga dan Dia adalah Mahga Penyayang di antara
para penyayang.65.~ Tatkala mrk membuka brg-brgnya, mrk menemukan kembali
brg-brg {penukaran} mrk dikembalikan kepada mrk. Mrk berkata: "Wahai ayah
kami, apa lagi yang kami inginkan. Ini brg-brg kami dikembalikan kepada kami
dan kami akan dpt memberi makan keluarga kami dan kami akan dpt memelihara
ksaudra kami dan kami akan mendapat tambahan sukatan {gandum} seberat seekor
unta. Itu adalah sukatan yang mudah {bagi Raja Mesir}".66.~ Ya'qub berkata
: "Aku sesekali tidak akan melepaskannya {pergi} bersama-sama kamu sebelum
kamu memberikan janji yang teguh atas nama Allah bahwa kamu akan pasti
membawanya kepadaku kembali, Kecuali jika kamu dikepung musuh ". Tatkala
mrk memberi janji mrk, maka Ya'qub berkata: "Allah adalah saksi terhadap
yang kami ucapkan {ini}".67.~ Dan Ya'qub berkata: " Hai anak-anakku,
janganlah kamu masuk bersama-sama dari satu pintu gerbang dan masuklah dari
pintu gerbang yang berlainan namun demikian aku tidak dpt melepaskan kamu brg
sedikit pun daripada {takdir} Allah. Keputusan menetapkan {sesuatu} hanyalah
hak Allah; kepada-Nya aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang
yang bertawakkal berserah diri".68.~ Dan tatkala mrk masuk menurut yang
diperintahkan ayah mrk ,maka {cara yang mrk lakukan itu} tiadalah melepaskan
mrk sedikit pun daripada {takdir} Allah, akan tetapi itu hanya suatu keinginan
pada diri Ya'qub yang telah ditetapkannya. Dan sesungguhnya dia mempunyai
pengetahuan , karena Kami telah mengajarkan kepadanya. Akan tetapi kebanyakkan
manusia tidak mengetahui.69.~ Dan tatkala mrk masuk ke {tempat} Yusuf, Yusuf
membawa saudaranya {Benyamin} ke tempatnya. Yusuf berkata: "Sesungguhnya
aku {ini} adalah saudaramu,maka janganlah kamu berdukacita terhadap apa yang
mrk telah lakukan."
Yusuf menahan Benyamin sebagai
tahanan
Yusuf menerima saudara-saudaranya
sebagai tamu selama tiga hari tiga malam. Setelah selesai masa bertamu
bersiap-siaplah mrk untuk pulang kembali ke negerinya, sesudah karung-karung
mrk diisi dengan penuh {gandum} dam bhn-bhn makanan lain yang mrk perlukan.
Setelah berjabat tangan, meminta diri dari Yusuf, bergeraklah kafilah mrk
menuju pintu gerbang ke luar kota. Tetapi sebelum kafilah sempat melewati batas
kota, tiba-tiba beberapa pengawal istana yang berkuda mengejar mrk dan
memerintah agar berhenti dan dilarang meneruskan perjalanan, sebelum diadakan
pemeriksaan terhadap brg-brg mrk bawa. Para pengawal mengatakan bahwa sebuah
piala gelas minum raja telah hilang dan mungkin salah seorang drp mrk yang
mencurinya.
Kafilah berhenti di tempat dan dengan hairan berkatalah jurucakap mrk:
"Demi Allah kami dtg kemari bukannya untuk mengacau dan sgt tidak mungkin
bahwa salah seorang drp kami akan mencuri piala itu. Kami adalah putera-putera
Ya'qub pesuruh Allah. Kami sudah merasa berhutang budi kepada raja dan banyak
berterimakasih atas bantuan yang telah diberikan kepada kami. Masakan kami akan
membalas kebaikan hati raja dengan mencuri brg-brgnya? Namun untuk membenarkan
kata-kata kami, kami tidak berkeberatan karung-karung dan brg-brg kami
dibongkar dan digeledah sepuas-puasnya. Dan bila ternyata ada salah seorang drp
kami yang kedapatan piala itu di dalam kumpulan brg-brgnya, kami rela
menyerahkannya kepada raja untuk diberi ganjaran yang setimpal."
Penggeledahan dilakukan oleh para pengawal, brg-brg serta karung-karung
diturunkan dari atas punggung unta, dibongkar dan diperiksa. Sejurus kemudian
berteriaklah salah seorang pengawal dengan memegang piala di tangannya seraya
berkata: "Inilah dia piala yang hilang."
Para anggota rombongan terkejut, mengangakan mulut, sambil memandang satu
dengan yang lain kehairan-hairanan, seakan-akan masing-masing bertanya di dalam
diri sendiri, gerangan musibah apakah yang menimpa mrk ini? sgt berat bahkan
tidak mungkin, mrk akanpercaya bahwa salah seorang dari rombongan bersaudara
itu melakukan perbuatan yang akan mencemarkan nama baik mrk. Namun yang mrk
saksikan dengan mata kepalanya masing-masing tidak dpt dimungkiri dan ditolak
kebenarannya.
Bertanya pemimpin rombongan kepada pengawal, dari mana mrk dptkan piala itu.
Mereka menujukan kepada salah satu bagasi, yang ternyata bahwa bagasi itu
adalah kepunyaan adik bongsu mrk Benyamin. MAka sesuai dengan persetujuan yang
telah disepakati, ditahanlah Benyamin dan tidak diizinkan menyertai rombongan
itu pulang.
Pada masa itu terbayanglah dihadapan mrk wajah Ya'qub ayah mrk, yang sedang
buta dan mengidap penyakit karena tidak henti-hentinya mengenangkan dan
mengingati Yusuf. Ayah yang dengan susah payah dan dengan rasa berat melepaskan
Benyamin menyertai mrk ke Mesir karena khuatir berulangnya kembali tragedi
Yusuf akan dialami oleh adik bongsunya Benyamin. Bagaimana harus mrk hadapi
ayah mrk yang telah diberikan janji yang teguh atas nama Allah akan membawa
Benyamin kembali? Dan apakah akan percaya ayah mrk bial diberitahu bahwa
Benyamin telah ditahan di Mesir karena mencuri piala raja? Tidakkah berita itu
kelak akan menjadikan penyakit ayah mrk makin parah, bahkan mungkin akan
membinasakannya dan mengakhiri hayatnya?
Selagi pertanya-pertanya itu berputar di dalam fikiran abg-abgnya, Benyamin
termenung seorang diri, tidak berkata sepakat kata pun. Ia ternganga
kehairanan, bagaimana piala itu boleh didpti di dalam bagasinya. PAdahal ia
sesekali tidak merasa menyentuhnya. Ia ingin menolak tuduhan dan menyangkal
dakwaan terhadap dirinya, namun akan merasa sia-sia belaka, bahkan akan
menambah menjengkelkan para pengawak yang telah mengeluarkan piala dari
bagasinya sebagai bukti yang nyata yang tidak dpt dibantah. Ia hanya berpasrah
kepada Allah Yang Mengetahui bahwa ia bersih dari tuduhan mencuri.
Anggota rombongan ramai-ramai mendatangi Yusuf, memohon kebijaksanaannya agar
menerima salah seorang drp mrk untuk menggantikan Benyamin sebagai tahanan.
Berkata mrk: "Wahai Paduka Tuan! kami sedar bahwa adik bongsu kami
bersalah dan kami tidak dpt memungkiri kenyataan yang telah kami saksikan
dengan mata kepala kami ketika piala diketemukan di dalam bagasinya. Akan
tetapi memohon kebijaksanaan dan belas kasihan Tuan agar adik kami Benyamin
meninggalkan Mesir dan sebagai gantinya Paduka Tuan dpt menuju salah seorang
drp kami sebagai tahanan. Sebab bila rombongan kami tiba di tempat tanpa
Benyamin, hal itu akan sgt menyedihkan ayah kami, bahkan mungkin dpt membinasakan
jiwanya. Ayah kami yang sudah lanjut usia, hampir mencapai satu abad, berada
dalam keadaan sakit, sejak kehinagan putera kesayangannya Yusuf. Adalah adik
kami Benyamin ini yang menjadi penghibur hatinya yang dirundung duka dan sedih
sepanjang hayatnya. Ia bahkan tidak mengizinkan kami membawanya kemari kalau
tidak karena terpaksa telah berkurangnya persediaan gandum di rumah. Maka
sangat kami harapkan belas kasihan Paduka Tuan kepada ayah kami dengan
melepaskan Benyamin dan menahan salah seorang daripada kami sebagai
gantinya."
Yusuf menolong permohonan abg-abgnya dan berpegang teguh pada persepakatan yang
telah sama dipersetujui, bahwa brg siapa kedapatan piala di dalam bagasinya
akan ditahan, apa lagi menurut syariat Nabi Ya'qub bahwa brg siapa yang mencuri
maka hukumannya ialah si pencuri dijadikan hamba satu tahun lamanya.
Dalam permusyawaratan yang telah dilakukan oleh abg-abg Yusuf telah gagal
memperoleh persetujuannya melepaskan Benyamin dari tahanan, berkatalah Yahudza,
saudara tertua di antara mrk: "Aku tidak mempunyai muka untuk mengadap
ayah tanpa Benyamin. Kami telah mendurhakai ayah dengan melemparkan Yusuf ke
dalam perigi sehinggakan menjadi ayah menderita sepanjang hayat dan kini akan
menambahkan lagi penderitaan ayah dengan meninggalkan Benyamin seorang diri
disini tanpa kami mengetahui nasib apa yang akan dialaminya sedang kami talah
berjanji dan bersumpah akan membawanya kembali jika apa pun yang akan kami
hadapi untuk menjaga keselamatannya. Karenanya aku akan tinggal disini buat sementara
dan tidak akan pulang ke rumah sebelum ayah memanggilku dan mengizinkanku
kembali. Pergilah kamu segera pulang kembali dan ceritakanlah kepada ayah apa
yang telah terjadi dengan sebenarnya dan bila ayah tidak mempercayaimu,
disebabkan pengalamannya dengan Yusuf, maka biarlah ia menanya kepada
kafilah-kafilah dan orang -orang yang telah menyaksikan peristiwa penggeledahan
dengan mata kepala mrk sendiri di tempat kami ditahan.
Berangkatlah kafilah Ya'qub kembali ke tanah airnya dengan hanya terdiri dari
sembilan orang, meninggalkan di belakang mrk abg sulungnya Yahudza dan adik
bongsunya Benyamin. Setiba mrk di rumah hanya dengan sembilan orang dan
menghadap ayahnya menceritakan apa yang telah terjadi pada diri Benyamin dan
Yahudza. Nabi Ya'qub berkata seraya berpaling drp mereka dan mengusap dada:
"Oh alangkah sedihnya hatiku karena hilangnya Yusuf yang masih terbayang
wajahnya di depan mataku. Kini kamu tambah lagi penderitaanku dengan
meninggalkan Benyamin di negeri orang untuk kedua kalinya kamu melanggar
janjimu dan sumpahmu sendiri dan untuk kedua kalinya aku kehilangan putera yang
sgt aku sayangi dan hanya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan itu.
Semoga Allah memberi kesabaran kepadaku dan mempertemukan ku kembali dengan
anak-anakku semuanya."
Berkata putera-puteranya menjawab: "Wahai ayah! Demi Allah engkau akan
mengidap penyakit yang berat dan akan binasalah engkau bila engkau terus
menerus mengenangkan Yusuf dan tidak berusaha menghilangkan bayangannya dari
fikiranmu."
Menjawab teguran putera-puteranya itu berucaplah Ya'qub: "Sesungguhnya
hanya kepada Allah aku mengadukan nasibku, kesusahan dan kesedihanku. Aku
mengetahui dari Allah apa yang kamu tidak mengetahuinya."
Kemudian , mengenai diri Benyamin yang ditahan oleh pengawal-pengawal kerajaan,
maka sepeninggalan abg-abgnya, oleh Yusuf diberitahu bahwa piala raja yang
terdapat di dalam bagasinya, adalah perbuatan pengawal-pengawalnya yang memang
sengaja diperintah oleh beliau untuk diisikan ke dalam bagasi Benyamin itu
dengan maksud menahannya tinggal bersamanya di dalam istana. Ia membesarkan
hati adiknya dengan meramalkan bahwa akan tiba kelak suatu saat di mana ia
dengan adiknya dan seluruh keluarga akan bertemu dan berkumpul kembali.
Bacalah tentang isi cerita di atas ayat 70 sehingga 86 dari surah
"Yusuf" yang bermaksud :~
"70.~ Maka tatkala telah disiapkan untuk mrk bhn makanan mrk, Yusuf
memasukkan piala tempat minum ke dalam karung saudaranya. kemudian berteriaklah
seseorang yang menyerukan: "Hai kafilah, sesungguhnya kamu adalah
orang-orang yang mencuri".71.~ Mrk menjawab sambil menghadap kepada
penyeru-penyeru itu: "Brg apakah yang hilang drp kamu?"72.~
Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang
dpt mengembalikannya akan memperoleh bhn makanan {seberat} beban unta, dan aku
menjamin terhadapnya."73.~ Saudara-saudara Yusuf menjawab: "Demi
Allah sesungguhnya kamu mengetahui bahwa kami dtg bukan untuk membuat
kerusakkan di negeri {ini} dan kami bukanlah orang-orang mencuri".74.~ Mrk
berkata: "Tetapi apakah balasan jikalau kamu betul-betul
pendusta?"75.~ Mrk menjawab: "Balasannya ialah pada siapa ditemukan
{brg yang hilang} dalam karungnya, maka dia sendirilah balasannya".
Demikianlah kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang zalim.76.~ Maka
mulailah Yusuf memeriksa karung-karung mrk sebelum {memeriksa} karung
saudaranya sendiri, kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung
saudaranya. Demikianlah Kami atur untuk {mencapai} maksud Yusuf. Tiadalah patut
Yusuf mneghukum saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali Allah
menghendakinya. Kami tinggikan darjat orang yang Kami kehendaki, dan diatas
tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui.77.~ Mrk
berkata: "Jika ia mencuri maka sesungguhnya telah pernah mencuri pula
saudaranya sebelum itu". Maka Yusuf menyembunyikan kejengkelan itu pada
dirinya dan tidak menampakkannya kepada mrk. Dia berkata: "{Dalam hatinya}
kamu lebih buruk kedudukanmu {sifat-sifatmu} dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu terangkan itu".78.~ Mrk berkata: "Wahai Al-Aziz! Sesungguhnya ia
mempunyai ayah yang sudah lanjut usianya, lantaran itu ambil salah seorang drp
kami sebagai gantinya. Sesungguhnya kami melihat kamu termasuk orang-orang yang
berbuat baik".79.~ Berkata Yusuf: "Aku mohon perlindungan Allah drp
menahan seorang kecuali orang yang kami ketemukan harta benda kami padanya,
jika kami berbuat demikian, maka benar-benarlah kami, orang-orang yang
zalim".80.~ Maka tatkala mrk berputus asa drp {keputusan} Yusuf, mrk
menyendiri sambil berunding dengan berbisik-bisik. Berkatalah yang tertua di
antara mrk: "Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya ayahmu telah
mengambil janji drp kami dengan nama Allah dan sebelum itu kamu telah
mensia-siakan Yusuf. Sebab itu aku tidak akan meninggalkan negeri Mesir, sampai
ayahku mengizinkan kepadaku. Dan Dia adalah hakim sebaik-baiknya".81.~
" Kembalilah kepada ayahmu dan berkatalah: " Wahai ayah kami!
Sesungguhnya anak kamu telah mencuri dan kami hanya menyatakan apa yang kami
ketahui dan sesekali tidak dapat menjaga {mengetahui} barang yang ghaib.82~ Dan
tanyalah penduduk negeri yang kami berada di situ dan kafilah yang kami datang
bersamanya dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang benar".83.~
Ya'qub berkata: "Hanya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan
{yang buruk itu}. Maka kesabaran yang baik itulah {kesabaranku}. Mudah-mudahan
Allah mendatangkan mrk semua kepadaku sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana'.84.~ Dan Ya'qub berpaling dari mrk {anak-anaknya} seraya
berkata: "Aduhai dukacitaku terhadap Yusuf. Dan kedua matanya menjadi
putih karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya {terhadap
anak-anaknya}.85.~ Mrk berkata: "Demi Allah, senantiasa kamu mengingati
Yusuf, sehingga kamu mengidap penyakit yang berat atau termasuk orang-orang
yang binasa".86.~ Ya'qub menjawab: "Sesungguhnya hanyalah kepada
Allah aku mengadu kesusahan dan kesedihan hatiku, dan aku mengetahui dari Allah
apa yang kamu tidak mengetahuinya".
Pertemuan kembali keluarga Ya'ub
Sejak kembalinya kafilah
putera-puteranya dari Mesir tanpa Benyamin dan Yahudza, maka duka nestapa dan
kesedihan Ya'qub makin mendalam dan menyayat hati. Ia tidak merasakan tidur
bermalam-malam, mengenangkan ketiga puteranya yang tidak berketentuan tenpat dan
nasibnya. Ia hanya terasa terhibur bial ia sedang menghadap kepada Allah,
bersolat, bersujud seraya memohon kepada Allah agar mengurniainya kesabaran dan
keteguhan iman menghadapi ujian dan percubaan yang sedang ia alami.
Ia kadangkala berkhalwat seorang diri melepaskan air matanya bercucuran
sebebas-bebasnya untuk melegakan dadanya yang sesak.
Fizikal Nabi Ya'qub makin hari makin menjadi lemah, tubuhnya makin kurus hungga
tunggal kulit melekat pada tulang, ditambah pula dengan kebutaan matanya yang
menjadi putih. Hal mana menjadikan putera-puteranya khuatir terhadap
kelangsungan hidupnya. Mrk menegurnya dengan mengatakan: "Wahai ayah! Ayah
adalah seorang Nabi dan pesuruh Allah yang drp-Nya wahyu diturunkan dan drpnya
kami mendpt tuntutan dan ajaran beriman. Sampai bilakah ayah bersedih hati dan
mencucurkan air mata mengenangkan Yusuf dan Benyamin. Tidak cukupkah sudah
bahwa banda ayah hanya tinggal kulit di atas tulang dan mata ayah menjadi buta?
Kami sgt khuatir bahwa ayah akan menjadi binasa bila tidak menyedarkan diri dan
berhenti mengenangkan Yusuf dan Benyamin".
Ya'qub menjawab teguran putera-puteranya itu mengatakan: "Kata-kata
teguranmu bahkan menambahkan kesedihan hatiku dan bahkan membangkitkan kembali
kenangan-kenanganku pada masa yang lalu, di mana semua anak-anak ku berkumpul
di depan mataku. Aku berkeyakinan bahwa Yusuf masih hidup dan suara hatiku
membisikkan kepadaku bahwa ia masih berkeliaran di atas bumi Allah ini, namun
di mana ia berada dan nasib apa yang ia alami, hanya Allahlah yang mengetahuinya.
Bila kamu benar-benar sayang kepadaku dan ingin melegakan hatiku serta
menghilangkan rasa sedih dan dukacitaku, pergilah kamu merantau mencari jejak
Yusuf dan berusahalah sampai menemuinya dan setidak-tidaknya mendapat
keterangan di mana ia berada sekarang dan jangan sesekali berputus asa karena
hanya orang-orang kafirlah yang berputus asa dari rahmat Allah".
Seruan Ya'qub dipertimbangkan oleh putera-puteranya dan diterimanyalah
saranannya, setidak-tidaknya ia sekadar membesarkan hati si ayah dan meredakan
rasa penderitaannya yang berlarut-larutan. Dan sekali pun mrk merasa tidak
mungkin mendapat Yusuf dalam keadaan hidup, namun bila mrk berhasil memujuk
penguasa Mesir mengembalikan Benyamin, maka hal itu sudah cukup merupakan
penghibur bagi ayah mrk serta ubat yang dpt meringankan rasa sakit hatinya.
Racangan perjalanan dirundingkan dan terpilihlah Mesir sebagai tujuan pertama
dari perjalanan mrk mencari jejak Yusuf sesuai dengan seruan Ya'qub dengan
maksud sampingan ialah membeli gandum untuk mengisi persediaan yang sudah
berkurang.
Tibalah kafilah putera-putera Ya'qub di Mesir untuk ketiga kalinya dan dalam
pertemuan mrk dengan Yusuf, wakil raja Mesir yang berkuasa, berkatalah
jurucakap mrk: "Wahai Paduka Tuan! Keadaan hidup yang sukar dan melarat di
negeri kami yang disebabkan oleh krisis bhn makanan yang belum teratasi memaksa
kami dtg kembali untuk ketiga kalinya mengharapkan bantuan dan murah hati
paduka tuan, kedatangan kami kali ini juga untuk mengulang permohonan kami
kepada paduka tuan dptlah kiranya adik bongsu kami Benyamin dilepaskan untuk
kami bawa kembali kepada ayahnya yang sudah buta kurus kering dan sakit0sakit
sejak Yusuf, abang Benyamin hilang. Kami sgt mengharapkan kebijaksanaan paduka
tuan agar melepaskan permohonan kami ini, kalau-kalau dengan kembalinya
Benyamin kepada pangkuan ayahnya dpt meringankan penderitaan batinnya serta
memulihkan kembali kesihatan badannya yang hanya tinggal kulit melekat pada
tulangnya."
Kata-kata yang diucapkan oleh abg-abgnya menimbulkan rasa haru pd diri Yusuf
dan tepat mengenai sasaran di lubuk hatinya, menjadikan ia merasakan bahwa
masanya telah tiba untuk mengenalkan dirinya kepada saudara-saudaranya dan
dengan demikian akan dapat mengakhiri penderitaan ayahnya yang malang itu.
Berucaplah Yusuf kepada saudara-saudaranya secara mengejek: "Masih
ingatkah kamu apa yang telah kamu lakukan terhadap adikmu Yusuf, tatkala kamu
memperturutkan hawa nafsu melemparkannya ke dalam perigi di suatu tempat yang
terpencil? Dan masih teringatkah olehmu tatkala seorang drpmu memegang Yusuf
dengan tangannya yang kuat, menanggalkan pakaiannya daritubuhnya lalu dalam
keadaan telanjang bulat ditinggalkannyalah ia seorang diri di dalam perigi yang
gelap dan kering itu, lalu tanpa menghiraukan ratap tangisnya, kamu kembali
pulang ke rumah dengan rasa puas seakan-akan kamu telah membuang sebuah benda
atau seekor binatang yang tidak patut dikasihani dan dihiraukan nasibnya?"
Mendengar kata-kata yang diucapkan oleh wakil raja Mesir itu, tercenganglah
para saudara Yusuf, bertanya-tanya kepada diri sendiri masing-masing, seraya
mamandang antara satu dengan yang lain, bagaimana peristiwa itu sampai
diketahuinya secara terperinci, padahal tidak seorang pun drp mereka pernah
membocorkan berita peristiwa itu kepada orang lain, juga kepada Benyamin pun
yang sedang berada di dalam istana raja. Kemudian masing-masing dari mereka
menyorotkan matanya, mulutmya dan seluruh tubuhnya dari kepala sampailah ke
kaki. Dicarinya ciri-ciri khas yang mrk ketahui berada pada tubuh Yusuf semasa
kecilnya. Lalu berbisik-bisiklah mrk dan sejurus kemudian keluarlah dari mulut
mereka secara serentak suara teriakan : "Engkaulah Yusuf".
"Benar",Yusuf menjawab, "Akulah Yusuf dan ini adalah adikku
setunggal ayah dan ibu, Benyamin. Allah dengan rahmat-Nya telah mengakhiri
segala penderitaanku dan segala ujian berat yang telah aku alami dan dengan
rahmat-Nya pula kami telah dikurniai nikmat rezeki yang melimpah ruah dan
penghidupan yang sejahtera. Demikianlah barangsiapa yang bersabar, bertaqwa
serta bertawakkal tidaklah akan luput dari pahala dan ganjarannya."
Setelah mendengar pengakuan Yusuf, berubahlah wajah mereka menjadi pucat.
Terbayang di depan mata mrk apa yang mrk perbuat terhadap diri adik mrk Yusuf
yang berada di depan mereka sebagai wakil raja Mesir yang berkuaa penuh. Mereka
gelisah tidak dpt membayangkan pembalasan apa yang akan mrk terima dari Yusuf
atas dosa mereka itu.
Berkatalah saudara-saudara Yusuf dengan nada yang rendah: "Sesungguhnya
kami telah berdosa terhadap dirimu dan bertindak kejam ketika kami melemparkan
kamu ke dasar telaga. Kami lakukan perbuatan kejam itu, terdorong oleh hawa
nafsu dan bisikan syaitan yang terkutuk. Kami sgt sesalkan peristiwa yang
terjadi itu yang berakibat penderitaan bagimu dan bagi ayah kami.Akan tetapi
kini nampak kepada kami kelebihanmu di atas diri kami dan bagaiman Allah telah
mengurniakan nikmat-Nya kepadamu sebagai ganti penderitaan yang disebabkan oleh
perbuatan kami yang durhaka terhadap dirimu. Maka terserah kepadamu untuk
tindakan pembalasan apakah yang akan engkau timpakan di atas diri kami yang
telah berdosa dan mendurhakaimu".
Berucaplah Yusuf menenteramkan hati saudara-saudaranya yang sedang ketakutan:
"Tidak ada manfaatnya menyesalkan apa yang telah terjadi dan menggugat
kejadian-kejadian yang telah lalu. Cukuplah sudah bila itu semua menjadi
pengajaran bahwa mengikuti hawa nafsu dan suara syaitan selalu akan membawa
penderitaan dan mengakibatkan kebinasaan di dunia dan di akhirat. Mudah-mudahan
Allah mengampuni segala dosamu, karena Dialah Yang Maha Penyayang serta Maha
Pengampun. Pergilah kamu sekarang juga kembali kepada ayah dengan membawa baju
kemejaku ini. Usapkanlak ia pada kedua belah matanya yang insya-Allh akan
menjadi terang kembali, kemudian bawalah ia bersama semua keluarga ke sini
secepat mungkin."
Maka bertolaklah kafilah putera-putera Ya'qub dengan diliputi rasa haru
bercampur gembira, kembali menuju ke Palestin membawa berita gembira bagi ayah
mereka yang sedang menanti hasil usaha pencarian Yusuf yang disarankannya. Dan
selagi kafilah sudah mendekati akhir perjalanannya dan hampir memasuki Palestin
ayah mereka Nabi Ya'qub memperoleh firasat bahwa pertemuan dengan Yusuf, putera
kesayangannya sudah berada di ambang pintu. Firasat itu diperolehnya sewaktu ia
berkhalwat seorang diri di mihrab tempat ibadahnya bermunajat kepada Allah,
berzikir dan bersujud seraya melepaskan air matanya bercucuran dan suara
tangisnya menggema di seluruh sudut rumah, sekonyong-konyong suara tangisnya
berbalik menjadi gelak ketawa, air matanya berhenti bercucuran dan keluarlah ia
dari mihrabnya berteriak: "Aku telah mencium bau tubuh Yusuf dan aku yakin
bahwa aku akan menemuinya dalam waktu dekat. Ini bukan khayalan dan bukannya
pula bawaan kelemahan ingatan yang selalu kamu tuduhkan kepadaku."
Sejurus kemudian berhentilah kafilah di depan pintu rumah turunlah
putera-putera Ya'qub dari atas unta masing-masing, beramai-ramai masuk ke dalam
rumah dan berpeluknyalah ayah sambil mengusapkan baju kemeja Yusuf pada kedua
belah matanya. Seketika itu pula terbuka lebarlah kedua belah mata Ya'qub,
bersinar kembali memandang wajah putera-puteranya dan mendengar kisah
perjalanan putera-puteranya dan bagaimana mrk telah menemukan Yusuf bersama
adiknya Benyamin. Disampaikan pula kepada ayah seruan dan undangan Yusuf agar
semua sekeluarga berhijrah ke Mesir dan bergabung menjadi satu di dalam
istananya. Dan segera berkemas-kemaslah Ya'qub sekeluarga menyiapkan diri untuk
berhijrah ke Mesir.
Dirangkulnyalah si ayah oleh Yusuf seraya mencucurkan air mata setiba Ya'qub di
halaman istana bersama seluruh keluarga. Demikian pula ayah tidak ketinggalan
mencucurkan air mata, namun kali ini adalah air mata suka dan gembira. Semuanya
pada merebahkan diri bersujud sebagai tanda syukur kepada Allah serta
penghormatan bagi Yusuf, kemudian dinaikkannyalah ayah dan ibu tirinya yang
juga saudara ibunya ke atas sigahsana seraya berkata: "Wahai ayahku!
Inilah dia takbir mimpiku yang dahulu itu, menjadi kenyataan. Dan tidak
kurang-kurang rahmat dan kurniaan Allah kepadaku yang telah mengangkatku dari
dalam perigi, mengeluarkan aku dari penjara dan mempertemukan kami semua
setelah syaitan telah merusakkan perhubungan persaudaraan antaraku dan
saudara-saudaraku. Sesungguhnya Allah Maha Lembut terhadap apa yang Dia
kehendaki dan sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana".Kemudian Yusuf mengangkat kedua tangannya berdoa: "Ya
Tuhanku! Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan
mengajarkan kepadaku pengentahuan serta kepandaian mentakbir mimpi. Ya Tuhanku Pencipta
langit dan bumi! Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku
dalam keadaan Islam, beriman dan bertakwa dan gabungkanlah aku dengan
orang-orang yang soleh."
Bacalah ayat 87 sehingga 101 dari surah "Yusuf", tentang isi cerita
di atas sebagai berikut :~
"87.~ Berkatalah Ya'qub: " Hai anak-anakku, pergilah kamu maka
carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kamu
kafir."88.~ Maka ketika mereka masuk ke {Tempat} Yusuf, mereka berkata :
"Hai Al-Aziz, kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan dan kami
datang membawa barang-barang yang tidak berharga, maka sempurnakanlah sukatan
untuk kami dan bersedekahlah kepada kami, sesungguhnya Allah memberi balasan
kepada orang-orang yang bersedekah."89.~ Yusuf berkata: "Apakah kamu
mengetahui {keburukan} apa yang kamu lakukan terhadap Yusuf dan saudaranya
ketika kamu tidak mengetahui {akibat} perbuatanmu itu?"90.~ Mereka
berkata: "Apakah kamu ini benar-benar Yusuf?" Yusuf menjawab:
"Akulah Yusuf dan ini saudaraku. Sesungguhnya Allah telah melimpahkan
kurnia-Nya kepada kami". Sesungguhnya barangsiapa yang bertakwa dan
bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak mensia-siakan pahala orang-orang yang
berbuat baik".91.~ Mereka berkata: "Demi Allah, sesungguhnya Allah
telah melebihkankamu atas kami dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang
bersalah {berdosa}".92.~ Dia {Yusuf} berkata: "Pada hari ini tidak
ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni {kamu} dan Dia adalah
Maha Penyayang di antara para penyayang".93.~ Pergilah kamu dengan membawa
baju kemejaku ini, lalu lekatkanlah ia ke wajah ayahku, nanti ia akan melihat
kembali, dan bawalah keluargamu semuanya kepadaku".94.~ Tatkala kafilah
itu telah keluar {dari negeri Mesir} berkata ayah mereka: " Sesungguhnya
aku mencium bau Yusuf sekiranya kamu tidak menuduhku lemah akal {tentu kamu
membenarkan aku}".95.~ Keluarganya berkata: "Demi Allah kamu
sesungguhnya masih dalam kekeliruanmu yang dahulu".96.~ Tatkala telah tiba
pembawa berita gembira itu, maka diletakkannya baju itu ke wajah Ya'qub, lalu
kembalilah dia dapat melihat. Berkata Ya'qub: "Tidakkah aku katakan
kepadamu, bahwa aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tidak mengetahuinya".97.~
Mereka berkata: "Wahai ayah kami! Mohonkanlah ampun bagi kami terhadap
dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah
{berdosa}".98.~ Ya'qub berkata: "Kelak aku akan memohonkan ampun
bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang".99.~ Maka tatkala mereka masuk ke {tempat } Yusuf, Yusuf
merangkul ibu bapanya dan dia berkata: "Masuklah kamu di negeri Mesir,
insya-Allah dalam keadaan aman".100.~ Dan ia menaikkan kedua ibu bapanya
ke atas singahsana. Dan mereka {semuanya} merebahkan diri seraya sujud kepada
Yusuf. Dan berkata Yusuf: "Wahai ayahku! Inilah takbir mimpiku yang dahulu
itu, sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. Dan sesungguhnya
Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari penjara
dan ketika membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah syaitan merusakkan
{hubungan} antaraku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut
terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana".101.~ Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah
menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku
sebahagian takbir mimpi {ya Tuhanku} Pencipta langit dan bumi. Engkaulah
Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan
gabungkanlah aku dengan orang-orang yang soleh." { Yusuf : 87 ~ 101 }
Pelajaran yang didapat dari kisah
Nabi Yusuf A.S.
Banyak ajaran dan ibrah yang dapat
dipetik dari Kisah Nabi Yusuf yang penuh dengan pengalaman hidup yang
kontriversi itu. Di antaranya ialah :~
Bahwasanya penderitaan seseorang yang nampaknya merupakan suatu musibah dan
bencana, pd hakikatnya dalam banyak hal bahkan merupakan rahmat dan barakah
yang masih terselubung bagi penderitaannya.Karena selalunya bahwa penderitaan
yang di anggapkan itu suatu musibah adalah menjadi permulaan dari kebahagiaan
dan menjadi kesejahteraan yang tidak diduga semula. Demikianlah apa yang telah
dialami oleh Nabi Yusuf dengan pelemparan dirinya ke dalam sebuah perigi oleh
saudara-saudaranya sendiri, disusuli dengan pemenjaraannya oleh para penguasa
Mesir. Semuanya itu merupakan jalan yang harus ditempuh oleh beliau untuk
mencapai puncak kebesaran dan kemuliaan sebagai nabi serta tngkat hidup yang
mewah dan sejahtera sebagai seorang penguasa dalam sebuah kearajaan yang besar
yang dengan kekuasaannya sebagai wakil raja, dapat menghimpunkan kembali
seluruh anggota keluarganya setelah sekian lama berpisah dan bercerai-berai.
Maka seseorang mukmin yang percaya kepada takdir, tidak sepatutnya merasa
kecewa dan berkecil hati bila tertimpa sesuatu musibah dalam harta kekayaannya,
kesihatan jasmaninya atau keadaan keluarganya. Ia harus menerima percubaan
Allah itu dengan penuh kesabaran dan tawakkal seraya memohon kepada Yang Maha
Kuasa agar melindunginya dan mengampuni segala dosanya, kalau-kalau musibah
yang ditimpakan kepadanya itu merupakan peringatan dari Allah kepadanya untuk
bertaubat.
Dan sebaliknya bila seseorang mukmin memperoleh nikmat dan kurinia Allah berupa
perluasan rezeki, kesempurnaan kesihatan dan kesejahteraan keluarga, ia tidak
sepatutnya memperlihatkan sukacita dan kegembiraan yang berlebih-lebihan. Ia
bahkan harus bersyukur kepada Allah dengan melipat gandakan amal solehnya
sambil menyedarkan diri bahwa apa yang diperolehnya itu kadang-kadang boleh
tercabut kembali bila Allah menghendakinya. Lihatlah sebagaimana teladan Nabi
Yusuf yang telah kehilangan iman dan tawakkalnya kepada Allah sewaktu berada
seorang diri di dalam perigi mahupun sewaktu merengkok di dalam penjara,
demikian pula sewaktu dia berada dalam suasana kebesarannya sebagai Penguasa
Kerajaan Mesir, ia tidak disilaukan oleh kenikmatan duniawinya dan kekuasaan
besar yang berada di tangannya. Dalam kedua keadaan itu ia tidak melupakan harapan,
syukru dan pujaan kepada Allah dan sedar bahwa dirinya sebagai makhluk yang
lemah tidak berkuasa mempertahankan segala kenikmatan yang diperolehnya atau
menghindarkan diri dari musibah dan penderitaan yang Allah limpahkan kepadanya.
Ia mengembalikan semuanya itu kepada takdir dan kehendak Allah Yang Maha Kuasa.
Nabi Yusuf telah memberi contoh dan teladan bagi kemurnian jiwanya dan
keteguhan hatinya tatkala menghadapi godaan Zulaikha, isteri ketua Polis Mesir,
majikannya. Ia diajak berbuat maksiat oleh Zulaikha seorang isteri yang masih
muda belia, cantik dan berpengaruh, sedang ia sendiri berada dalam puncak
kemudaannya, di mana biasanya nafsu berahi seseorang masih berada di tingkat
puncaknya. Akan tetapi ia dapat menguasai dirinya dan dapat mengawal nafsu
kemudaannya, menolak ajak isteri yang menjadi majikannya itu, karena ia takut
kepada Allah dan tidak mahu mengkhianati majikannya yang telah berbuat budi
kepadanya dirinya dan memperlakukannya seolah-olah anggota keluarganya sendiri.
Sebagai akibat penolakannnya itu ia rela dipenjarakan demi mempertahankan
keluhuran budinya, keteguhan imannya dan kemurnian jiwanya.
Nabi Yusuf memberi contoh tentang sifat seorang kesatria yang enggan
dikeluarkan dari penjara sebelum persoalannya dengan Zulaikha dijernihkan. Ia
tidak mahu dikeluarkan dari penjara kerana memperoleh pengampunan dari Raja,
tetapi ia ingin dikeluarkan sebagai orang yang bersih, suci dan tidak berdosa.
Karenanya ia sebelum menerima undangan raja kepadanya untuk datang ke istana,
ia menuntut agar diselidik lebih dahulu tuduhan-tuduhan palsu dan
fitnahan-fitnahan yang dilekatkan orang kepada dirinya dan dijadikannya alasan
untuk memenjarakannya. Terpaksalah raja Mesir yang memerlukan Yusuf sebagai
penasihatnya, memerintahkan pengusutan kembali peristiwa Yusuf dengan Zulaikha
yang akhirnya dengan terungkapnya kejadian yang sebenar, di mana mereka
bersalah dan memfitnah mengakui bahawa Yusuf adalah seorang yang bersih suci
dan tidak berdosa dan bahwa apa yang dituduhkan kepadanya itu adalah palsu belaka.
Suatu sifat utama pembawaan jiwa besar Nabi Yusuf menonjol tatkala ia menerima
saudara-saudaranya yang datang ke Mesir untuk memperolehi hak pembelian gandum
dari gudang pemerintah karajaan Mesir. Nabi Yusuf pada masa itu, kalau ia mahu
ia dapat melakukan pembalasan terhadap saudara-saudaranya yang telah
melemparkannya ke dalam sebuah perigi dan memisahkannya dari ayahnya yang
sangat dicintai. Namun sebaliknya ia bahkan menerima mereka dengan ramah-tamah
dan melayani keperluan mereka dengan penuh kasih sayang, seolah-olah tidak
pernah terjadi apa yang telah dialami akibat tindakan saudara-saudaranya yang
kejam dan tidak berperikemanusiaan. Demikianlah Nabi Yusuf dengan jiwa besarnya
telah melupakan semua penderitaan pahit yang telah dialaminya akibat tindakan
saudara-saudaranya itu dengan memberi pengampunan kepada mereka, padahal ia
berada dalam keadaan yang memungkinkannya melakukan pembalasan yang setimpal.
Dan pengampunan yang demikian itulah yang akan berkesan kepada orang yang
diampuni dan yang telah dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam beberapa ayat
Al-Quran dan beberapa hadis nabawi.
NABI SYU'AIB AS
Kaum
Madyam, kaumnya Nabi Syu'ib, adalah segolongan bangsa Arab yang tinggal di
sebuah daerah bernama "Ma'an" di pinggir negeri Syam. Mereka terdiri
dari orang-orang kafir tidak mengenal Tuhan Yang Maha Esa. Mereka mentembah
kepada "Aikah" iaitu sebidang padang pasir yang ditumbuhi beberapa
pohon dan tanam-tanaman. Cara hidup dan istiadat mereka sudah sgt jauh dari
ajaran agama dan pengajaran nabi-nabi sebelum Nabi Syu'aib a.s.
Kemungkaran, kemaksiatan dan tipu menipu dalam pengaulan merupakan perbuatan
dan perilaku yang lumrah dan rutin. Kecurangan dan perkhianatan dalam hubungan
dagang seperti pemalsuan barang, kecurian dalam takaran dan timbangan menjadi
ciri yang sudah sebati dengan diri mereka. Para pedagang dan petani kecil
selalu menjadi korban permainan para pedagang-pedagang besar dan para pemilik
modal, sehingga dengan demikian yang kaya makin bertambah kekayaannya,
sedangkan yang lemah semakin merosot modalnya dan semakin melarat hidupnya.
Sesuai dengan sunnah Allah sejak Adam diturunkan ke bumi bahwa dari waktu ke
waktu bila manusia sudah lupakan kepada-Nya dan sudah jauh menyimpang dair
ajaran-ajaran nabi-nabi-Nya, dan bila Iblis serta syaitan sudah menguasai
sesuatu masyarakat dengan ajaran dan tuntutannya yang menyesatkan maka Allah
mengutuskan seorang rasul dan nabi untuk memberi penerangan serta tuntutan
kepada mereka agar kembali ke jalan yang lurus dan benar, jalan iman dan tauhid
yang bersih dari segala rupa syirik dan persembahan yang bathil.
Kepada kaum Madyan diutuslah oleh Allah seorang Rasul iaitu Nabi Syu'aib,
seorang drpd mrk sendiri, sedarah dan sedaging dengan mereka. Ia mengajak
mereka meninggalkan persembahan kepada Aikah, sebuah benda mati yang tidak
bermanfaat atau bermudharat dan sebagai gantinya melakukan persembahan dan
sujud kepada Allah Yang Maha Esa, Pencipta langit dan bumi termasuk sebidang
tanah yang mereka puja sebagai tuhan mereka.
Nabi Syu'aib kepada mereka agar meninggalkan perbuatan-perbuatan dan
kelakukan-kelakuan yang dilarang oleh Allah serta membawa kerugian bagi sesama
manusia serta mengakibat kerusakan dan kebinasaan masyarakat. Mereka diajak
agar berlaku adil dan jujur terhadap diri sendiri dan terutama terhadap orang
lain, meninggalkan perkhianat dan kezaliman serta perbuatan curang dalam
hubungan dagang, perampasan hak milik seseorang dan penindasan terhadap
orang-orang yang lemah dan miskin.
Diingatkan oleh Nabi Syu'aib akan nikmat Allah dan kurniaan-Nya yang telah
memberi mereka tanah subu serta sarana-sarana kemakmuran yang berlimpah-limpah
dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan anak cucu yang pesat. Semuanya itu
menurut seruan Nabi Syu'aib, patut diimbangi dengan rasa bersyukur dan bersembah
kepada Allah Maha Pencipta yang akan melipat gandakan nikmat dan kurnia-Nya
kepada orang-orang yang beriman dan bersyukur.
Diingatkan pula Nabi Syu'aib bahwa mrk tidak mahu sedar dan kembali kepada
jalan yang benar mengikuti ajaran dan perintah Allah yang dibawanya, nescaya
Allah akan mencabut nikmat dan kurnia-Nya kepada mereka, bahkan akan menurunkan
azabnya atas mereka di dunia selain seksa dari azab yang menanti mereka kelak
di akhirat bila di bangkitkan kembali dari kubur.
Kepada mereka Nabi Syu'aib dikisahkan seksa dan azab yang diturunkan oleh Allah
terhadap kaum Nuh, kaum Hud, kaum Saleh dan paling dekat kaum Luth yang kesemua
telah menderita dan menjadi binasa akibat kekafiran, keangkuhan dan keengganan
mereka mengikuti ajaran serta tuntutan nabi-nabi yang diutus Allah kepada
Mereka. Diingatkan oleh Nabi Syu'aib agar mereka beriktibar dan ingat bahwa
mereka akan mengalami nasib yang telah dialami oleh kaum-kaum itu jika mereka
tetap melakukan persembahan yang bathil serta tetap melakukan perbuatan-perbuatan
yang buruk dan jahat.
Dakwah dan ajakan Nabi Syu'aib disambut oleh mereka terutama penguasa, pembesar
serta orang-orang kaya dengan ejekan dan olok-olok. Mereka berkata:
"Adakah kerana solatmu, engaku memerintahkan kami menyembah selain apa
yang telah kami sembah sepanjang hayat kami. Persembahan mana pula telah
dilakukan oleh nenek moyang kami dan diwariskan kepada kami. Dan apakah juga
karena solatmu engkau menganjurkan kami meninggalkan cara-cara hidup
sehari-hari yang nyata telah membawa kemakmuran dan kebahagian bagi kami bahkan
sudah menjadi adat istiadat kami turun temurun. Sungguh kami tidak mengerti apa
apa tujuanmu dan apa maksudmu dengan ajaran-ajaran baru yang engkau bawa kepada
kami. Sungguh kami menyaksikan kesempurnaan akalmu dan keberesan otakmu!"
Ejekan dan olok-olok mrk didengar dan diterima oleh Syu'aib dengan kesabran dan
kelapangan dada. Ia sesekali tidak menyambut kata-kata kasar mereka dengan
marah atau membalasnya dengan kata-kata yang kasar pula. Ia bahkan makin
bersikap lemah lembut dalam dakwahnya dengan menggugah hati nurani dan akal
mereka supaya memikirkan dan merenungkan apa yang dikatakan dan dinasihatkan
kepada mereka. Dan sesekali ia menonjolkan hubungan darah dan kekeluargaannya
dengan mereka, sebagai jaminan bahwa ia menghendaki perbaikan bagi hidup mereka
di dunia dan akhirat dan bukan sebaliknya. Ia tidak mengharapkan sesuatu balas
jasa atas usaha dakwahnya. Ia tidak pula memerlukan kedudukan atau menginginkan
kehormatan bagi dirinya dari kaumnya. Ia akan cukup merasa puas jika kaumnya
kembali kepada jalan Allah, masyarakatnya akan menjadi masyarakat yang bersih
dari segala kemaksiatan dan adt-istiadat yang buruk. Ia akan menerima upahnya
dari Allah yang telah mengutuskannya sebagai rasul yang dibebani amanat untuk
menyampaikan risalah-Nya kepada kaumnya sendiri.
Kaum Syu'aib akhirnya merasa jengkel dan jemu melihat Nabi Syu'aib tidak
henti-hentinya berdakwah bertabligh pada setiap kesempatan dan di mana saja ia
menemui orang berkumpul. Penghinaan dan ancaman dilontar kepada Nabi Syu'aib
dan para pengikutnya akan diusir dan akan dikeluarkan dari Madyan jika mereka
mahu menghentikan dakwahnya atau tidak mahu mengikuti agama adn cara-cara hidup
mereka.
Berkata mereka kepada Nabi Syu'aib dengan nada mengejek: "Kami tidak
mengerti apa yang kamu katakan. Nasihat-nasihatmu tidak mempunyai tempat di
dalam hati dan kalbu kami. Engkau adalah seorang yang lemah fizikalnya, rendah
kedudukan dalam pengaulan maka tidak mungkin engkau dapat mempengaruhi atau
memimpin kami yang berfizikal lebih kuat dan berkedudukan yang lebih tinggi
drpmu. Cuba tidak kerana kerabatmu yang kami segani dan hormati, nescaya engkau
telah kami rejam dan sisihkan dari pengaulan kami."
Nabi Syu'aib menjawab: "aku tidak akan hentikan dakwahku kepada risalah
Allah yang telah diamanahkan kepadaku dan jgnlah kamu mengharapkan bahwa aku
mahupun para pengikutku akan kembali mengikuti agamamu dan adt-istiadatmu
setelah Allah memberi hidayahnya kepada kami. Pelindunganku adalah Allah Yang
Maha Berkuasa dan bukan sanad kerabatku, Dialah yang memberi tugas kepadaku dan
Dia pula akan melindungiku dari segala gangguan dan ancaman. Adakah sanak
saudaraku yang engkau lebih segani drp Allah yang Maha Berkuasa?"
Sejak berdakwah dan bertabligh menyampaikan risalah Allah kepada kaum Madyan,
Nabi Syu'aib berhasil menyedarkan hanya sebahagian kecil dari kaumnya, sedang
bahagian yang terbesar masih tertutup hatinya bagi cahaya iman dan tauhid yang
diajar oleh beliau. Mereka tetap berkeras kepala mempertahankan tradisi, adt-istiadat
dan agama yang mereka warisi dari nenek moyang mereka. Itulah alasan mereka
satu-satunya yang mereka kemukakan untuk menolak ajaran Nabi Syu'aib dan itulah
benteng mereka satu-satunya tempat mereka berlindung dari serangan Nabi Syu'aib
atas persembahan mereka yang bathil dan adat pengaulan mereka yang mungkar dan
sesat. Di samping itu jika mereka sudah merasa tidak berdaya menghadapi
keterangan-keterangan Nabi Syu'aib yang didukung dengan dahlil dan bukti yang
nyata kebenaran, mereka lalu melemparkan tuduhan-tuduhan kosong seolah-olah
Nabi adalah tukang sihir dan ahli sulap yang ulung. Mereka telah berani
menentang Nabi Syu'aib untuk membuktikan kebenaran risalahnya dengan
memdatangkan bencana dari Allah yang ia sembah dan menganjurkan orang menyembah-Nya
pula.
Mendengar tentangan kaumnya yang menandakan hati mereka telah tertutup
rapat-rapat bagi sinar agama dan wahyu yang ia bawa dan bahwa tiada harapan
lagi akan menarik mereka ke jalan yang lurus serta mengangkat mereka dari
lembah syirik dan kemaksiatan serta pergaulan buruk, maka bermohonlah Nabi
Syu'aib kepada Allah agak menurunkan azzab seksanya kepada kaum Madyan bahwa
wujud-Nya serta menentang kekuasaannya untuk menjadi ibrah dan peringatan bagi
generasi-generasi yang mendatang.
Allah Yang Maha berkuasa berkenan menerima permohonan dan doa Syu'aib, maka
diturunkanlah lebih dahulu di atas mereka hawa udara yang sangat panas yang
mengeringkan kerongkongan karena dahaga yang tidak dapat dihilangkan dengan air
dan membakar kulit yang tidak dapat diubati dengan berteduh di bawah atap rumah
atau pohon-pohon.
Di dalam keadaan mrk yang sedang bingung, panik berlari-lari ke sana ke mari,
mencari perlindungan dari terik panasnya matahari yang membakar kulit dan dari
rasa dahaga karena keringnya kerongkong tiba-tiba terlihat di atas kepala
mereka gumpalan awan hitam yang tebal, lalu berlarilah mereka ingin berteduh
dibawahnya. Namun setelah mereka berada di bawah awan hitam itu seraya
berdesak-desak dan berjejal-jejal, jatuhlah ke atas kepala mereka percikan api
dari jurusan awan hitam itu diiringi oleh suara petir dan gemuruh ledakan
dahsyat sementara bumi di bawah mereka bergoyang dengan kuatnya menjadikan
mereka berjatuhan, tertimbun satu di bawah yang lain dan melayanglah jiwa
mereka dengan serta-merta.
Nabi Syu'aib merasa sedih atas kejadian yang menimpa kaumnya dan berkata kepada
para pengikutnya yang telah beriman: "Aku telah sampaikan kepada mrk
risalah Allah, menasihati dan mengajak mereka agar meninggalkan
perbuatan-perbuatan mungkar serta persembahan bathil mereka dan aku telah
memperingatkan mereka akan datangnya seksaan Allah bila mereka tetap berkeras
hati, menutup telinga mereka terhadap suara kebenaran ajaran-ajaran Allah yang
aku bawa, namun mereka tidak menghiraukan nasihatku dan tidak mempercayai
peringatanku. Karenanya tidak patutlah aku bersedih hati atas terjadinya
bencana yang telah membinasakan kaumku yang kafir itu.'
NABI AYYUB AS
Berkata
salah seorang malaikat kepada kawan-kawannya yang lagi berkumpul
berbincang-bincang tentang tingkah-laku makhluk Allah, jenis manusia di atas
bumi : "Aku tidak melihat seorang manusia yang hidup di atas bumi Allah
yang lebih baik dari hamba Allah Ayyub". Ia adalah seorang mukmin sejati
ahli ibadah yang tekun. Dari rezeki yang luas dan harta kekayaan yang diberikan
oleh Allah kepadanya, ia mengenepikan sebahagian untuk menolong orang-orang
yang memerlukan para fakir miskin. Hari-harinya terisi penuh dengan ibadah,
sujud kepada Allah dan bersyukur atas segala nikmat dan kurnia yang diberikan
kepadanya."
Para kawanan malaikat yang mendengarkan kata-kata pujian dan sanjungan untuk
diri Ayyub mengakui kebenaran itu bahkan masing-masing menambahkan lagi dengan
menyebut beberapa sifat dan tabiat yang lain yang ada pada diri Ayyub.
Percakapan para malaikat yang memuji-muji Ayyub itu didengar oleh Iblis yang
sedang berada tidak jauh dari tempat mereka berkumpul. Iblis merasa panas hati
dan jengkel mendengar kata-kata pujian bagi seseorang dari keturunan Adam yang
ia telah bersumpah akan disesatkan ketika ia dikeluarkan dari syurga kerananya.
Ia tidak rela melihat seorang dari anak cucu anak Nabi Adam menjadi seorang
mukmin yang baik, ahli ibadah yang tekun dan melakukan amal soleh sesuai dengan
perintah dan petunjuk Allah.
Pergilah Iblis mendatangi Ayyub untuk menyatakan sendiri sampai sejauh mana
kebenaran kata-kata pujian para malaikat itu kepada diri Ayyub. Ternyata memang
benar Ayyub patut mendapat segala pujian itu. Ia mendatangi Ayyub
bergelimpangan dalam kenikmatan duniawi, tenggelam dalam kekayaan yang tidak
ternilai besarnya, mengepalai keluarga yang besar yang hidup rukun, damai dan
bakti. Ia mendapati Ayyub tidak tersilau matanya oleh kekayaan yang ia miliki
dan tidak tergoyahkan imannya oleh kenikmatan duniawinya. Siang dan malam ia
sentiasa menemui Ayyub berada di mihrabnya melakukan solat, sujud dan tasyakur
kepada Allah atas segala pemberian-Nya. Mulutnya tidak berhenti menyebut nama
Allah berzikir, bertasbih dan bertahmid. Ayyub ditemuinya sebagai seorang yang
penuh kasih sayang terhadap sesama makhluk Allah yang lemah, yang lapar
diberinya makan, yang telanjang diberinya pakaian, yang bodoh diajar dan
dipimpin dan yang salah ditegur.
Iblis gagal dalam usahanya memujuk Ayyub. Telinga Ayyub pekak terhadap segala
bisikannya dan fitnahannya dan hatinya yang sudah penuh dengan iman dan takwa
tidak ada tempat lagi bagi bibit-bibit kesesatan yang ditaburkan oleh Iblis.
Cinta dan taatnya kepada Allah merupakan benteng yang ampuh terhadap serangan
Iblis dengan peluru kebohongan dan pemutar-balikan kebenaran yang semuanya
mental tidak mendapatkan sasaran pada diri Ayyub.
Akan tetapi Iblis bukanlah Iblis jika ia berputus asa dan kegagalannya memujuk
Ayyub secara langsung. Ia pergi menghadapi kepada Allah untuk menghasut. Ia
berkata : " Wahai Tuhan, sesungguhnya Ayyub yang menyembah dan
memuji-muji-Mu, bertasbih dan bertahmid menyebut nama-Mu, ia tidak berbuat
demikian seikhlas dan setulus hatinya kerana cinta dan taat pada-Mu. Ia
melakukan itu semua dan berlaku sebagai hamba yang soleh tekun beribadah
kepada-Mu hanya kerana takut akan kehilangan semua kenikmatan duniawi yang
telah Engkau kurniakan kepadanya. Ia takut, jika ia tidak berbuat demikian ,
bahawa engkau akan mencabut daripadanya segala nikmat yang telah ia perolehnya
berupa puluhan ribu haiwan ternakan, beribu-ribu hektar tanah ladang,
berpuluh-puluh hamba sahaya dan pembantu serta keluarga dan putera-puteri yang
soleh dan bakti. Tidakkah semuanya itu patut disyukuri untuk tidak terlepas
dari pemilikannya dan habis terkena musibah? Di samping itu Ayyub masih
mengharapkan agar kekayaannya bertambah menjadi berlipat ganda. Untuk tujuan
dan maksud itulah Ayyub mendekatkan diri kepada-Mu dengan ibadah dan amal-amal
solehnya dan andai kata ia terkena musibah dan kehilangan semua yang ia miliki,
nescaya ia akan mengubah sikapnya dan akan melalaikan kewajibannya beribadah
kepada-Mu."
Allah berfirman kepada Iblis : " Sesungguhnya Ayyub adalah seorang
hamba-Ku yang sangat taat kepada-Ku, ia seorang mukmin sejati, apa yang ia
lakukan untuk mendekati dirinya kepada-Ku adalah semata-mata didorong oleh iman
yang teguh dan taat yang bulat kepada-Ku. Iman dan takwa yang telah meresap di
dalam lubuk hatinya serta menguasai seluruh jiwa raganya tidak akan tergoyah
oleh perubahan keadaan duniawinya. Cintanya kepada-Ku yang telah menjiwai amal
ibadah dan kebajikannya tidak akan menurun dan menjadi kurang, musibah apa pun
yang akan melanda dalam dirinya dan harta kekayaannya. Ia yakin
seyakin-yakinnya bahwa apa yang ia miliki adalah pemberian-Ku yang
sewaktu-waktu dapat Aku cabut daripadanya atau menjadikannya bertambah berlipat
ganda. Ia bersih dari semua tuduhan dan prasangkamu. Engkau memang tidak rela
melihathamba-hamba-Ku anak cucu Adan berada di atas jalan yang benar, lurus dan
tidak tersesat. Dan untuk menguji keteguhan hati Ayyub dan kebulatan imannya
kepada-Ku dan kepada takdir-Ku, Aku izinkan engkau untuk mencuba menggodanya
serta memalingkannya daripada-Ku. Kerahkanlah pembantu-pembantumu menggoda
Ayyub melalui harta kekayaannya dan keluarganya. Cuba binasakanlah harta
kekayaannya dan cerai-beraikanlah keluarganya yang rukun dan bahagia itu dan
lihatlah sampai di mana kebolehanmu menyesatkan dan merusakkan iman hamba-Ku
Ayyub itu."
Dikumpulkanlah oleh Iblis syaitan-syaitan, pembantunya, diberitahukan bahawa ia
telah mendapatkan izin dari Tuhan untuk mengganyang ayyub, merusak aqidah dan
imannya dan memalingkannya dari Tuhannya yang ia sembah dengan sepenuh hati dan
keyakinan. Jalannya ialah dengan memusnahkan harta kekayaannya sehingga ia
menjadi seorang yang papa dan miskin, mencerai-beraikan keluarganya sehingga ia
menjadi sebatang kara tidak berkeluarga, Iblis berseru kepada
pembantu-pembantunya itu agar melaksanakan tugas penyesatan Ayyub
sebaik-baiknya dengan segala daya dan siasat apa saja yang mereka dapat lakukan.
Dengan berbagai cara gangguan, akhirnya berhasillah kawanan syaitan itu
menghancurkan-luluhkan kekayaan Ayyub, yang dimulai dengan haiwan-haiwan
ternakannya yang bergelimpangan mati satu persatu sehingga habis sama sekali,
kemudian disusul ladang-ladang dan kebun-kebun tanamannya yang rusak menjadi
kering dan gedung-gedungnya yang terbakar habis dimakan api, sehingga dalam
waktu yang sangat singkat sekali Ayyub yang kaya-raya tiba-tiba menjadi seorang
papa miskin tidak memiliki selain hatinya yang penuh iman dan takwa serta
jiwanya yang besar.
Setelah berhasil menghabiskan kekayaan dan harta milik Ayyub datanglah Iblis
kepadanya menyerupai sebagai seorang tua yang tampak bijaksana dan
berpengalaman dan berkata: "Sesungguhnya musibah yang menimpa dirimu
sangat dahsyat sekali sehingga dalam waktu yang begitu sempit telah habis semua
kekayaanmu dan hilang semua harta kekayaan milikmu. Kawan-kawanmu merasa sedih
ssedang musuh-musuhmu bersenang hati dan gembira melihat penderitaan yang
engkau alami akibat musibah yang susul-menyusul melanda kekayaan dan harta
milikmu. Mereka bertanya-tanya, gerangan apakah yang menyebabkan Ayyub tertimpa
musibah yang hebat itu yang menjadikannya dalam sekelip mata kehilangan semua
harta miliknya. Sementara orang dari mereka berkata bahawa mungkin kerana Ayyub
tidak ikhlas dalam ibadah dan semua amal kebajikannya dan ada yang berkata
bahawa andaikan Allah, Tuhan Ayyub, benar-benar berkuasa, nescaya Dia dapat
menyelamatkan Ayyub dari malapetaka, mengingat bahawa ia telah menggunakan
seluruh waktunya beribadah dan berzikir, tidak pernah melanggar perintah-Nya .
Seorang lain menggunjing dengan mengatakan bahawa mungkin amal ibadah Ayyub
tidak diterima oleh Tuhan, kerana ia tidak melakukan itu dari hati yang bersih
dan sifat ria dan ingin dipuji dan banyak lagi cerita-cerita orang tentang
kejadian yang sangat menyedihkan itu. Akupun menaruh simpati kepadamu, hai
Ayyub dan turut bersedih hati dan berdukacita atas nasib yang buruk yang engkau
telah alami."
Iblis yang menyerupai sebagai orang tua itu - mengakhiri kata-kata hasutannya
seraya memperhatikan wajah Ayyub yang tetap tenang berseri-seri tidak
menampakkan tanda-tanda kesedihan atau sesalan yang ingin ditimbulkan oleh
Iblis dengan kata-kata racunnya itu. Ayyub berkata kepadanya : "Ketahuilah
bahawa apa yang aku telah miliki berupa harta benda, gedung-gedung, tanah
ladang dan haiwan ternakan serta lain-lainnya semuanya itu adalah barangan
titipan Allah yang diminta-Nya kembali setelah aku cukup menikmatinya dan
memanfaatkannya sepanjang masa atau ibarat barang pinjaman yang diminta kembali
oleh tuannya jika saatnya telah tiba. Maka segala syukur dan ouji bagi Allah
yang telah memberikan kurniaan-Nya kepadaku dan mencabutnya kembali pula dari
siapa yang Dia kehendaki dan mencabutnya pula dari siapa saja yang Dia suka.
Dia adalah yang Maha Kuasa mengangkat darjat seseorang atau menurunkannya
menurut kehendak-Nya. kami sebagai hamba-hamba makhluk-Nya yang lemah patut
berserah diri kepada-Nya dan menerima segala qadha' dan takdir-Nya yang kadang
kala kami belum dapat mengerti dan menangkap hikmah yang terkandung dalam
qadha' dan takdir-Nya itu."
Selesai mengucapkan kata-kata jawabnya kepada Iblis yang sedang duduk
tercenggang di depannya, menyungkurlah Ayyub bersujud kepada Allah memohon
ampun atas segala dosa dan keteguhan iman serta kesabaran atas segala cubaan
dan ujian-Nya.
Iblis segera meninggalkan rumah Ayyub dengan rasa kecewa bahawa racun
hasutannya tidak termakan oleh hati hamba Allah yang bernama Ayyub itu. Akan
tetapi Iblis tidak akan pernah berputus asa melaksanakan sumpah yang ia telah
nyatakan di hadapan Allah dan malaikat-Nya bahawa ia akan berusaha menyesatkan
Bani Adam di mana saja mereka berada. Ia merencanakan melanjutkan usaha
gangguan dan godaannya kepada Ayyub lewat penghancuran keluarganya yang sedang
hidup rukun, damai dan saling hidup cinta mencintai dan harga menghargai. Iblis
datang lagi menghadap kepada Tuhan dan meminta izin meneruskan usahanya mencuba
Ayyub. Berkata ia kepada Tuhan: "Wahai Tuhan, Ayyub tidak termakan oleh
hasutanku dan sedikit pun tidak goyah iman dan aqidahnya kepada-Mu meski pun ia
sudah kehilangan semua kekayaannya dan kembali hidup papa dan miskin kerana ia
masih mempunyai putera-putera yang cekap yang dapat ia andalkan untuk
mengembalikan semua yang hilang itu dan menjadi sandaran serta tumpuan hidupnya
di hari tuanya. Menurut perkiraanku, Ayyub tidak akan bertahan jika musibah
yang mengenai harta kekayaannya mengenai keluarganya pula, apa lagi bila ia
sangat sayang dan mencintai, maka izinkanlah aku mencuba kesabarannya dan
keteguhannya kali ini melalui godaan yang akan aku lakukan terhadap keluarganya
dan putera-puteranya yang ia sangat sayang dan cintai itu."
Allah meluluskan permintaan Iblis itu dan berfirman: "Aku mengizinkan
engkau mencuba sekali lagi menggoyahkan hati Ayyub yang penuh iman, tawakkal
dan kesabaran tiu dengan caramu yang lain, namun ketahuilah bahawa engkau tidak
akan berhasil mencapai tujuanmu melemahkan iman Ayyub dan menipiskan
kepercayaannya kepada-Ku."
Iblis lalu pergi bersama pembantu-pembantunya menuju tempat tinggal
putera-putera Ayyub di suatu gedung yang penuh dengan sarana-sarana kemewahan
dan kemegahan, lalu digoyangkanlah gedung itu hingga roboh berantakan menjatuhi
dan menimbuni seluruh penghuninya. Kemudian cepat-cepatlah pergi Iblis
mengunjungi Ayyub di rumahnya, menyerupai sebagai seorang dari kawan-kawan
Ayyub, yang datang menyampaikan takziah dan menyatakan turut berdukacita atas
musibah yang menimpa puteranya. Ia berkata kepada Ayyub dalam takziahnya:
"Hai Ayyub, sudahkah engkau melihat putera-puteramu yang mati tertimbun di
bawah runtuhan gedung yang roboh akibat gempa bumi? Kiranya, wahai Ayyub, Tuhan
tidak menerima ibadahmu selama ini dan tidak melindungimu sebagai imbalan bagi
amal solehmu dan sujud rukukmu siang dan malam."
Mendengar kata-kata Iblis itu, menangislah Ayyub tersedu-sedu seraya berucap:
"Allahlah yang memberi dan Dia pulalah yang mengambil kembali. Segala puji
bagi-Nya, Tuhan yang Maha Pemberi dan Maha Pencabut."
Iblis keluar meninggalkan Ayyub dalam keadaan bersujud munajat dengan rasa
jengkel dan marah kepada dirinya sendiri kerana telah gagal untuk kedua kalinya
memujuk dan menghasut Ayyub. Ia pergi menghadap Tuhan dan berkata: "Wahai
Tuhan, Ayyub sudah kehilangan semua harta benda dan seluruh kekayaannya dan
hari ini ia ditinggalkan oleh putera-puteranya yang mati terbunuh di bawah
runtuhan gedung yang telah kami hancurkan , namun ia masih tetap dalam keadaan
mentalnya yang kuat dan sihat. Ia hanya menangis tersedu-sedu namun batinnya,
jiwanya, iman dan kepercayaannya kepada-Mu tidak tergoyah sama sekali. Izinkan
aku mencubanya kali ini mengganggu kesihatan bandanya dan kekuatan fizikalnya,
kerana jika ia sudah jatuh sakit dan kekuatannya menjadi lumpuh, nescaya ia
akan mulai malas melakukan ibadah dan lama-kelamaan akan melalaikan
kewajibannya kepada-Mu dan menjadi lunturlah iman dan akidahnya."
Allah tetap menentang Iblis bahawa ia tidak akan berhasil dalam usahanya
menggoda Ayyub walau bagaimana pun besarnya musibah yang ditimpakan kepadanya
dan bagaimana pun beratnya cubaan yang dialaminya. Kerana Allah telah
menetapkan dia menjadi teladan kesabaran, keteguhan iman dan ketekunan
beribadah bagi hamba-hamba-Nya. Allah berfirman kepada Iblis: "Bolehlah
engkau mencuba lagi usahamu mengganggu kesihatan badan dan kekuatan fizikal
Ayyub. Aku akan lihat sejauh mana kepandaianmu mengganggu dan menghamba
pilihan-Ku ini."
Iblis lalu memerintahkan kepada anak buahnya agar menaburkan benih-benih baksil
penyakit ke dalam tubuh Ayyub. Baksil-baksil ysng ditaburkan itu segera
mengganyang kesihatan Ayyub yang menjadikan ia menderita berbagai-bagai
penyakit, deman panas, batuk dan lain-lain lagi sehingga menyebabkan badannya
makin lama makin kurus, tenaganya makin lemah dan wajahnya menjadi pucat tidak
berdarah dan kulitnya menjadi berbintik-bintik . Ianya akhir dijauhi oleh
orang-orang sekampungnya dan oleh kawan-kawan dekatnya, kerana penyakit Ayyub
dapat menular dengan cepatnya kepada orang-orang yang menyentuhnya atau
mendekatinya. Ia menjadi terasing daripada pergaulan orang di tempatnya dan
hanya isterinyalah yang tetap mendampinginya, merawatnya dengan penuh kesabaran
dan rasa kasih sayang, melayani segala keperluannya tanpa mengeluh atau
menunjukkan tanda kesal hati dari penyakit suaminya yang tidak kunjung sembuh
itu.
Iblis memperhatikan Ayyub dalam keadaan yang sudah amat parah itu tidak
meninggalkan adat kebiasaannya, ibadahnya, zikirnya, ia tidak mengeluh, tidak
bergaduh, ia hanya menyebut nama Allah memohon ampun dan lindungan-Nya bila ia
merasakan sakit. Iblis merasa kesal hati dan jengkel melihat ketabahan hati
Ayyub menanggung derita dan kesabarannya menerima berbagai musibah dan ujian.
Iblis kehabisan akal, tidak tahu apa usaha lagi yang harus diterapkan bagi
mencapai tujuannya merusakkan aqidah dan iman Ayyub. Ia lalu meminta bantuan
fikiran dari para kawan-kawan pembantunya, apa yang harus dilakukan lagi untuk
menyesatkan Ayyub setelah segala usahanya gagal tidak mencapai sasarannya.
Bertanya mereka kepadanya: "Di manakah kepandaianmu dan tipu dayamu yang
ampuh serta kelincinanmu menyebar benih was-was dan ragu ke dalam hati manusia
yang biasanya tidak pernah sia-sia?" Seorang pembantu lain berkata:
"Engkau telah berhasil mengeluarkan Adam dari syurga, bagaimanakah engkau
lakukan itu semuanya sampai berhasilnya tujuanmu itu?"
"Dengan memujuk isterinya", jawab Iblis. "Jika demikian"
berkata syaitan itu kembali, "Laksanakanlah siasat itu dan terapkanlah
terhadap Ayyub, hembuskanlah racunmu ke telinga isterinya yang tampak sudah
agak kesal merawatnya, namun masih tetap patuh dan setia."
"Benarlah dan tepat fikiranmu itu," kata Iblis, "Hanya tinggal
itulah satu-satu jalan yang belum aku cuba. Pasti kali ini dengan cara
menghasut isterinya aku akan berhasil melaksanakan akan maksudku selama
ini."
Dengan rencana barunya pergilah Iblis mendatangi isteri Ayyub, menyamar sebagai
seorang kawan lelaki yang rapat dengan suaminya. Ia berkata kepada isteri
Ayyub: "Apa khabar dan bagaimana keadaan suamimu di ketika ini?"
Seraya mengarahkan jari telunjuknya ke arah suaminya, berkata isteri Ayyub
kepada Iblis itu, tamunya: "Itulah dia terbaring menderita kesakitan,
namun mulutnya tidak henti-hentinya berzikir menyebut nama Allah. Ia masih
berada dalam keadaan parah, mati tidak hidup pun tidak."
Kata-kata isteri Ayyub itu menimbulkan harapan bagi Iblis bahawa ia kali ini
akan berhasil maka diingatkanlah isteri Ayyub akan masa mudanya di mana ia
hidup dengan suaminya dalam keadaan sihat, bahagia dan makmur dan
dibawakannyalah kenang-kenangan dan kemesraan. Kemudian keluarlah Iblis dari
rumah Ayyub meninggalkan isteri Ayyub duduk termenung seorang diri,
mengenangkan masa lampaunya, masa kejayaan suaminya dan kesejahteraan hidupnya,
membanding-bandingkannya dengan masa di mana berbagai penderitaan dan musibah
dialaminya, yang dimulai dengan musnahnya kekayaan dan harta-benda, disusul
dengan kematian puteranya, dan kemudian yang terakhirnya diikuti oleh penyakit
suaminya yang parah yang sangat menjemukan itu. Isteri Ayyub merasa kesepian
berada di rumah sendirian bersama suaminya yang terbaring sakit, tiada sahabat
tiada kerabat, tiada handai, tiada taulan, semua menjauhi mereka kerana khuatir
kejangkitan penyakit kulit Ayyub yang menular dan menjijikkan itu.
Seraya menarik nafas panjang datanglah isteri Ayyub mendekati suaminya yang
sedang menderita kesakitan dan berbisik-bisik kepadanya berkata: "Wahai
sayangku, sampai bilakah engkau terseksa oleh Tuhanmu ini? Di manakah
kekayaanmu, putera-puteramu, sahabat-sahabatmu dan kawan-kawan terdekatmu? Oh,
alangkah syahdunya masa lampau kami, usia muda, badan sihat, sarana kebahagiaan
dan kesejahteraan hidup tersedia dikelilingi oleh keluarga dan terulang kembali
masa yang manis itu? Mohonlah wahai Ayyub dari Tuhanmu, agar kami dibebaskan
dari segala penderitaan dan musibah yang berpanjangan ini."
Berkata Ayyub menjawab keluhan isterinya: "Wahai isteriku yang kusayangi,
engkau menangisi kebahagiaan dan kesejahteraan masa yang lalu, menangisi
anak-anak kita yang telah mati diambil oleh Allah dan engkau minta aku memohon
kepada Allah agar kami dibebaskan dari kesengsaraan dan penderitaan yang kami
alami masa kini. Aku hendak bertanya kepadamu, berapa lama kami tidak menikmati
masa hidup yang mewah, makmur dan sejahtera itu?" "Lapan puluh
tahun", jawab isteri Ayyub. "Lalu berapa lama kami telah hidup dalam
penderitaan ini?" tanya lagi Ayyub. "Tujuh tahun", jawab si
isteri.
"Aku malu", Ayyub melanjutkan jawabannya," memohon dari Allah
membebaskan kami dari sengsaraan dan penderitaan yang telah kami alami belum
sepanjang masa kejayaan yang telah Allah kurniakan kepada kami. Kiranya engkau
telah termakan hasutan dan bujukan syaitan, sehingga mulai menipis imanmu dan
berkesal hati menerima taqdir dan hukum Allah. Tunggulah ganjaranmu kelak jika
aku telah sembuh dari penyakitku dan kekuatan badanku pulih kembali. Aku akan
mencambukmu seratus kali. Dan sejak detik ini aku haramkan diriku makan dan
minum dari tanganmu atau menyuruh engkau melakukan sesuatu untukku.
Tinggalkanlah aku seorang diri di tempat ini sampai Allah menentukan
taqdir-Nya."
Setelah ditinggalkan oleh isterinya yang diusir, maka Nabi Ayyub tinggal
seorang diri di rumah, tiada sanak saudara, tiada anak dan tiada isteri. Ia
bermunajat kepada Allah dengan sepenuh hati memohon rahmat dan kasih
sayang-Nya. Ia berdoa: "Wahai Tuhanku, aku telah diganggu oleh syaitan
dengan kepayahan dan kesusahan serta seksaan dan Engkaulah wahai Tuhan Yang
Maha Pengasih dan Maha Penyayang."
Allah menerima doa Nabi Ayyub yang telah mencapai puncak kesabaran dan
keteguhan iman serta berhasil memenangkan perjuangannya melawan hasutan dan
bujukan Iblis. Allah mewahyukan firman kepadanya: "Hantamkanlah kakimu ke
tanah. Dari situ air akan memancur dan dengan air itu engkau akan sembuh dari
semua penyakitmu dan akan pulih kembali kesihatan dan kekuatan badanmu jika
engkau gunakannya untuk minum dan mandimu."
Dengan izin Allah setelah dilaksanakan petunjuk Illahi itu, sembuhlah segera
Nabi Ayyub dari penyakitnya, semua luka-luka kulitnya menjadi kering dan segala
rasa pedih hilang, seolah-olah tidak pernah terasa olehnya. Ia bahkan kembali
menampakkan lebih sihat dan lebih kuat daripada sebelum ia menderita.
Dalam pada itu isterinya yang telah diusir dan meninggalkan dia seorang diri di
tempat tinggalnya yang terasing, jauh dari jiran, jauh dari keramaian kota,
merasa tidak sampai hati lebih lama berada jauh dari suaminya, namun ia hampir
tidak mengenalnya kembali, kerana bukanlah Ayyub yang ditinggalkan sakit itu
yang berada didepannya, tetapi Ayyub yang muda belia, segar bugar, sihat afiat seakan-akan
tidak pernah sakit dan menderita. Ia segera memeluk suaminya seraya bersyukur
kepada Allah yang telah memberikan rahmat dan kurnia-Nya mengembalikan
kesihatan suaminya bahkan lebih baik daripada keadaan asalnya.
Nabi Ayyub telah bersumpah sewaktu ia mengusir isterinya akan mencambuknya
seratus kali bila ia sudah sembuh. Ia merasa wajib melaksanakan sumpahnya itu,
namun merasa kasihan kepada isterinya yang sudah menunjukkan kesetiaannya dan
menyekutuinya di dalam segala duka dan deritanya. Ia bingung, hatinya
terumbang-ambingkan oleh dua perasaan, ia merasa berwajiban melaksanakan
sumpahnya, tetapi isterinya yang setia dan bakti itu tidak patut, kata hatinya,
menjalani hukuman yang seberat itu. Akhirnya Allah memberi jalan keluar baginya
dengan firman-Nya: "Hai Ayyub, ambillah dengan tanganmu seikat rumput dan
cambuklah isterimu dengan rumput itu seratus kali sesuai dengan sesuai dengan
sumpahmu, sehingga dengan demikian tertebuslah sumpahmu."
Nabi Ayyub dipilih oleh Allah sebagai nabi dan teladan yang baik bagi
hamba-hamba_Nya dalam hal kesabaran dan keteguhan iman sehingga kini nama Ayyub
disebut orang sebagai simbul kesabaran. Orang menyatakan , si Fulan memiliki
kesabaran Ayyub dan sebagainya. Dan Allah telah membalas kesabaran dan
keteguhan iman Ayyub bukan saja dengan memulihkan kembali kesihatan badannya
dan kekuatan fizikalnya kepada keadaan seperti masa mudanya, bahkan
dikembalikan pula kebesaran duniawinya dan kekayaan harta-bendanya dengan
berlipat gandanya. Juga kepadanya dikurniakan lagi putera-putera sebanyak yang
telah hilang dan mati dalam musibah yang ia telah alami. Demikianlah rahmat
Tuhan dan kurnia-Nya kepada Nabi Ayyub yang telah berhasil melalui masa ujian
yang berat dengan penuh sabar, tawakkal dan beriman kepada Allah.
Kisah Ayyub di atas dapat dibaca dalam Al-Quran surah Shaad ayat 41 sehingga
ayat 44 dan surah Al-Anbiaa' ayat 83 dan 84
NABI DZULKIFLI AS
Al Qur'an tidak mengisahkan riwayat
nabi Dzulkifli dan kepada siapa ia diutus. Ahli Tarikh hanya menyebutkan bahwa
beliau putra Ayyub. Allah SWT menamakan Dzulkifli karena ia selalu melaksanakan
beberapa perbuatan baik yang dibebankan kepadanya. Didalam surat Al Anbiyaa'
ayat 85-86 dijelaskan "Ismail, Idris dan Dzulkifli, termasuk
orang-orang yang sabar. Kami masukkan mereka dalam rahmat kami. Sesungguhnya
mereka adalah termasuk orang-orang yang saleh".
Termasuk salah seorang nabi yang
saleh, di mana ia melakukan 100 kali salat dalam satu hari. Konon ceritanya dia
mendapat tugas mengadili kaumnya secara adil dan mengurusi mereka dengan baik,
tugas itu pun dilakukan. Karena itu ia dinamakan Zulkifli (yang dibebani
tugas).
NABI MUSA AS
Nabi Musa A.S. adalah seorang bayi
yang dilahirkan dikalangan Bani Isra'il yang pada ketika itu dikuasai oleh Raja
Fir'aun yang bersikap kejam dan zalim. Nabi Musa bin Imron bin Qahat bin Lawi
bin Ya'qub adalah beribukan Yukabad.Setelah meningkat dewasa Nabi Musa telah
beristerikan dengan puteri Nabi Syu'aib yaitu Shafura.Dalam perjalanan hidup
Nabi Musa untuk menegakkan Islam dalam penyebaran risalah yang telah diutuskan
oleh Allah kepadanya ia telah diketemukan beberapa orang nabi diantaranya ialah
bapa mertuanya Nabi Syu'aib, Nabi Harun dan Nabi Khidhir. Di sini juga
diceritakan tentang perlibatan beberapa orang nabi yang lain di antaranya Nabi
Somu'il serta Nabi Daud
Catatan :
Para ahli tafsir berselisih pendapat tentang Syu'aib, mertua Nabi Musa.
Sebagian besar berpendapat bahwa ia adalah Nabi Syu'aib A.S. yang diutuskan
sebagai rasul kepada kaum Madyan, sedang yang lain berpendapat bahwa ia adalah
orang lain yaitu yang dianggap adalah satu kebetulan namanya Syu'aib juga.
Wallahu A'lam bisshawab
Kelahiran Musa Dan Pengasuhnya
Raja Fir'aun yang memerintah Mesir
sekitar kelahirannya Nabi Musa, adalah seorang raja yang zalim, kejam dan tidak
berperikemanusiaan. Ia memerintah negaranya dengan kekerasan, penindasan dan
melakukan sesuatu dengan sewenang-wenangnya. Rakyatnya hidup dalam ketakutan
dan rasa tidak aman tentang jiwa dan harta benda mereka, terutama Bani Isra'il
yang menjadi hamba kekejaman, kezaliman dan bertindak sewenang-wenangnya dari
raja dan orang-orangnya. Mereka merasa tidak tenteram dan selalu dalam keadaan
gelisah, walau pun berada dalam rumah mereka sendiri. Mereka tidak berani
mengangkat kepala bila berhadapan dengan seorang hamba raja dan berdebar hati
mereka karena ketakutan bila kedengaran suara pegawai-pegawai kerajaan lalu di
sekitar rumah mrk, apalagi bunyi kasut mrk sudah terdengar di depan pintu.
Raja Fir'aun yang sedang mabuk kuasa yang tidak terbatas itu, bergelimpangan dalam
kenikmatan dan kesenangan duniawi yang tiada taranya, bahkan mengumumkan
dirinya sebagai tuhan yang harus disembah oleh rakyatnya. Pd suatu hari beliau
telah terkejut oleh ramalan oleh seorang ahli nujum kerajaan yang dengan
tiba-tiba dtg menghadap raja dan memberitahu bahwa menurut firasatnya falaknya,
seorang bayi lelaki akan dilahirkan dari kalangan Bani Isra'il yang kelak akan
menjadi musuh kerajaan dan bahkan akan membinasakannya.
Raja Fir'aun segera mengeluarkan perintah agar semua bayi lelaki yang
dilahirkan di dalam lingkungan kerajaan Mesir dibunuh dan agar diadakan
pengusutan yang teliti sehingga tiada seorang pun dari bayi lelaki, tanpa
terkecuali, terhindar dari tindakan itu. Maka dilaksanakanlah perintah raja
oleh para pengawal dan tenteranya. Setiap rumah dimasuki dan diselidiki dan
setiap perempuan hamil menjadi perhatian mereka pada saat melahirkan bayinya.
Raja Fir'aun menjadi tenang kembali dan merasa aman tentang kekebalan
kerajaannya setelah mendengar para anggota kerajaannya, bahwa wilayah
kerajaannya telah menjadi bersih dan tidak seorang pun dari bayi laki-laki yang
masih hidup. Ia tidak mengetahui bahwa kehendak Allah tidak dpt dibendung dan
bahwa takdirnya bila sudah difirman "Kun" pasti akan wujud dan
menjadi kenyataan "Fayakun". Tidak sesuatu kekuasaan bagaimana pun
besarnya dan kekuatan bagaimana hebatnya dapat menghalangi atau mengagalkannya.
Raja Fir'aun sesekali tidak terlintas dalam fikirannya yang kejam dan zalim itu
bahwa kerajaannya yang megah, menurut apa yang telah tersirat dalam Lauhul
Mahfudz, akan ditumbangkan oleh seorang bayi yang justeru diasuh dan dibesarkan
di dalam istananya sendiri akan diwarisi kelak oleh umat Bani Isra'il yang
dimusuhi, dihina, ditindas dan disekat kebebasannya. Bayi asuhnya itu ialah laksana
bunga mawar yang tumbuh di antara duri-duri yang tajam atau laksana fajar yang
timbul menyingsing dari tengah kegelapan yang mencekam.
Yukabad, isteri Imron bin Qahat bin Lawi bin Ya'qub sedang duduk seorang diri
di salah satu sudut rumahnya menanti dtgnya seorang bidan yang akan memberi
pertolongan kepadanya melahirkan bayi dari dalam kandungannya itu.
Bidan dtg dan lahirlah bayi yang telah dikandungnya selama sembilan bulan dalam
keadaan selamat, segar dan sihat afiat. Dengan lahirnya bayi itu, maka hilanglah
rasa sakit yang luar biasa dirasai oleh setiap perempuan yang melahirkan namun
setelah diketahui oleh Yukabad bahwa bayinya adalah lelaki maka ia merasa takut
kembali. Ia merasa sedih dan khuatir bahwa bayinya yang sgt disayangi itu akan
dibunuh oleh orang-orang Fir'aun. Ia mengharapkan agar bidan itu merahsiakan
kelahiran bayi itu dari sesiapa pun. Bidan yang merasa simpati terhadap bayi
yang lucu dan bagus itu serta merasa betapa sedih hati seorang ibu yang akan
kehilangan bayi yang baru dilahirkan memberi kesanggupan dan berjanji akan
merahsiakan kelahiran bayi itu.
Setelah bayi mencapai tiga bulan, Yukabad tidak merasa tenang dan selalu berada
dalam keadaan cemas dan khuatir terhadap keselamatan bayinya. Allah memberi
ilham kepadanya agar menyembunyikan bayinya di dalam sebuah peti yang tertutup
rapat, kemudian membiarkan peti yang berisi bayinya itu terapung di atas sungai
Nil. Yukabad tidak boleh bersedih dan cemas ke atas keselamatan bayinya karena
Allah menjamin akan mengembalikan bayi itu kepadanya bahkan akan mengutuskannya
sebagai salah seorang rasul.
Dengan bertawakkal kepada Allah dan kepercayaan penuh terhadap jaminan Illahi,
mak dilepaskannya peti bayi oleh Yukabad, setelah ditutup rapat dan dicat
dengan warna hitam, terapung dipermukaan air sungai Nil. Kakak Musa
diperintahkan oleh ibunya untuk mengawasi dan mengikuti peti rahsia itu agar
diketahui di mana ia berlabuh dan ditangan siapa akan jatuh peti yang
mengandungi erti yang sgt besar bagi perjalanan sejarah umat manusia.
Alangkah cemasnya hati kakak Musa, ketika melihat dari jauh bahwa peti yang
diawasi itu, dijumpai oleh puteri raja yang kebetulan berada di tepi sungai Nil
bersantai bersama beberapa dayangnya dan dibawanya masuk ke dalam istana dan
diserahkan kepada ibunya, isteri Fir'aun. Yukabad yang segera diberitahu oleh
anak perempuannya tentang nasib peti itu, menjadi kosonglah hatinya karena
sedih dan cepat serta hampir saja membuka rahsia peti itu, andai kata Allah
tidak meneguhkan hatinya dan menguatkan hanya kepada jaminan Allah yang telah
dinerikan kepadanya.
Raja Fir'aun ketika diberitahu oleh Aisah, isterinya, tentang bayi laki-laki
yang ditemui di dalam peti yang terapung di atas permukaan sungai Nil, segera
memerintahkan membunuh bayi itu seraya berkata kepada isterinya: "Aku
khuatir bahwa inilah bayi yang diramalkan, yang akan menjadi musuh dan penyebab
kesedihan kami dan akan membinasakan kerajaan kami y besar ini." Akan
tetapi isteri Fir'aun yang sudah terlanjur menaruh simpati dan sayang terhadap
bayi yang lucu dan manis itu, berkata kepada suaminya: "Janganlah bayi
yang tidak berdosa ini dibunuh. Aku sayang kepadanya dan lebih baik kami ambil
dia sebagai anak, kalau-kalau kelak ia akan berguna dan bermanfaat bagi kami.
Hatiku sgt tertarik kepadanya dan ia akan menjadi kesayanganku dan
kesayangmu". Demikianlah jika Allah Yang Maha Kuasa menghendaki sesuatu
maka dilincinkanlah jalan bagi terlaksananya takdir itu. Dan selamatlah nyawa
putera Yukabad yang telah ditakdirkan oleh Allah untuk menjadi rasul-Nya, menyampaikan
amanat wahyu-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang sudah sesat.
Nama Musa yang telah diberikan kepada bayi itu oleh keluarga Fir'aun, bererti
air dan pohon {Mu=air , Sa=pohon} sesuai dengan tempat ditemukannya peti bayi
itu. Didatangkanlah kemudian ke istana beberapa inang untuk menjadi ibu susuan
Musa. Akan tetapi setiap inang yang mencuba dan memberi air susunya ditolak
oleh bayi yang enggan menyedut dari setiap tetk yang diletakkan ke bibirnya.
Dalam keadaan isteri Fir'aun lagi bingung memikirkan bayi pungutnya yang enggan
menetek dari sekian banyak inang yang didatangkan ke istana, datanglah kakak
Musa menawarkan seorang inang lain yang mungkin diterima oleh bayi itu.
Atas pertanyaan keluarga Fir'aun, kalau-kalau ia mengenal keluarga bayi itu,
berkatalah kakak Musa: "Aku tidak mengenal siapakah keluarga dan ibu bayi
ini. Hanya aku ingin menunjukkan satu keluarga yang baik dan selalu rajin
mengasuh anak, kalau-kalau bayi itu dpt menerima air susu ibu keluarga
itu".
Anjuran kakak Musa diterima oleh isteri Fir'aun dan seketika itu jugalah
dijemput ibu kandung Musa sebagai inang bayaran. Maka begitu bibir sang bayi
menyentuh tetek ibunya, disedutlah air susu ibu kandungnya itu dengan sgt
lahapnya. Kemudian diserahkan Musa kepada Yukabad ibunya, untuk diasuh selama
masa menetek dengan imbalan upah yang besar. Maka dengan demikian terlaksanalah
janji Allah kepada Yukabad bahwa ia akan menerima kembali puteranya itu.
Setelah selesai masa meneteknya, dikembalikan Musa oleh ibunya ke istana, di
mana ia di asuh, dibesar dan dididik sebagaimana anak-anak raja yang lain. Ia
mengenderai kenderaan Fir'aun dan berpakaian sesuai dengan cara-cara Fir'aun
berpakaian sehingga ia dikenal orang sebagai Musa bin Fir'aun.
Bacalah tentang isi cerita di atas di dalam Al-Quran dari ayat 4 - 13 dalam
surah "Al-Qashash" sebagai berikut :~
"4.~ Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan
menjadikan penduduknya berpecah belah dengan menindas segolongan dari mrk,
menyembelih anak lelaki mrk dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka.
Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.5.~ Dan Kami
hendak memberi kurnia kepada orang-orang yang tertindas di bumi {Mesir} itu dan
hendak menjadi mrk pemimpin dan menjadikan mrk orang-orang yang mewarisi
{bumi}.6.~ Dan Kami akan teguhkan kedudukan mrk di muka bumi dan akan Kami
perlihatkan kepada Fir'aun dan Haman berserta tenteranya apa yang selalu mereka
khuatirkan dari mereka itu.7.~ Dan Kami ilhamkan kepada ibu
Musa,"susukanlah dia, dan apabila kamu khuatir terhadapnya, maka jatuhkan
dia ke dalam sungai {Nil}. Dan janganlah kamu khuatir dan janganlah pula
bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan
menjadikannya {salah seorang} dari para rasul.8.~ Maka pungutlah ia oleh
keluarga Fir'aun yang akibatnya ia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka.
Sesungguhnya Fir'aun dan Haman berserta tenteranya adalah orang-orang yang
bersalah.9.~ Dan berkatalah isteri Fir'aun: "Ia {Musa} biji mata bagiku
dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita
atau kita ambil ia menjadi anak," sedang mrk tiada menyedari.10.~ Dan
menjadi kekosongan hait ibu Musa, seandainya Kami tidak teguhkan hatinya, spy
ia termasuk orang-orang yang percaya {kepada janji Allah}.11.~ Dan berkatalah
ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: "Ikutilah dia". Maka
kelihatan olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya.12.~ Dan
Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang nahu menyusukannya
sebelum itu, maka berkatalah saudara Musa: "Mahukah kamu aku tunjukkan
kepada kamu ahlul-bait yang akan memeliharakannya utkmu dan mrk dpt berlaku
baik kepadanya?"13.~ Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya supaya senang
hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu
adalah benar, tetapi manusia kebanyakan tidak mengetahuinya." { Al-Qashash
: 4 ~ 13 }
Musa keluar dari Mesir
Sejak ia dikembali ke istana oleh
ibunya setelah disusui, Musa hidup sebagai slah seorang drp keluarga kerajaan
hingga mencapai usia dewasanya, dimana ia memperolehi asuhan dan pendidikan
sesuai dengan tradisi istana. Allah mengurniakannya hikmah dan pengetahuan
sebagai persiapan tugas kenabian dan risalah yang diwahyukan kepadanya. Di
samping kesempurnaan dan kekuatan rohani, ia dikurniai oleh Allah kesempurnaan
tubuh dan kekuatan jasmani.
Musa mengetahui dan sedar bahwa ia hanya seorang anak pungut di istana dan
tidak setitik darah Fir'aun pun mengalir di dalam tubuhnya dan bahwa ia adalah
keturunan Bani Isra'il tg ditindas dan diperlakukan sewenang-wenangnya oleh
kaum Fir'aun. Karenanya ia berjanji kepada dirinya akan menjadi pembela kepada
kamunya yang tertindas dan menjadi pelindung bagi golongan yang lemah yang
menjadi sasaran kezaliman dan keganasan para penguasa. Demikianlah maka
terdorong oleh rasa setia kawannya kepada orang-orang yang madhlum dan
teraniaya, terjadilah suatu peristiwa yang menyebabkan ia terpaksa meninggalkan
istana dan keluar dari Mesir.
Peristiwa itu terjadi ketika Musa sedang berjalan-jalan di sebuah lorong di
waktu tengahari di mana keadaan kota sunyi sepi ketika penduduknya sedang tidur
siang, Ia melihat kedua berkelahi seorang dari golongan Bani Isra'il bernama
Samiri dan seorang lagi dari kaum Fir'aun bernama Fa'tun. Musa yang mendengar teriakan
Samiri mengharapkan akan pertolongannya terhadap musuhnya yang lebih kuat dan
lenih besar itu, segera melontarkan pukulan dan tumbukannya kepada Fatun yang
seketika itu jatuh rebah an menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Musa terkejut melihat Fatun, orang Fir'aun itu mati karena tumbukannya yang
tidak disengajakan dn tidak akan mengharapkan membunuhnya. Ia merasa berdoa dan
beristighfar kepada Allah memohon ampun diatas perbuatannya yang tidak sengaja,
telah melayang nyawa salah seorang drp hamba-hamba-Nya.
Peristiwa matinya Fatun menjadi perbualan ramai dan menarik para penguasa
kerajaan yang menduga bahwa pasti orang-orang Isra'illah yang melakukan
perbunuhan itu. Mereka menuntut agar pelakunya diberi hukuman yang berat , bila
ia tertangkap.
Anggota dan pasukan keamanan negara di hantarkan ke seluruh pelusuk kota
mencari jejak orang yang telah membunuh Fatun, yang sebenarnya hanya diketahui
oleh Samiri dan Musa shj. akan tetapi, walaupun tidak orang ketiga yang
menyaksikan peristiwa itu, Musa merasa cemas dan takut dan berada dalam keadaan
bersedia menghadapi akibat perbuatannya itu bila sampai tercium oleh pihak
penguasa.
Alangkah malangnya nasib Musa yang sudah cukup berhati-hati menghindari
kemungkinan terbongkarnya rahsia pembunuhan yang ia lakukan tatkala ia terjebat
lagi tanpa disengajakan dalam suatu perbuatan yang menyebabkan namanya
disebut-sebut sebagai pembunuh yang dicari. Musa bertemu lagi dengan Samiri
yang telah ditolongnya melawan Fatun, juga dalam keadaan berkelahi untuk kali
keduanya dengan salah seorang dari kaum Fir'aun. Melihat Musa berteriaklah
Samiri meminta pertolongannya. Musa menghampiri mereka yang sedang berkelahi
seraya berkata menegur Samiri: " Sesungguhnya engkau adalah seorang yang
telah sesat."
Samiri menyangkal bahwa Musa akan membunuhnya ketika ia mendekatinya, lalu
berteriaklah Samiri berkata: "Apakah engkau hendak membunuhku sebagaimana
engkau telah membunuh seorang kelmarin? Rupanya engkau hendak menjadi seorang
yang sewenang-wenang di negeri ini dan bukan orang yang mengadilkan
kedamaian".
Kata-kata Samiri itu segera tertangkap orang-orang Fir'aun, yang dengan cepat
memberitahukannya kepada para penguasa yang memang sedang mencari jejaknya.
Maka berundinglah para pembesar dan penguasa Mesir, yang akhirnya memutuskan
untuk menangkap Musa dan membunuhnya sebagai balasan terhadap matinya seorang
dari kalangan kaum Fir'aun.
Selagi orang-orang Fir'aun mengatur rancangan penangkapan Musa, seorang lelaki
slah satu daripada sahabatnya datang dari hujung kota memberitahukan kepadanya
dan menasihatkan agar segera meninggalkan Mesir, karena para penguasa Mesir
telah memutuskan untuk membunuhnya apabila ia ditangkap. lalu keluarlah Musa
terburu-buru meninggalkan Mesir, ssebelum anggota polis sempat menutup serta
menyekat pintu-pintu gerbangnya.
Tentang isi cerita ini, terdapat dalam al-Quran yang dapat di baca di dalam
surah "Al-Qashshas" ayat 14 - 21 sebagaimana berikut :~
"14.~ Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikannya
hikmah dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang
yang berbuat baik.15.~ Dan Musa masuk ke kota {Memphis} ketika penduduknya
sedang tidur, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang lelaki sedang
bergaduh, yang seorangnya dari golongannya {Bani Isra'il} dan seorang lagi dari
musuhnya {Kaum Fir'aun}. Maka orang dari golongannya meminta pertolongan
kepadanya untuk mengalahkan orang dari musuhnya, lalu Musa menumbuknya dan
matilah musuhnya itu. Musa berkta; "Ini adalah perbuatan syaitan,
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata
{permusuhannya}.16.~ Musa berdoa: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah
menganiaya diriku sendiri, karena itu ampunilah aku". Maka Allah
mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun dan Maha
Penyayang.17.~ Musa berkata : "Ya Tuhanku demi nikmat Engkau anugerahkan
kepadaku, aku sesekali tiada akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa".18.~
Karena itu jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu dengan khuatir
{akibat perbuatannya} maka tiba-tiba orang yang meminta pertolongannya kelmarin
berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa berkata kepadanya:
"Sesungguhnya kamu benar-benar orang yang sesat, yang nyata
{kesesatannya}.19.~ Maka tatkala Musa hendak memegang dengan kuat orang yang
menjadi musuh keduanya, berkata {seorang drp mereka}: "Hai Musa apakah
engkau bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kelmarin telah membunuh seorang
manusia? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat
sewenang-wenang di negeri {ini}, dan tiadalah kamu bermaksud menjadi salah
seorang dari orang yang mengadakan perdamaian".20.~ Dan datanglah seorang
laki-laki dari hujung kota bergegas-gegas, seraya berkata: "Hai Musa,
sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentangmu, untuk membunuhmu oleh
itu keluarlah {dari kota ini}. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
memberi nasihat kepadamu.21.~ Mak keluarlah Musa dari kota ini dengan rasa
takut menunggu-nunggu dengan khuatir. Dia berdoa: "Ya Tuhanku
selamatkanlah dari orang-orang yang zalim itu." { Al-Qashash : 14 ~ 21 }
Musa bertemu Jodoh di kota Madyan
Dengan berdoa kepada Allah: "Ya
Tuhanku selamatkanlah aku dari segala tipu daya orang-orang yang zalim"
keluarlah Nabi Musa dari kota Mesir seorang diri, tiada pembantu selain
inayahnya Allah tiada kawan selain cahaya Allah dan tiada bekal kecuali bekal
iman dan takwa kepada Allah. Penghibur satu-satunya bagi hatinya yang sedih karena
meninggalkan tanahi airnya ialah bahwa ia telah diselamatkan oleh Allah dari
buruan kaum fir'aun yang ganas dan kejam itu.
Setelah menjalani perjalanan selama lapan hari lapan malam dengan berkaki ayam
{tidak berkasut} sampai terkupas kedua kulit tapak kakinya, tibalah Musa di
kota Madyan yaitu kota Nabi Syu'aib yang terletak di timur jazirah Sinai dan
teluk Aqabah di selatan Palestin.
Nabi Musa beristirehat di bawah sebuah pokok yang rendang bagi menghilangkan
rasa letihnya karena perjalanan yang jauh, berdiam seorang diri karena nasibnya
sebagai salah seorang bekas anggota istana kerajaan yang menjadi seorang
pelarian dan buruan. Ia tidak tahu ke mana ia harus pergi dan kepada siapa ia
harus bertamu, di tempat di mana ia tidak mengenal dan dikenal orang, tiada
sahabat dan saudara. Dalam keadaan demikian terlihatlah olehnya sekumpulan
penggembala berdesak-desak mengelilingi sebuah sumber air bagi memberi minum
ternakannya masing-masing, sedang tidak jauh dari tempat sumber air itu berdiri
dua orang gadis yang menantikan giliran untuk memberi minuman kepada
ternakannya, jika para penggembala lelaki itu sudah selesai dengan tugasnya.
Musa merasa kasihan melihat kepada dua orang gadis itu yang sedang menanti lalu
dihampirinya dan ditanya : "Gerangan apakah yang kamu tunggu di
sini?" Kedua gadis itu menjawab: "Kami hendak mengambil air dan
memberi minum ternakan kami namun kami tidak dapat berdesak dengan lelaki yang
masih berada di situ. Kami menunggu sehingga mereka selesai memberi minum
ternakan mereka. Kami harus lakukan sendiri pekerjaan ini karena ayah kami
sudah lanjut usianya dan tidak dapat berdiri, jangan lagi datang ke mari".
Lalu tanpa mengucapkan sepatah kata dua pun diambilkannyalah timba kedua gadis
itu oleh Musa dan sejurus kemudian dikembalikannya kepada mrk setelah terisi
air penuh sedang sekeliling sumber air itu masih padat di keliling para
pengembala.
Setibanya kedua gadis itu di rumah berceritalah keduanya kepada ayah mrk
tentang pengalamannya dengan Nabi Musa yang karena pertolongannya yangbtidak
diminta itu mrk dapat lebih cepat kembali ke rumah drp biasa. Ayah kedua gadis
yang bernama Syu'aib itu tertarik dengan cerita kedua puterinya. Ia ingin
berkenalan dengan orang yang baik hati itu yang telah memberi pertolongan tanpa
diminta kepada kedua puterinya dan sekaligus menytakan terimakasih kepadanya.
Ia menyuruh salah seorang dari puterinya itu pergi memanggilkan Musa dan
mengundangnya datang ke rumah.
Dengan malu-malu pergilah puteri Syu'aib menemui Musa yang masih berada di
bawah pohon yang masih melamun. Dalam keadaan letih dan lapar Musa berdoa:
"Ya Tuhanku aku sangat memerlukan belas kasihmu dan memerlukan kebaikan
sedikit brg makanan yang Engkau turunkan kepadaku."
Berkatalah gadis itu kepada Musa memotong lamunannya: "Ayahku mengharapkan
kedatanganmu ke rumah untuk berkenalan dengan engkau serta memberi engkau
sekadar upah atas jasamu menolong kami mendapatkan air bagi kami dan ternakan
kami."
Musa sebagai perantau yang masih asing di negeri itu, tiada mengenal dan
dikenali orang tanpa berfikir panjang menerima undangan gadis itu dengan senang
hati. Ia lalu mengikuti gadis itu dari belakang menuju ke rumah ayahnya yang
bersedia menerimanya dengan penuh ramah-tamah, hormat dan mengucapkan
terimakasihnya.
Dalam berbincang-bincang dab bercakap-cakap dengan Syu'aib ayah kedua gadis
yang sudah lanjut usianya itu Musa mengisahkan kepadanya peristiwa yang terjadi
pd dirinya di Mesri sehingga terpaksa ia melarikan diri dan keluar meninggalkan
tanah airnya bagi mengelakkan hukuman penyembelihan yang telah direncanakan
oleh kaum Fir'aun terhadap dirinya.
Berkata Syu'aib setelah mendengar kisah tamunya: "Engkau telah lepas dari
pengejaran dari orang-orang yang zalim dan ganas itu adalah berkat rahmat Tuhan
dan pertolongan-Nya. Dan engkau sudah berada di sebuah tempat yang aman di
rumah kami ini, di man engkau akan tinggallah dengan tenang dan tenteram selama
engkau suka."
Dalam pergaulan sehari-hari selama ia tinggal di rumah Syu'aib sebagai tamu
yang dihormati dan disegani Musa telah dapat menawan hati keluarga tuan rumah
yang merasa kagum akan keberaniannya, kecerdasannya, kekuatan jasmaninya,
perilakunya yang lemah lembut, budi perkertinya yang halus serta akhlaknya yang
luhur. Hal mana telah menimbulkan idea di dalam hati salah seorang dari kedua
puteri Syu'aib untuk mempekerjakan Musa sebagai pembantu mereka. Berkatalah
gadis itu kepada ayahnya: "wahai ayah! Ajaklah Musa sebagai pembantu kami
menguruskan urusan rumahtangga dan penternakan kami. Ia adalah seorang yang
kuat badannya, luhur budi perkertinya, baik hatinya dan boleh dipercayai."
Saranan gadis itu disepakati dan diterima baik oleh ayahnya yang memang sudah
menjadi pemikirannya sejak Musa tinggal bersamanya di rumah, menunjukkan sikap
bergaul yang manis perilaku yang hormat dab sopan serta tangan yang ringan suka
bekerja, suka menolong tanpa diminta.
Diajaklah Musa berunding oleh Syu'aib dan berkatalah kepadanya: "Wahai
Musa! Tertarik oleh sikapmu yang manis dan cara pergaulanmu yang sopan serta
akhlak dan budi perkertimu yang luhur, selama engkau berada di rumah ini kami
dan mengingat akan usiaku yang makin hari makin lanjut, maka aku ingin sekali
mengambilmu sebagai menantu, mengahwinkan engkau dengan salah seorang dari
kedua gadisku ini. Jika engkau dengan senang hati menerima tawaranku ini, maka
sebagai maskahwinnya, aku minta engkau bekerja sebagai pembantu kami selama
lapan tahun menguruskan penternakan kami dan soal-soal rumahtangga yang
memerlukan tenagamu. Dan aku sangat berterima kasih kepada mu bila engkau
secara suka rela mahu menambah dua tahun di atas lapan tahun yang menjadi
syarat mutlak itu."
Nabi Musa sebagai buruan yang lari dari tanah tumpah darahnya dan berada di
negeri orang sebagai perantau, tada sanak saudara, tiada sahabat telah menerima
tawaran Syu'aib iut sebagai kurniaan dari Tuhan yang akan mengisi kekosongan
hidupnya selaku seorang bujang yang memerlukan teman hidup untuk menyekutunya
menanggung beban penghidupan dengan segala duka dan dukanya. Ia segera tanpa
berfikir panjang berkata kepada Syu'aib: "Aku merasa sgt bahagia, bahwa
pakcik berkenan menerimaku sebagai menantu, semuga aku tidak menghampakan
harapan pakcik yang telah berjasa kepada diriku sebagai tamu yang diterima
dengan penuh hormat dan ramah tamah, kemudian dijadikannya sebagai menantu, suami
kepada anak puterinya. Syarat kerja yang pakcik kemukakan sebagai maskahwin,
aku setujui dengan penuh tanggungjawab dab dengan senang hati."
Setelah masa lapan tahun bekerja sebagai pembantu Syu'aib ditambah dengan suka
rela dilampaui oleh Musa, dikahwinkanlah ia dengan puterinya yang bernama
Shafura. Dan sebagai hadiah perkahwinan diberinyalah pasangan penganti baru itu
oleh Syu'aib beberapa ekor kambing untuk dijadikan modal pertama bagi hidupnya
yang baru sebagai suami-isteri. Pemberian beberpa ekor kambing itu juga
merupakan tanda terimaksih Syu'aib kepada Musa yang selama ini di bawah
pengurusannya, penternakan Syu'aib menjadi berkembang biak dengan cepatnya dan
memberi hasil serta keuntungan yang berlipat ganda.
Bacalah tentang isi cerita yang terurai ini di dalam ayat 22 sampai ayat 28,
surah "Al-Qashash" juz 20 yang berbunyi sebagai berikut :~
"22.~ Dan tatkala ia menghadap ke negeri Madyan, ia berdoa {lagi}:
"Mudah-mudahan Tuhanku menimpaiku ke jalan yang benar."23.~ Dan
tatkala ia sampai di sumber air di negeri Madyan, ia menjumpai di sana
sekumpulan orang yang sedang memberi minum {ternakannya} dan ia menjumpai di
belakang orang ramai itu, dua orang wanita yang sedang menghambat ternakannya.
Musa berkata: "Apakah maksudmu {dengan berbuat begitu}?" Kedua wanita
itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan {ternakan kami} sebelum
pengembala-pengembala itu memulangkan {ternakkannya} sedang bapa kami orang tua
yang telah lanjut umurnya."24.~ Maka Musa memberi minum ternakan itu {utk
menolong} keduanya, kemudian kembali ke tempat yang teduh, lalu berdoa: "
Ya Tuhanku! Sesungguhnya aku memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan
kepadaku."25.~ Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang daripada kedua
wanita itu dengan malu-malu ia berkata: "Sesungguhnya bapaku memanggilmu
agar ia memberi pembalasan {kebaikanmu} memberi minum {ternakan} kami."
Maka tatkala Musa mendatangi bapanya {Syu'aib} dan menceritakan kepadanya
cerita {mengenai dirinya}. Syu'aib berkata: "Janganlah kamu takut, kamu telah
selamat dari orang-orang yang zalim itu."26.~ Salah seorang dari kedua
wanita itu berkata: "Ya bapaku, ambil ia sebagai orang yang bekerja
{dengan kita}. karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk
bekerja {dengan kita} ialah orang yang kuat lagi dpt dipercayai."27.~
Berkatalah dia {Syu'aib}: " Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu
dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja
denganku lapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun itu adalah dari
kemahuanmu, maka aku tidak mahu memberati kamu. Dan kamu insya-Allah kelak akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang baik."28.~ Dia berkata: "Itulah
{perjanjian} antara aku dan kamu, mana saja dari kedua waktu yang ditentukan
itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku {lagi}. Dan
Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan." { Al-Qashash : 22 ~ 28 }
Musa A.S. pulang ke Mesir dan menerima Wahyu
Sepuluh tahun lebih Musa
meninggalkan Mesir tanah airnya, sejak ia melarikan diri dari buruan kaum Fir'aun.
Suatu waktu yang cukup lama bagi seseorang dpt bertahan menyimpan rasa rindunya
kepada tanah air, tempat tumpah darahnya , walaupun ia tidak pernah merasakan
kebahagiaan hidup di dalam tanah airnya sendiri. Apa lagi seorang seperti Musa
yang mempunyai kenang-kenangan hidup yang seronok dan indah selama ia berada di
tanah airnya sendiri selaku seorang dari keluarga kerajaan yang megah dan
mewah, maka wajarlah bila ia merindukan Mesir tanah tumpah darahnya dan ingin
pulang kembali setelah ia beristerikan Shafura, puteri Syu'aib.
Bergegas-gegaslah Musa berserta isterinya mengemaskan barang dan menyediakan
kenderaan lalu meminta diri dari orang tuanya dan bertolaklah menuju ke selatan
menghindari jalan umum supaya tidak diketahui oleh orang-orang Fir'aun yang
masih mencarinya.
Setibanya di "Thur Sina" tersesatlah Musa kehilangan pedoman dan
bingung manakah yang harus ia tempuh. Dalam keadaan demikian terlihatlah oleh
dia sinar api yang nyala-nyala di atas lereng sebuah bukit. Ia berhenti lalu
lari ke jurusan api itu seraya berkata kepada isterinya: "Tinggallah kamu
disini menantiku. Aku pergi melihat api yang menyala di atas bukit itu dan
segera aku kembali. Mudah-mudahan aku dapat membawa satu berita kepadamu dari
tempat api itu atau setidak-tidaknya membawa sesuluh api bagi menghangatkan
badanmu yang sedang menggigil kesejukan."
Tatkala Musa sampai ke tempat api itu terdengar oleh dia suara seruan kepadanya
datang dari sebatang pohon kayu di pinggir lembah yang sebelah kanannya pada
tempat yang diberkahi Allah. Suara seruan yang didengar oleh Musa itu ialah:
"Wahai Musa! Aku ini adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu.
Sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci Thuwa. Dan aku telah memilih kamu,
maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya aku ini
adalah Allah tiada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah solat
untuk mengingat akan Aku."
Itulah wahyu yang pertama yang
diterima langsung oleh Nabi Musa sebagai tanda kenabiannya, di mana ia telah
dinyatakan oleh Allah sebagai rasul dan nabi-Nya yang dipilih Nabi Musa dalam
kesempatan bercakap langsung dengan allah di atas bukit Thur Sina itu telah
diberi bekal oleh Allah yang Maha Kuasa dua jenis mukjizat sebagai persiapan
untuk menghadap kaum Fir'aun yang sombong dan zalim itu.
Bertanyalah Allah kepada Musa: "Apakah itu yang engkau pegang dengan
tangan kananmu hai Musa!" Suatu pertanyaan yang mengadungi erti yang lebih
dalam dari apa yang sepintas lalu dapat ditangkap oleh Nabi Musa dengan
jawapannya yang sederhana. "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan pdnya dan
aku pukul daun dengannya untuk makanan kambingku. Selain itu aku dapat pula
menggunakan tongkatku untuk keperluan-keperluan lain yang penting bagiku."
Maksud dan erti dari pertanyaan Allah yang nampak sederhana itu baru
dimegertikan dan diselami oleh Musa setelah Allah memerintahkan kepadanya agar
meletakkan tongkat itu di atas tanah, lalu menjelmalah menjadi seekor ular
besar yang merayap dengan cepat sehingga menjadikan Musa lari ketakutan. Allah
berseru kepadanya: "Peganglah ular itu dan jangan takut. Kami akan
mengembalikannya kepada keadaan asal."
Maka begitu ular yang sedang merayap itu ditangkap dan dipegang oleh Musa, ia
segera kembali menjadi tongkat yang ia terima dari Syu'aib, mertuanya ketika ia
bertolak dari Madyan.
Sebagai mukjizat yang kedua, Allah memerintahkan kepada Musa agar mengepitkan
tangannya ke ketiaknya yang nyata setelah dilakukannya perintah itu, tangannya
menjadi putih cemerlang tanpa cacat atau penyakit.
Bacalah tentang isi cerita di atas dalam surah "Thaahaa" ayat 9
sehingga 23 juz 16 sebagai berikut :~
"9.~ Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? 10.~ Ketika itu melihat api,
lalu berkatalah ia kepada keluarganya: "Tinggallah kamu {di sini}
sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit
daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu."
11.~ Mak ketika ia datang ke tempat api itu, ia dipanggil: "Hai Musa, 12.~
Sesungguhnya Aku ini adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu,
sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci Thuwa. 13.~ Dan aku telah memilih
kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan {kepadamu}. 14.~ Sesungguhnya
Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan
dirikanlah solat untuk mengingati Aku. 15.~ Sesungguhnya hari kiamat itu akan
datang. Aku merahsiakan {waktunya} agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas
dengan apa yang diusahakannya. 16.~ Maka sesekali janagnlah kamu dipalingkan
daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang
mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu menjadi binasa." 17.~
Apakah itu yang ditangan kananmu, hai Musa?" 18.~ Berkata Musa: "Ini
adalah tongkatku, aku bertelekan padanya dan aku memukul {daun} dengannya untuk
kambingku dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya." 19.~ Allah
berfirman: "Lemparkanlah ia, hai Musa!" 20.~ Lalu dilemparkanlah
tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat.
21.~ Allah berfirman: "Peganglah ia dan jangan takut. Kami akan
mengembalikannya kepada keadaan asalnya." 22.~ Dan kepitkanlah tanganmu di
ketiakmu, nescaya ia keluar menjadi putih cemerlang tanpa cacat, sebagai
mukjizat yang lain {pula}. 23.~ untuk Kami perlihatkan kepadamu sebahagian dari
tanda-tanda kekuasaan Kami yang sangat besar." {Thaahaa : 9 ~ 23 }
Musa diperintahkan berdakwah kepada Fir'aun
Raja Fir'aun yang telah berkuasa di
Mesir telah lama menjalankan pemerintahan yang zalim, kejam dan ganas.
Rakyatnya yang terdiri dari bangsa Egypt yang merupakan penduduk peribumi dan
bangsa Isra'il yang merupakan golongan pendatang, hidup dalam suasana
penindasan, tidak merasa aman bagi nyawa dan harta bendanya.
Tindakan sewenang-wenang dan pihak penguasa pemerintahan terutamanya ditujukan
kepada Bani Isra'il yang tidak diberinya kesempatan hidup tenang dan tenteram.
Mereka dikenakan kerja paksa dan diharuskan membayar berbagai pungutan yang
tidak dikenakan terhadap penduduk bangsa Egypt, bangsa Fir'aun sendiri.
Selain kezaliman, kekejaman, penindasan dan pemerasan yang ditimpakan oleh
Fir'aun atas rakyatnya, terutama kaum Bani Isra'il. ia menyatakan dirinya
sebagai tuhan yang harus disembah dan dipuja. Dan dengan demikian ia makin jauh
membawa rakyatnya ke jalan yang sesat tanpa pendoman tauhid dan iman, sehingga makin
dalamlah mereka terjerumus ke lembah kemaksiatan dan kerusakan moral dan
akhlak.
Maka dalam kesempatan bercakap-cakap langsung di bukit Thur Sina itu
diperintahkanlah Musa oleh Allah untuk pergi ke Fir'aun sebagai Rasul-Nya,
mengajakkan beriman kepada Allah, menyedarkan dirinya bahwa ia adalah makhluk
Allah sebagaimana lain-lain rakyatnya, yang tidak sepatutnya menuntut orang
menyembahnya sebagi tuhan dan bahawa Tuhan yang wajib disembah olehnya dan oleh
semua manusia adalah Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan alam semesta
ini.
Nabi Musa dalam perjalanannya menuju kota Mesir setelah meninggalkan Madyan,
selalu dibayang oleh ketakutan kalau-kalua peristiwa pembunuhan yang telah
dilakukan sepuluh tahun yang lalu itu, belum terlupakan dan masih belum hilang
dari ingatan para pembesar kerajaan Fir'aun. Ia tidak mengabaikan kemungkinan
bahwa mrk akan melakukan pembalasan terhadap perbuatan yang ia tidak sengaja
itu dengan hukuman pembunuhan atas dirinya bila ia sudah berada di
tengah-tengah mereka. Ia hanya terdorong rasa rindunya yang sangat kepada tanah
tumpah darahnya dengan memberanikan diri kembali ke Mesir tanpa memperdulikan
akibat yang mungkin akan dihadapi.
Jika pada waktu bertolak dari Madyan dan selama perjalannya ke Thur Sina. Nabi
Musa dibayangi dengan rasa takut akan pembalasan Fir'aun, Maka dengan perintah
Allah yang berfirman maksudnya :~
"Pergilah engkau ke Fir'aun, sesungguhnya ia telah melampaui batas, segala
bayangan itu dilempar jauh-jauh dari fikirannya dan bertekad akan melaksanakan
perintah Allah menghadapi Fir'aun apa pun akan terjadi pada dirinya. Hanya
untuk menenterankan hatinya berucaplah Musa kepada Allah: "Aku telah
membunuh seorang drp mereka , maka aku khuatir mereka akan membalas membunuhku,
berikanlah seorang pembantu dari keluargaku sendiri, yaitu saudaraku Harun
untuk menyertaiku dalam melakukan tugasku meneguhkan hatiku dan menguatkan
tekadku menghadapi orang-orang kafir itu apalagi Harun saudaraku itu lebih
petah {lancar} lidahnya dan lebih cekap daripada diriku untuk berdebat dan
bermujadalah."
Allah berkenan mengabulkan permohonan Musa, maka digerakkanlah hati Harun yang
ketika itu masih berada di Mesir untuk pergi menemui Musa mendampinginya dan
bersama-sama pergilah mereka ke istana Fir'aun dengan diiringi firman Allah:
"Janganlah kamu berdua takut dan khuatir akan disiksa oleh Fir'aun. Aku
menyertai kamu berdua dan Aku mendengar serta melihat dan mengetaui apa yang
akan terjadi antara kamu dan Fir'aun. Berdakwahlah kamu kepadanya dengan
kata-kata yang lemah lembut sedarkanlah ia dengan kesesatannya dan ajaklah ia
beriman dan bertauhid, meninggalkan kezalimannya dan kecongkakannya kalau-kalau
dengan sikap yang lemah lembut daripada kamu berdua ia akan ingat pada
kesesatan dirinya dan takut akan akibat kesombongan dan kebonmgkakannya."
Bacalah tentang isi cerita di atas di dalam ayat 33 sehingga ayat 35 surah
"Al-Qashash" dan ayat 42 sehingga ayat 47 surah "Thaha"
sebagai berikut :~
"33.~ Musa berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah membunuh
seseorang manusia dari golongan mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku,
34.~ dan saudaraku Harun dia lebih petah lidahnya drpku, maka utuslah dia
bersamaku sebagai pembantu untuk membenarkan {perkataan} ku sesungguhnya aku
khuatir mereka akan mendustakan aku." 35.~ Allah berfirman: "Kami
akan membantumu dengan saudaramu dan Kami berikan kepadamu kekuasaan yang
besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu {berangkat kami berdua} dengan
membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang akan
menang." { Al-Qashash : 33 ~ 35 }
"42.~ Pergilah kamu berserta saudara kamu dengan membawa ayat-ayat-Ku dan
janganlah kamu berdua lalai dalam memngingat-Ku. 43.~ Pergilah kamu berdua
kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melewati batas. 44.~ maka berbicaralah kamu
berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia akan
ingat atau takut" 45.~ Berkatalah mereka berdua: "Ya Tuhan kami
sesungguhnya kami khuatir bahwa ia segera menyeksa kami atau akan bertambah
melewati batas 46.~ allah berfirman: "Janganlah kamu berdua khuatir,
sesungguhnya Aku berserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat". 47.~
Maka datanglah kamu berdua kepadanya {Fir'aun} dan katakanlah:
"Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Isra'il
bersama kami dan janganlah kamu menyeksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang
kepadamu dengan membawa bukti {atas kerasulan kami} dari Tuhanmu. Dan
keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk." { Thaha
: 42 ~ 47 }
Mujadalah (dialog) antara Musa dengan Fir'aun
Diperolehi kesempatan oleh Musa dan
Harun, menemui raja Fir'aun yang menyatakan dirinya sebagai tuhan itu, setelah
menempuh beberapa rintangan yang lazim dilampaui oleh orang yang ingin bertemu
dengan raja pd waktu itu. Pertemuan Musa dan Harun dengan Fir'aun dihadiri pula
oleh beberapa anggota pemerintahan dan para penasihatnya.
Bertanya Fir'aun kepada mereka berdua:: "Siapakah kamu berdua ini?"
Musa menjawab: "Kami, Musa dan Harun adalah pesuruh Allah kepadamu agar
engkau membebaskan Bani Isra'il dari perhambaan dan penindasanmu dan
menyerahkan meeka kepada kami agar menyebah kepada Allah dengan leluasa dan
menghindari seksaanmu."
Fir'aun yang segera mengenal Musa berkata kepadanya: "Bukankah engkau
adalah Musa yang telah kami mengasuhmu sejak masa bayimu dan tinggal bersama
kami dalam istana sampai mencapai usia remajamu, mendapat pendidikan dan
pengajaran yang menjadikan engkau pandai? Dan bukankah engkau yang melakukan
pembunuhan terhadap diriseorang drp golongan kami? Sudahkah engkau lupa itu
semuanya dan tidak ingat akan kebaikan dan jasa kami kepada kamu?"
Musa menjawab: "Bahwasanya engkau telah memeliharakan aku sejak masa
bayiku, itu bukanlah suatu jasa yang dapat engkau banggakan. Karena jatuhnya
aku ke dalam tangan mu adalah akibat kekejaman dan kezalimanmu tatkala engkau
memerintah agar orang-orangmu menyembelih setiap bayi-bayi laki yang lahir,
sehingga ibu terpaksa membiarkan aku terapung di permukaan sungai Nil di
dalamsebuah peti yang kemudian dipungut oleh isterimu dan selamatlah aku dari
penyembelihan yang engkau perintahkan. Sedang mengenai pembunuhan yang telah
aku lakukan itu adalah akibat godaan syaitan yang menyesatkan, namun peristiwa
itu akhirnya merupakan suatu rahmat dan barakah yang terselubung bagiku. Sebab
dalam perantauanku setelah aku melarikan diri dari negerimu, Allah mengurniakan
aku dengan hikmah dan ilmu serta mengutuskan aku sebagai Rasul dan pesuruh-Nya.
Maka dalam rangka tugasku sebagai Rasul datanglah aku kepadamu atas perintah
Allah untuk mengajak engkau dan kaummu menyembah Allah dan meninggalkan
kezaliman dan penindasanmu terhadap Bani Isra'il."
Fir'aun bertanya: "Siapakah Tuhan yang engkau sebut-sebut itu, hai Musa?
Adakah tuhan di atas bumi ini selain aku yang patut di sembah dan dipuja?"
Musa menjawab: "Ya, yaitu Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu serta Tuhan
seru sekalian alam."
Tanya Fir'aun: "Siapakah Tuhan seru sekali alam itu?"
Musa menjawab: "Ialah Tuhan langit dan bumi dan segala apa yang ada antara
langit dan bumi."
Berkata Fir'aun kepada para penasihatnya dan pembesar-pembesar kerajaan yang
berada disekitarnya. Sesungguhnya Rasul yang diutuskan kepada kamu ini adalah
seorang yang gila kemudia ia balik bertanya kepada Musa dan Harun:
"Siapakah Tuhan kamu berdua?"
Musa menjawab: "Tuhan kami ialah Tuhan yang telah memberikan kepada
tiap-tiap makhluk sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberi petunjuk
kepadanya."
Fir'aun bertanya: "Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu yang
tidak mempercayai apa yang engkau ajarkan ini dan malahan menyembah berhala dan
patung-patung?"
Musa menjawab: "Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku. Jika Dia
telah menurunkan azab dan seksanya di atas mereka maka itu adalah karena
kecongkakan dan kesombongan serta keengganan mereka kembali ke jalan yang benar.
Jika Dia menunda azab dan seksa mereka hingga hari kiamat, maka itu adalah
kehendak-Nya yang hikmahnya kami belum mengetahuinya. Allah telah mewahyukan
kepada kami bahwa azab dan seksanya adalah jalan yang benar."
Rif'aun yang sudah tidak berdaya menolak dalil-dalil Nabi Musa yang diucapkan
secara tegas dan berani merasa tersinggung kehormatannya sebagai raja yang
telah mempertuhankan dirinya lalu menujukan amarahnya dan berkata kepada Musa
secara mengancam: "Hai Musa! jika engkau mengakui tuhan selain aku, maka
pasti engkau akan kumasukkan ke dalam penjara."
Musa menjawab: "Apakah engkau akan memenjarakan aku walaupun aku dapat
memberikan kepadamu tanda-tanda yang membuktikan kebenaran dakwahku?"
Fir'aun menentang dengan berkata: "Datanglah tanda-tanda dan bukti-bukti
yang nyata yang dapat membuktikan kebenaran kata-katamu jika engkau benar-benar
tiak berdusta."
Dialog {mujadalah} antara Musa dan Fir'aun sebagaimana dihuraikan di atas
dpt dibaca dalam surah "Asy-Syu'ara" ayat 18 hingga ayat 31 juz 19
sebagimana berikut :~
"18.~ Fir'aun berkata: "Bukankah kami telah mengasuhmu diantara
{keluarga} kami diwaktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal diantara
{keluarga} kami beberapa tahun dari umurmu. 19.~ dan kamu telah berbuat sesuatu
perbuatan yang telah kamu lakukan itu dan kamu termasuk golongan orang-orang
yang tidak membalas jasa." 20.~ Berkata Musa: "Aku telah melakukannya
sedang aku diwaktu itu termasuk orang-orang yang khilaf. 21.~ Lalu aku lari
meninggalkan kamu ketika aku takut kepada kamu, kemudian Tuhanku memberikan
kepadaku ilmu serta Dia menjadikan aku salah seorang diantara rasul-rasul. 22.~
Budi yang kamu limpahkan kepada ku ini adalah {disebabkan} perhambaan darimu
terhadap Bani Isra'il." 23.~ Fir'aun bertanya: "Apa Tuhan semesta
alam itu?"24.~ Musa menjawab: "Tuhan pencipta langit dan bumi dan apa
yang diantara keduanya {itulah Tuhanmu} jika kamu sekalian {orang-orang}
mempercayainya". 25.~ Berkata Fir'aun kepada orang-orang sekelilingnya:
"Apakah kamu tidak mendengarkan?". 26.~ Musa berkata: "Tuhan
kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu" 27.~ Fir'aun berkata:
"Sesungguhnya Rasulmu yang diutuskan kepada kamu sekalian benar-benar
orang gila". 28.~ Musa berkata: "Tuhan yang menguasai timur dan barat
dan apa yang ada di antara keduanya {itulah Tuhanmu} jika kamu mempergunakan
akal". 29.~ Fir'aun berkata: "Sungguh jika kamu menyenbah Tuhan
selain aku benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang
dipenjarakan". 30.~ Musa berkata: "Dan apakah kamu {akan melakukan
itu} walaupun aku tunjukkan kepadamu sesuatu {keterangan} yang nyata jika kamu
adlah termasuk orang-orang yang benar." { Asy-Syura : 18 ~ 31 }
Musa memperlihatkan dua mukjizat kepada Fir'aun
Menjawab tentangan Fir'aun yang
menuntut bukti atas kebenarannya Musa dengan serta-merta meletakkan tongkat
mukjizatnya di atas yang segera menjelma menjadi seekor ular besar yang melata
menghala ke Fir'aun. Karena ketakutan melompat lari dari singgahsananya
melarikan diri seraya berseru kepada Musa: " Hai Musa demi asuhanku
kepadamu selama delapan belas tahun panggillah kembali ularmu itu."
Kemudian dipeganglah ular itu oleh Musa dan kembali menjadi tongkat biasa.
Berkata Fir'aun kepada Musa setelah hilang dari rasa heran dan takutnya:
"Adakah bukti yang dapat engkau tunjukkan kepadaku?"
"Ya, lihatlah." Musa menjawab serta memasukkan tangannya ke dalam
saku bajunya. Kemudian tatkala tangannya dikeluarkan dari sakunya, bersinarlah
tangan Musa itu menyilaukan mata Fir'aun itu dan orang-orang yang sedang berada
disekelilingnya.
Fir'aun sebagai raja yang menyatakan dirinya sebagai tuhan tentu tidak akan
mudah begitu saja menyerah kepada Musa bekas anak pungutnya walaupun kepadanya
telah diperlihatkan dun mukjizat. Ia bahkan berkata kepada kaumnya yang ia
khuatir akan terpengaruh oleh kedua mukjizat Musa itu bahwa itu semuanya adalah
perbuatan sihir dan bahwa Musa dan Harun adalah ahli sihir yang mahir yang
datang dengan maksud menguasai Mesir dan para penduduknya akan kekuatan dengan
sihirnya itu.
Fir'aun dianjurkan oleh penasihatnya yang dikepalai oleh Haman agar mematahkan
sihir Musa dan Harun itu dengan mengumpulkan ahli-ahli sihir yang terkenal dari
seluruh daerah kerajaan untuk bertanding melawan Musa dan Harun. Anjuran mana
disetujui oleh Fir'aun yang merasa itu adalah fikiran yang tepat dan jalan yang
terbaik untuk melumpuhkan kedua mukjizat Allah yang oleh mereka dianggapnya
sebagai sihir. Anjuran itu lalu ditawarkan kepada Musa yang seketika tanpa ragu-ragu
sedikit pun menerima tentangan Fir'aun untuk beradu dan bertanding melawan
ahli-ahli sihir. Musa berkeyakinan penuh bahwa dengan perlindung Allah ia akan
keluar sebagai pemenang dalam pertarungan itu, pertandingan antara perbuatan
sihir yang diilham oleh syaitan melawan mukjizat yang dikurniakan oleh Allah.
Pada suatu hari raya kerajaan telah bersetuju untuk mengadakan hari
pertandingan sihir maka berduyun-duyunlah penduduk kota menuju ke tempat yang
telah ditentukan untuk menyaksikan perlumbaan kepandaian menyihir yang buat
pertama kalinya diadakan di kota Mesir. Juga sudah berada di tempat ahli-ahli
sihhir yang terpandai yang telah dikumpulkan dari seluruh wilayah kerajaan
masing-masing membawa tongkat , tali dan lain-lain alat sihirnya. Mrk cukup bersemangat
dan akan berusaha sepenuh kepandaian mrk untuk memenangi pertandingan. Mrk
telah memperolhi janji dari Fir'aun akan diberi hadiah dan wang dalam jumlah
yang besar bila berhasil mengalahkan Musa dengan mematahkan daya sihirnya.
Setelah segala sesuatu selesai disiapkan dan masing-masing pembesar negeri
sudah mengambil tempatnya mengelilingi raja Fir'aun yang telah duduk di atas
kursi singgahsananya maka dinyatakanlah pertandingan dimulai. Kemudian atas
persetujuan Musa dipersilakan para lawannya beraksi lebih dahulu mempertujukan
kepandai sihirnya.
Segeralah ahli-ahli sihir Fir'aun menujukan aksinya melemparkan tongkat dan
tali-temali mrk ke tengah-tengah lapangan . Musa merasa takut ketika terbayang
kepadanya bahwa tongkat-tongkat dan tali-tali itu seakan-akan ular-ular yang
merayap cepat. Namun Allah tidak mebiarkan hamba utusan-Nya berkecil hati
menghadapi tipu-daya orang-orang kafir itu. Allah berfirman kepada Musa disaat
ia merasa cemas itu: "Janganlah engkau merasa takut dan cemas hai Musa!
engkau adalah yang lebih unggul dan akan menang dalam pertandingan ini.
Lemparkanlah yang ada ditanganmu segera."
Para ahli-ahli sihir yang pandai dalam bidangnya itu tercengang ketika melihat
ular besar yang menjelma dari tongkat Nabi Musa dan menelan ular-ular dan
segala apa yang terbayangsebagai hasil tipu sihir mrk. Mrk segera menyerah
kalah bertunduk dan bersujud {kepada Allah} dihadapan Musa seraya berkata:
"Itu bukanlah perbuatan sihir yang kami kenal yang diilhamkan oleh syaitan
tetapi sesuatu yang digerakkan oleh kekuatan ghaib yang mengatakan kebenaran
kata-kata Musa dan Harun maka tidak ada alasan bagi kami untuk tidak
mempercayai risalah mereka dn beriman kepada Tuhan mereka sesudah apa yang kami
lihat dan saksikan dengan mata kepala kami sendiri."
Fir'aun raja yang congkak dan sombong yang menuntut persembahan dari rakyatnya
sebagai tuhan segera membelalakkan matanya tanda marah dan jengkel melihat
ahli-ahli sihirnya begitu cepat menyerah kalah kepada Musa bahkan menyatakan
beriman kepada Tuhannya dan kepada kenabiannya serta menjadi
pengikut-pengikutnya. Tindakan mereka itu dianggapnya sebagai pelanggaran
terhadap kekuasaannya, penentangan terhadap ketuhanannya dan merupakan suatu
tamparan bagi kewibawaan serta prestasinya. Ia berkata kepada mrk: "Adakah
kamu berani beriman kepada Musa dan menyerah kepada keputusannya sebelum aku
izinkan kepada kamu?" Bukankah ini suatu persekongkolan drp kamu
terhadapku? Musa dpt mengalah kamu sebab ia mungkin guru dan pembesar yang
telah mengajarkan seni sihir kepadamu dan kamu telah mengatur bersama-samanya
tindakan yang kamu sandiwarakan di depanku hari ini. Aku tidak akan tinggal
diam menghadapi tindakan khianatmu ini. Akanku potong tangan-tangan dan
kaki-kakimu serta akanku salibkan kamu semua pada pangkal pohon kurma sebagai
hukuman dan balasan bagi tindakan khianatmu ini."
Ancaman Fir'aun itu disambut mrk dengan sikap dingin dan acuh tak acuh. Karena
Allah telah membuka mata hati mereka dengan cahaya iman sehingga tidak akan
terpengaruh dengan kata-kata kebathilan yang menyesatkan atau ancaman Fir'aun
yang menakutkan. Mrk sebagai-orang-orang yang ahli dalam ilmu dan seni sihir
dpt membedakan yang mana satu sihir dan yang mana bukan. Maka sekali mrk
diyakinkan dengan mukjizat Nabi Musa yang membuktikan kebenaran kenabiannya
tidaklah keyakinan itu akan dpt digoyahkan oleh ancaman apa pun. Berkata mereka
kepada Fir'aun menanggapi ancamannya: "Kami telah memdpat bukti-bukti yang
nyata dan kami tidak akan mengabaikan kenyataan itu sekadar memenuhi kehendak
dan keinginanmu. Kami akan berjalan terus megikut jejak dan tuntutan Musa dan
Harun sebagai pesuruh oleh yang benar. Maka terserah kepadamu untuk memutuskan
apa yang engkau hendak putuskan terhadap diri kami. Keputusan kamu hanya
berlaku di dunia ini sedang kami mengharapkan pahala Allah di akhirat yang
kekal dan abadi."
Bacalah tentang isi cerita di atas dalam surah "Asy-Syu'ara" ayat
32 sehingga ayat 51 juz 19 sebagai berikut :~
"32~ Maka Musa melemparkan tongkatnya, lalu tiba-tiba tongkat itu {menjadi
ular}. 33~ Dan ia menarik tangannya {dr dalam saku bajunya} maka tiba-tiba
tangan itu menjadi putih {bersinar} bagi orang-orang yang melihatnya. 34~
Fir'aun berkata pembesar-pembesar yang berada di sekelilingnya:
"Sesungguhnya Musa itu benar-benar seorang ahli sihir yang pandai, 35~ ia
hendak mengusir kamu dari negeri kamu sendiri dengan sihirnya maka karena itu
apakah yang kamu anjurkan?" 36~ Mrk menjawab: "Tundalah {urusan} dia
dan saudaranya dan kirimlah ke seluruh negeri orang-orang yang akan mengumpulkan
{ahli sihir}, 37~ nescaya mereka akan mendatangkan semua ahli sihir yang pandai
kepadamu". 38~ Lalu dikumpulkanlah ahli-ahli sihir pada waktu yang
ditetapkan di hari yang maklum, 39~ dan dikatakan kepada orang ramai:
"Berkumpullah kamu sekalian, 40~ semoga kita mengikuti ahli-ahli sihir,
jika mereka adalah orang-orang yang menang". 41~ Maka tatkala ahli-ahli
sihir dtg , mrk pun bertanya kepada Fir'aun: "Apakah kami sungguh-sungguh
mendpt upah yang besar jika kami adalah orang-orang yang menang?" 42~
Fir'aun menjawab: "Ya, kalu demikian, sesungguhnya kamu sekalian
benar-benar akan menjadi orang yang didekatkan {kepadaku}". 43~ Berkatalah
Musa kepada mrk: "Jatuhkalah apa yang kamu hendak jatuhkan". 44~ Lalu
mrk menjatuhkan tali-temali dan tongkat-tongkat mereka lalu berkata: "
Demi kekuasaan Fir'aun, sesungguhnya kami akan benar-benar akan menang".
45~ kemudian Musa menjatuhkan tongkatnya, maka tiba-tiba ia menelan benda-benda
palsu yang mereka ada-adakan itu. 46~ Maka tersungkurlah ahli-ahli sihir sambil
bersujud {kepada Allah}, 47~ mereka berkata: "Kami beriman kepada Tuhan
semesta alam , 48~ yaitu Tuhan Musa dan Harun". 49~ Fir'aun berkata:
"Apakah kamu sekalian beriman kepada Musa sebelumaku memberi izin
kepadamu? Sesungguhnya dia benar-benar pemimpinmu yang mengajar sihir kepadamu,
maka kamu nanti pasti benar-benar akan mengetahui {akibat perbuatanmu},
sesungguhnya aku akan memotong tanganmu dan kakimu dengan bersilangan dan aku
akan menyalibmu semuanya". 50~ Mereka berkata: "Tidak ada
kemudharatan {kepada kami}, sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami,
51~ sesungguhnya kami amat menginginkan bahwa Tuhan kami akan mengampuni
kesalahan kami, karena kami adalah orang-orang yang pertama sekali
beriman." {Asy-Syu'ara : 32 ~ 51 }
Fir'aun tetap keras kepala dan semakin bingung
Nabi Musa yang telah mengalahkan
ahli-ahli sihir dengan kedua mukjizatnya makin meluas pengaruhnya, sedan
Fir'aun dengan kekalahan ahli sihirnya merasa kewibawaannya merosot dan
kehormatannya menurun. ia khuatir jika gerakan Musa tidak segera dipatahkan
akan mengancam keselamatan kerajaannya serta kekekalan mahkotanya. Para
penasihat dan pembantu-pembantu terdekatnya tidak berusaha menghilangkan rasa
kecemasan dan kekhuatirannya, tetapi mereka sebaliknya makin membakar dadanya
dan makin menakutu-nakutinya. Mrk berkata kepadanya: "Apakah engkau akan
terus membiarkan Musa dan kaumnya bergerak secara bebas dan meracuni rakyat
dengan amcam-macam kepercayaan dan ajaran-ajaran yang menyimpang dari apa yang
telah kita warisi dari nenek-moyang kita? Tidakkah engkau sedar bahwa rakyat
kita makin lama makin terpengaruh oleh hasutan-hasutan Musa. sehingga
lama-kelamaan nescaya kita dan tuhan-tuhan kita akan ditinggalkan oleh rakyat
kita dan pada akhirnya akan hancur binasalah negara dan kerajaanmu yang megah
ini."
Fir'aun menjawab: "Apa yang kamu huraikan itu sudah menjadi perhatiku
sejak dikalahkannya ahli-ahli sihir kita oleh Musa. Dan memang kalau kita
membiarkan Musa terus melebarkan sayapnya dan meluaskan pengaruhnya di kalangan
pengikut-pengikutnya yang makin lama makin bertambah jumlahnya, pasti pada
akhirnya akan merusakkan adab hidup masyarakat negara kita serta membawa
kehancuran dan kebinasaan bagi kerajaan kita yang megah ini. karenanya aku
telah merancang akan bertindak terhadap Bani Isra'il dengan membunuh setiap
orang lelaki dan hanya wanita sahaja akanku biarkan hidup."
Rancangan jahat fir'aun diterapkan oleh pegawai dan kaki tangan kerajaannya.
Aneka ragam gangguan dan macam-macam tindakan kejam ditimpakan atas Bani
Isra'il yang memang menurut anggapan masyarakat, mereka itu adalah rakyat kelas
kambing dalam kerajaan Fir'aun yang zalim itu. Dengan makin meningkatnya
kezaliman dan penindasan yang mereka terima dari alat-alat kerajaan Fir'aun,
datanglah Bani Isra'il kepada Nabi Musa, mengharapkan pertolongan dan
perlindungannya. Nabi Musa tidak dpt berbuat byk pada masa itu bagi Bani
Isra'il yang tertindas dan teraniaya. Ia hanya menenteramkan hati mereka, bahwa
akan tiba saatnya kelak,di mana mrk akan dibebaskan oleh Allah dari segala penderitaan
yang mrk alami. Dianjurkan oleh Nabi Musa agar mereka bersabar dan bertawakkal
seraya memohon kepada Allah agar Allah memberikan pertolongan dan
perlindungan-Nya karena Allah telah menjanjikan akan mewariskan bumi-Nya kepada
hamba-hamba-Nya yang soleh, sabar dan bertakwa!
Fir'aun bertujuan melemahkan kedudukan Nabi Musa dengan tindakan kejamnya
terhadap Bani Isra'il yang merupakan kaumnya, bahkan tulang belakang Nabi Nusa.
Akan tetapi gerak dakwah Nabi Musa tidak sedikit pun terhambat oleh tindakan Fir'aun
itu. Demikian pula tidak seorang pun drp pengikut-pengikutnya yang terpengaruh
dengan tindakan Fir'aun itu. Sehingga tidak menjadi luntur iman dan keyakinan
mrk yang sudah bulat terhadap risalah Musa.
Karena sasaran yang dituju dengan tindakan kekejaman yang tidak
berperikamanusiaan itu tidak tercapai dan tidak dpt menerima dakwah Nabi Musa
dan para pengikutnya, yang dilhatnya bahkan semakin bersemangat menyiarkan
ajaran iman dan tauhid, maka Fir'aun tidak mempunyai pilihan selain harus
menyingkirkan orang yang menjadi pengikutnya, yaitu dengan membunuh Nabi Musa.
Fir'aun memanggil para penasihat dan pembesar-pembesar kerajaannya untuk
bermesyuarat dan merancang pembunuhan Musa. Di antara mereka yang di undang itu
terdapat seorang mukmin dari Keluarga Fir'aun yang merahsiakan imannya.
Di tengah-tengah perdebatan dan perundingan yang berlangsung dalam pertemuan
yang diadakan oleh Fir'aun untuk membincangkan cara pembunuhan Nabi Musa itu,
bangkitlah berdiri mukmin itu mengucapkan pembelaannya terhadap Nabi Musa dan
nasihat serta tuntunan bagi mereka yang hadir. Ia berkata: "Apakah kamu
akan membunuh seseorang lelaki yang tidak berdosa, hanya berkata bahwa Allah
adalah Tuhannya? Padahal ia menyatakan iman dan kepercayaannya itu kepada kamu
bukan tanpa dalil dan hujjah. Ia telah mempertunjukkan kepada kamu bukti-bukti
yang nyata untuk menyakinkan kamu akan kebenaran ajarannya. Jika andainya dia
seorang pendusta, maka dia sendirilah yang akan menanggung dosa akibat
dustanya. Namun jika ia adalah benar dalam kata-katanya, maka nescaya akan
menimpa kepada kamu bencana azab yang telah dijanjikan olehnya. Dan dalam
keadaan yang demikian siapakah yang akan menolong kamu dari azab Allah yang
telah dijanjikan itu?"
Fir'aun memotong pidato orang mukmin itu dengan berkata: "Rancanganku
harus terlaksana dan Musa harus dibunuh. Aku tidak mengemukan kepadamu
melainkan apa yang aku pandang baik dan aku tidak menunjukkan kepadamu
melainkan jalan yang benar, jalan yang akan menyelamatkan kerajaan dan
negara."
Berucap orang mukmin dari keluarga Fir'aun itu melanjutkan: "Sesungguhnya
aku khuatir, jika kamu tetap berkeras kepala dan enggan menempuh jalan yang
benar yang dibawa oleh para nabi-nabi, bahwa kamu akan ditimpa azab dan seksa
yang membinasakan , sebagaimana telah dialami oleh kaum Nuh, kaum Aad, kaum
Tsamud dan umat-umat yang datang sesudah mereka. Apa yang telah dialami oleh
kaum-kaum itu adalah akibat kecongkakan dan kesombongan mereka karena Allah
tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya".
Mukmin itu meneruskan nasihatnya:"Wahai kaumku! Sesungguhnya aku khuatir
kamu akan menerima seksa dan azab Tuhan di hari qiamat kelak, di mana kamu akan
berpaling kebelakang, tidak seorang pun akan dapat menyelamatkan kamu itu dari
seksa Allah. Hai kaum ikutilah nasihatku, aku hanya ingin kebaikan bagimu dan
mengajak kamu ke jalan yang benar. Ketahuilah bahwa kehidupan di dunia ini
hanya merupakan kesenangan sementara, sedangkan kesenangan dan kebahagiaan yang
kekal adalah di akhirat kelak."
Orang mukmin dari keluarga Fir'aun itu tidak dpt mengubah sikap Fir'aun dan
pengikut-pemgikutnya, walaupun ia telah berusaha dengan menggunakan kecekapan
berpidatonya dan susunan kata-katanya yang rapi, lengkap dengan contoh-contoh
dari sejarah umat-umat yang terdahulu yang telah dibinasakan oleh Allah karena
perbuatan dan pembangkangan mereka sendiri.
Fir'aun dan pengikut-pengikutnya bahkan menganjurkan kepada orang mukmin itu,
agar meninggalkan sikapnya yang membela Musa dan menyetujui rancangan jahat
mereka. Ia dinasihat untuk melepaskan pendiriannya yang pro Musa dan
mengabungkan diri dalam barisan mereka menentang Musa dan segala ajarannya. Ia
diancam dengan dikenakan tindakan kekerasan bila ia tidak mahu mengubah sikap
pro kepada Musa secara suka rela.
Berkata orang mukmin itu menanggapi anjuran Fir'aun: "Wahai kaumku, sgt
aneh sekali sikap dan pendirianmu, aku berseru kepada kamu untuk kebaikan dan
keselamatanmu, kamu berseru kepadaku untuk berkufur kepada Allah dan
mempersekutukan-Nya dengan apa yang aku tidak ketahui, sedang aku berseru
kepadamu untuk beriman kepada Allah, Tuhan YAng Maha Esa, Maha Perkasa, lagi
Maha Pengampun. Sudah pasti dan tidak dapat diragukan lagi, bahwa apa yang kamu
serukan kepadaku itu tidak akan menolongku dari murka dan seksa Allah di dunia
mahupun di akhirat. Dan sesungguhnya kamu sekalian akan kembali kepada Allah
yang akan memberi pahala syurga bagi orang-orang yang soleh, bertakwa dan
beriman, sedang orang-orang kafir yang telah melampaui batas akan diberi
ganjaran dengan api neraka. Hai kaumku perhatikanlah nasihat dan peringatanku
ini. Kamu akan menyedari kebenaran kata-kataku ini kelak bila sudah tidak
berguna lagi orang menyesal atau merasa susah karena perbuatan yang telah
dilakukan. Aku hanya menyerahkan urusan ku dan nasibku kepada Allah. Dialah
Yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat perbuatan dan kelakuan
hamba-hamba-Nya."
Bacalah tentang isi cerita di atas dalam surah "Al-A'raaf" ayat 127
sehingga ayat 129 juz 9 dan surah "Al-Mukmin" ayat 28 sehingga ayat
33 dan ayat 38 sehingga ayat 45 juz 24 sebagai berikut :~
"127~ Berkata pembesar-pembesar dari kaum Fir'aun {kepada Fir'aun}:
"Apakah kamu akan membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakkan di
negeri ini {Mesir} dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?" Fir'aun
menjawab: "Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup
perempuan-perempuan mereka dan sesungguhnya kita berkuasa penuh ke atas
mereka". 128~ Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan
kepada Allah dan bersabarlah sesungguhnya bumi {ini} kepunyaan Allah
dipusakakannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan
kesusahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa". 129~ Kaum Musa
berkata: "Kami telah ditindas {oleh Fir'aun} sebelum kamu datang kepada
kami dan sesudah kamu datang." Musa menjawab: "Mudah-mudahan Allah
membinasakan musuh-musuh kamu dan menjadikan kamu khalifah di bumi{-Nya} maka
Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu." { Al-A'raaf : 127 ~ 129 }
"28~ Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut
Fir'aun yang mneyembunyikan imannya berkata: "Apakah kamu akan membunuh
seorang laki-laki karena dia menyatakan "Tuhanku ialah Allah" padahal
dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu.
Dan jika dia seorang pendusta, maka dialah yang menanggung {dosa} dustanya itu
dan jika dia seorang yang benar, nescaya sebahagia {bencana} yang diancamkannya
kepadamu akan menimpamu." Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang
yang melampaui batas lagi pendusta. 29~ Hai kaumku utkmulah kerajaan pada hari
ini dengan berkuasa di muka bumi. Siapakah yang akan menolong kita dari azab
Allah jika azab itu menimpa kita?" Fir'aun berkata: "Aku tidak
mengemukakan kepadamu melainkan apa yang aku pandang baik dan aku tidak menunjukkan
kepadamu selain jalan yang benar." 30~ Dan orang yang beriman itu berkata:
"Hai kaumku sesungguhnya aku khuatir kamu akan ditimpa {bencana} seperti
peristiwa {kehancuran} golongan yang bersekutu, 31~ {yakni} seperti keadaan
kaum Nuh, Aad, Tsamud dan orang-orang yang datang sesudah mereka. Dan Allah
tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya. 32~ HAi kaumku,
sesungguhnya aku khuatir terhadapmu akan seksaan hari panggil-memanggil. 33~
{yaitu} hari {ketika} kamu {lari} berpaling kebelakang, tidak ada bagimu
seseorang pun yang menyelamatkan kamu dari {azab} Allah dan siapa yang
disesatkan Allah nescaya tidak ada baginya seorang pun yang akan memberi
petunjuk." { Al-Mukmin : 28 ~ 33 }
"38~ Orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku ikutilah aku akan
menunjukkan kepadamu jalan yang benar. 39~ Hai kaumku! Sesungguhnya kehidupan
dunia ini hanyalah kesenangan {sementara} dan sesungguhnya akhirat itulah
negeri yang kekal. 40~ Barabg siapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak
akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barang siapa yang
mengerja amal yang soleh baik laki-laki mahupun perempuan sedang ia dalam
keadaan beriman, maka mereka akan masuk syurga, mereka diberi rezeki didalamnya
tanpa hisab. 41~ Hai kaumku! Bagaiman kamu ini, aku menyeru kamu kepada
keselamatan tetapi kamu menyeru aku ke neraka? 42~ {kenapa} kamu menyerukan
supaya kufur kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidakku
ketahui padahal aku menyeru kamu {beriman} kepada Yang Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun?" 43~ Sudah pasti bahwa apa yang kamu seru supaya aku {beriman}
kepadanya tidak dpt memperkenankan seruan apa pun, baik di dunia mahu pun di
akhirat. Dan sesungguhnya kembali kita adalah kepada Allah dan sesungguhnya
orang-orang yang melampaui batas, mrk itulah penghuni neraka. 44~ Kelak kamu
akan ingat kepada apa yang aku katakan kepada kamu. Dan aku menyerahkan urusan
aku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. 45~
Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka dan Fir'aun berserta
kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk." { Al-Mukmin : 38 ~ 45 }
Fir'aun menghina dan mengejek Musa
Selain tindakan kekerasan yang
ditimpakan ke atas Bani Isra'il kaumnya Nabi Musa, Fir'aun melontarkan
penghinaan dan kata-kata ejekan terhadap Nabi Musa dalam usahanya memerangi dan
membendung pengaruh Nabi Musa yang semakin beertambah semenjak ia keluar
sebagai pemenang dalam pertandingan melawan tukang-tukang sihir kaum Fir'aun.
Berkata Fir'aun kepada pembesar-pembesar kerajaannya: "Biarkanlah aku
membunuh Musa dan biarlah ia memohon dari Tuhannya untuk melindunginya. Aku
ingin tahu sampai sejauh mana ia dapat melepaskan diri dari kekuasaanku dan
biarlah ia membuktikan kebenaran kata-kata, bahwa Tuhannya akan melindunginya
dari segala tipu daya musuh-musuhnya."
Dalam lain kesempatan Fir'aun berkata kepada rakyatnya yang sudah diperhambakan
jiwanya, terbiasa memuja-mujanya, mengiakan kata-katanya dan mengaminkan segala
perintahnya: "Hai rakyatku! Tidakkah kamu melihat bahwa aku memiliki
kerajaan Mesir yang megah dan besar ini di mana sungai-sungai mengalir dibawah
telapak kakiku, sungai-sungai yang memberi kemakmuran hidup dan kebahagiaan
hidup bagi rakyatku? Dan tidakkah kamu melihat kekuasaanku yang luas dan
ketaatan rakyatku yang bulat kepadaku? Bukankah aku lebih baik dan lebih agung
dari Musa yang hina-dina itu yang tidak cekap menguraikan isi hatinya dan
menerangkan maksud tujuannya. Megapa Tuhannya tidak memakaikan gelang emas,
sebagaimana lazimnya orang-orang yang diangkat menjadi raja, pemimpin atau
pembesar? Atau mengapa ia tidak diiringi oleh malaikat-malaikat sebagai tanda
kebesarannya dan bukti kebenarannya bahwa ia adalah pesuruh Tuhannya?"
Kelompok orang yang mendengar kata-kata Fir'aun itu dengan serta-merta
mengiyakan dan membenarkan kata-kata rajanya serta menyatakan kepatuhan yang
bulat kepada segala titah dan perintahnya sebagai warga yang setia kepada
rajanya, namun zalim dan fasiq terhadap Tuhannya.
Dalam pd itu kesabaran Nabi Musa sampai pd puncaknya, melihat Fir'aun dan
pembantu-pambantunya tetap berkeras kepala menentang dakwahnya, mendustakan
risalahnya dan makin memperhebatkan tindakan kejamnya terhadap kaum Bani
Isra'il terutama para pengikutnya yang menyembunyikan imannya karena ketakutan
daripada kejaran Fir'aun dan pembalasannya yang kejam dan tidak
berperikemanusiaan. Maka disampaikan oleh Nabi Musa kepada mrk bahwa Allah
tidak akan membiarkan mereka terus-menerus melakukan kekejaman, kezaliman dan
penindasan terhamba-hamba-Nya dan berkufur kepada Allah dan Rasul-Nya. Akan
ditimpakan oleh Allah kepada mereka bila tetap tidak mahu sedar dan beriman
kepada-Nya, bermacam azb dan seksa di dunia semasa hidup mereka sebagai
pembalasan yang nyata!
Berdoalah Nabi Musa, memohon kepada Allah: "Ya Tuhan kami, engkau telah
memberi kepada Fir'aun dan kaum kerabatnya kemewahan hidup, harta kekayaan yang
meluap-luap dan kenikmatan duniawi, yang kesemua itu mengakibatkan mereka
menyesatkan manusia, hamba-hamba-Mu, dari jalan yang Engkau redhai dan tuntunan
yang Engkau berikan. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta-benda mereka dan kunci
matilah hati mereka. Mrk tidak akan beriman dan kembali kepada jalan yang benar
sebelum melihat seksaan-Mu yang pedih."
Berkat doa Nabi Musa dan permohonannya yang diperkenankan oleh Allah, maka
dilandakanlah kerajaan Fir'aun oleh krisis kewangan dan makanan, yang
disebabkan mengeringnya sungai Nil sehingga tidak dapat mengairi sawah-sawah
dan ladang-ladang disamping serangan hama yang ganas yang telah menghabiskan
padi dan gandum yang sudah menguning dan siap untuk diketam.
Belumlagi krisis kewangan dan makanan teratasi datang menyusul bala banjir yang
besar disebabkan oleh hujan yang turun dengan derasnya, sehingga menghanyutkan
rumah-rumah, gedung-gedung dan membinasakan binatang-binatang ternak. Dan
sebagai akibat dari banjir itu berjangkitlah bermacam-macam wabak dan penyakit
yang merisaukan masyarakat seperti hidung berdarah dan lain-lain. Kemudian
datanglah barisan kutu-kutu busuk dan katak-katak yang menyerbu ke dalam
rumah-rumah sehingga mengganggu ketenteraman hidup mereka,menghilangkan
kenikmatan makan, minum dan tidur, disebabkan menyusupnya binatang-binatang itu
ke dalam tempat-tempat tidur, hidangan makanan dan di antara sela-sela pakaian
mereka.
Pada waktu azab menimpa dan bencana-bencana itu sedang melanda berdatanglah
mereka kepada Nabi Musa minta pertolongannya demi kenabiannya, agar memohonkan
kepada Allah mengangkat bala itu dari atas mereka dengan perjanjian bahwa mrk
akan beriman dan menyerahkan Bani Isra'il kepada Nabi Musa sekirannya mereka
dpt ditolong dan terhindar dari azab bala itu.
Akan tetapi begitu bala-bala itu tercabut dari atas mrk dan hilanglah gangguan
yang diakibatkan olehnya, mrk mengingkari janji mereka dan kembali bersikap
memusuhi dan menentang Nabi Musa, seolah-olah apa yang terjadi bukanlah karena
doa dan permohonan Musa kepada Allah tetapi karena hasil usaha mrk sendiri.
Bacalah tentang isi cerita di atas ayat 26 dari surah "Al-Mukmin" ;
ayat 51 sehingga ayat 54 surah "Az-Zukhruf" ; ayat 88 dan 89 surah
"Yunus" dan ayat 130 sehingga ayat 135 surah "Al-A'raaf"
sebagimana berikut :~
"Dan berkata Fir'aun {kepada pembesar-pembesarnya} "Biarlah aku
membunuh Musa, dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya
aku khuatir dia akan menukar agama atau menimbulkan kerusakan di muka
bumi." { Al-Mukmin : 26 }
"Dan Fir'aun berseru kepada kaumnya {seraya} berkata: "Hai kaumku!
Bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan {bukankah} sungai-sungai ini
mengalir dibawahku, maa apakah yang kamu tidak melihatnya? 52~ Bukankah aku
lebih baik dari orang yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan
{perkataannya}? 53~ Mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang emas, atau
malaikat datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya." 54~ Mak Fir'aun
mempergaruhi kaumnya {dengan perkataan itu} lalu mereka patuh kepadanya kerana
sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang fasiq." { Az-Zukhruf : 51 ~ 54 }
"88~ Musa berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi
kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam
kehidupan dunia, Ya Tuhan kami, akibatnya mereka menyesatkan {manusia} dari
jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka dan kunci matilah
hati mereka maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat seksaan yang pedih."
89~ Allah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu
berdua sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah
sesekali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui." { Yunus
: 88 sehingga 89 }
"130~ Dan sesungguhnya Kami telah menghukum {Fir'aun dan} kaumnya dengan
mendatangkan musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya
mereka mengambil pengajaran 131~ Kemudian apabila datang kepada mereka
kemakmuran mereka berkata: "Ini adalah kerana {usaha} kami." Dan jika
mereka ditimpa kesusahan mrk lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan
orang-orang yang berserta dengannya. Ketahuilah sesungguhnya kesialan mereka
itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakkan mereka tidak mengetahui.
132~ Mrk berkata kepada Musa: Bagaiman kamu mendatangkan keterangan kepada kami
untuk menyihir kami dengan keterangan itu, maka sesekali kami tidak akan
beriman kepadamu." 133.~ Maka Kami {Allah} kirimkan kepada mereka taufan,
belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas tetapi mrk tetap
menyombong diri dan mrk adalah kaum yang berdosa. 134~ Dan ketika mrk ditimpa
azab {yang telah diterangkan itu} mereka pun berkata: " Hai Musa,
mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu dengan {perantaraan} kenabian yang
diketahui oleh Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat
menghilangkan azab itu drp kami pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami
biarkan Bani Isra'il pergi bersamamu." 135~ Maka setelah Kami hilangkan
azab itu dari mrk hingga batas waktu yang mrk sampai kepadanya, tiba-tiba mrk
mengingkarinya." { Al-A'raaf : 130 ~ 135 }
Bani Isra'il keluar dari Mesir
Bani Isra'il yang cukup menderita
akibat tindasan Fir'aun dan kaumnya cukup merasakan penganiayaan dan hidup
dalam ketakutan di bawah pemerintahan Fir'aun yang kejam dan bengis itu, pada
akhirnya sedar bahwa Musalah yang benar-benar dikirimkan oleh Allah untuk
membebaskan mereka dari cengkaman Fir'aun dan kaumnya. Maka berduyun-duyunlah
mereka datang kepada Nabi Musa memohon pertolongannya agar mengeluarkan mereka
dari Mesir.
Kemudian bertolaklah rombongan kaum Bani Isra'il di bawah pimpinan Nabi Musa
meninggalkan Mesir menuju Baitul Maqdis. Dengan berjalan kaki dengan cepat
karena takut tertangkap oleh Fir'aun dan bala tenteranya yang mengejar mereka
dari belakang akhirnya tibalah mereka pada waktu fajar di tepi lautan merah
setelah selama semalam suntuk dapat melewati padang pasir yang luas.
Rasa cemas dan takut makin mencekam hati para pengikut Nabi Musa dan Bani
Isra'il ketika melihat laut terbentang di depan mereka sedang dari belakang mrk
dikejar oleh Fir'aun dan bala tenteranya yang akan berusaha mengembalikan
mereka ke Mesir. Mereka tidak meragukan lagi bahwa bila mrk tertangkap, maka
hukuman matilah yang akan mereka terima dari Fir'aun yang zalim itu.
Berkatalah salah seorang dari sahabat Nabi Musa, bernama Yusha' bin Nun:
"Wahai Musa, ke mana kami harus pergi?" Musuh berada di belakang kami
sedang mengejar dan laut berada di depan kami yang tidak dapat dilintasi tanpa
sampan. Apa yang harus kami perbuat untuk menyelamatkan diri dari kejaran
Fir'aun dan kaumnya?"
Nabi Musa menjawab: "Janganlah kamu khuatir dan cemas, perjalanan kami
telah diperintahkan oleh Allah kepadaku, dan Dialah yang akan memberi jalan
keluar serta menyelamatkan kami dari cengkaman musuh yang zalim itu."
Pada saat yang kritis itu, di mana para pengikut Nabi Musa berdebar-debar
ketakutan, seraya menanti tindakan Nabi Musa yang kelihatan tenang sahaja,
turunlah wahyu Allah kepada Nabi-Nya dengan perintah agar memukulkan air laut
dengan tongkatnya. Maka dengan izin Allah terbelah laut itu, tiap-tiap belahan
merupakan seperti gunung yang besar. Di antara kedua belahan air laut itu
terbentang dasar laut yang sudah mengering yang segera di bawah pimpinan Nabi
Musa dilewatilah oleh kaum Bani Isra'il menuju ke tepi timurnya.
Setelah mrk sudah berada di bahagian tepi timur dalam keadaan selamat
terlihatlah oleh mereka Fir'aun dan bala tenteranya menyusuri jalan yang sudah
terbuka di antara dua belah gunung air itu. Kembali rasa cemas dan takut
mengganggu hati mereka seraya memandang kepada Nabi Musa seolah-olah bertanya
apa yang hendak dia lakukan selanjutnya. Dalam pada itu Nabi Musa telah
diilhamkan oleh Allah agar bertenang menanti Fir'aun dan bala tenteranya turun
semua ke dasar laut. Karena takdir Allah tela mendahului bahwa mrk akan menjadi
bala tentera yang tenggelam.
Berkatalah Fir'aun kepada kaumnya tatkala melihat jalan terbuka bagi mereka di
antara dua belah gunung air itu: "Lihat bagaimana lautan terbelah menjadi
dua, memberi jalan kepada kami untuk mengejar orang-orang yang melarikan diri
itu. Mrk mengira bahwa mrk akan dpt melepaskan dari kejaran dan hukumanku. Mrk
tidak mengetahui bahwa perintahku berlaku dan ditaati oleh laut, jgn lagi oleh
manusia. Tidakkah ini semuanya membuktikan bahwa aku adalah yang berkuasa yang
harus disembah olehmu?" Maka dengan rasa bangga dan sikap sombongnya
turunlah Fir'aun dan bala tenteranya ke dasar laut yang sudah mengering itu
melakukan gerak-cepatnya untuk menyusul Musa dan Bani Isra'il yang sudah berada
di tepi bahagian timur sambil menanti hukuman Allah yang telah ditakdirkan
terhamba-hamba-Nya yang kafir itu.
Demikianlah maka setelah Fir'aun dan bala tenteranya berada di tengah-tengah
lautan yang membelah itu, jauh dari ke dua tepinya, tibalah perintah Allah dan
kembalilah air yang menggunung itu menutupi jalur jalan yang terbuka di mana
Fir'aun dengan sombongnya sedang memimpin barisan tenteranya mengejar Musa dan
Bani Isra'il. Terpendamlah mrk hidup-hidup di dalam perut laut dan berakhirlah
riwayat hidup Fir'aun dan kaumnya untuk menjadi kenangan sejarah dan ibrah bagi
generasi- akan datang.
Pada detik-detik akhir hayatnya, seraya berjuang untuk menyelamatkan diri dari
maut yang sudah berada di depan matanya, berkatalah Fir'aun: "Aku percaya
bahwa tiada tuhan selain Tuhan Musa dan Tuhan Bani Isra'il. Aku beriman pada
Tuhan mereka dan berserah diri kepada-Nya sebagai salah seorang muslim."
Berfirmanlah Allah kepada Fir'aun yang sedang menghadapi sakaratul-maut:
"Baru sekarangkah engkau berkata beriman kepada Musa dan berserah diri
kepada-Ku? Tidakkah kekuasaan ketuhananmu dpt menyelamatkan engkau dari maut?
Baru sekarangkah engkau sedar dan percaya setelah sepanjang hidupmu bermaksiat,
melakukan penindasan dan kezaliman terhadap hamba-hamba-Ku dan
berbuat-sewenang-wenang, merusak akhlak dan aqidah manusia-manusia yang berada
di bawah kekuasaanmu. Terimalah sekarang pembalasan-Ku yang akan menjadi
pengajaran bagi orang-orang yang akan datang sesudahmu. Akan Aku apungkan tubuh
kasarmu untuk menjadi peringatan bagi orang-orang yang meragukan akan
kekuasaan-Ku."
Bani Isra'il pengikut-pengikut Nabi Musa masih meragukan kematian Fir'aun. Mrk
masih terpengaruh dengan kenyataan yang ditanamkan oleh Fir'aun semasa ia
berkuasa sebagai raja bahwa dia adalah manusia luar biasa lain drp yang lain
dan bahwa dia akan hidup kekal sebagai tuhan dan tidak akan mati. Khayalan yang
masih melekat pd fikiran mrk menjadikan mrk tidak mahu percaya bahwa dengan
tenggelamnya, Fir'aun sudah mati. Mrk menyatakan kepada Musa bahwa Fir'aun
mungkin masih hidup namun di alam lain.
Nabi Musa berusaha menyakinkan kaumnya bahwa apa yang terfikir oleh mrk tentang
Fir'aun adalah suatu khayalan belaka dan bahwa Fir'aun sebagai orang biasa
telah mati tenggelam akibat pembalasan Allah atas perbuatannya, menentang
kekuasaan Allah mendustakan Nabi Musa dan menindaskan serta memperhambakan Bani
Isra'il. Dan setelah melihat dengan mata kepala sendiri, tubuh-tubuh Firaun dan
orang-orangnya terapung-apung di permukaan air, hilanglah segala tahayul mrk
tentang Fir'aun dan kesaktiannya.
Menurut catatan sejarah, bahwa mayat Fir'aun yang terdampar di pantai
diketemukan oleh orang-orang Mesir, lalu diawet hingga utuh sampai sekarang,
sebagai mana dpt dilihat di muzium Mesir.
Tentang isi cerita yang terurai di atas dapat di baca dalam surah
"Thaha" ayat 77 sehingga 79 ; surah "Asy-Syua'ra" ayat 60
sehingga 68 ; surah "Yunus" ayat 90 sehingga 92 sebagaimana berikut
:~
"77~ Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: "Pergilah kamu
dengan hamba-hamba-Ku {Bani Isra'il} di malam hari, maka buatklah untuk mrk
jalan yang kering di laut itu, kamu tidak usah khuatir akan tersusul dan tidak
usah takut {akan tenggelam}." 78~ Maka Fir'aun dengan bala tenteranya
mengejar mrk, lalu mrk ditutup oleh laut yang menenggelamkan mrk. 79~ Dan
Fir'aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi peetunjuk." { Thaha :
77 ~ 79 }
"60~ Maka Fir'aun dan bala tenteranya dpt menyusuli mrk di waktu matahari
terbit. 61~ Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah
pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul;
sesungguhnya Tuhanku bersertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku. 63~
Lalu Kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu."
Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan itu adalah seperti golongan
yang lain. 65~ Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang bersertanya
semuanya. 66~ Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu. 67~ Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang besar {mukjizat}
dan kebanyakkan mrk tidak beriman. 68~ Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar
Dialah Yang Mulia Perkasa lai Maha Penyayang." { Asy-Syu'ara : 60 ~ 68 }
"90~ Dan Kami memungkinkan Bani Isra'il melintasi lau, lalu mrk diikiti
oleh Fir'aun dan bala tenteranya, karena hendak menganiaya dan menindas
{mereka} hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia:
"Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh
Bani Isra'il dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri {kepada
Allah}." 91~ Apakah sekarang {baru kamu percaya} padahal sesungguhnya kamu
telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat
kerusakkan. 92~ Maka pada hari ini Kami akan selamatkan badanmu supaya kamu
dapat menjadi pengajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan
sesungguhnya kebanyakkan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan
Kami." { Yunus : 90 ~ 92 }
Nabi Musa A.S. dan Bani Isra'il setelah keluar dari Mesir
Dalam perjalanan menuju Thur Sina
setelah melintasi lautan di bahagian utara dari Laut Merah dan setelah mereka
merasa aman dari kejaran Fir'aun dan kaumnya. Bani Isra'il yang dipimpin oleh
Nabi Musa itu melihat sekelompok orang-orang yang sedang menyembah berhala
dengan tekunnya. Berkatalah mrk kepada Nabi Musa: "Wahai Musa, buatlah
untuk kamu sebuah tuhan berhala sebagaimana mrk mempunyai berhala-berhala yang
disembah sebagai tuhan." Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu ini adalah
orang-orang yang bodoh dan tidak berfikiran sihat. Persembahan mereka itu
kepada berhala adalah perbuatan yang sesat dan bathil serta pasti akan
dihancurkan oleh Allah. Patutkah aku mencari tuhan untuk kamu selain Allah yang
telah memberikan kurnia kepada kamu, dengan menyelamatkan kamu dari Fir'aun,
melepaskan kamu dari perhambaannya dan penindasannya serta memberikan kamu
kelebihan di atas umat-umat yang lain.Sesungguhnya suatu permintaan yang aneh
drp kamu, bahwa kamu akan mencari tuhan selain Allah yang demikian besar
nikmatnya atas kamu, Allah pencipta langit dan bumi serta alam semesta. Allah
yang baru saja kamu saksikan kekuasaan-Nya dengan ditenggelamkannya Fir'aun
berserta bala tenteranya untuk keselamatan dan kelangsungan hidupmu."
Perjalanan Nabi Musa dan Bani Isra'il dilanjutkan ke Gurun Sinai di mana panas
matahari sgt teriknya dan sunyi dari pohon-pohon atau bangunan di mana orang
dpt berteduh di bawahnya. Atas permohonan Nabi Musa yang didesak oleh kaumnya
yang sedang kepanasan diturunkan oleh Allah di atas mereka awan yang tebal
untuk mrk bernaung dan berteduh di bawahnya dari panas teriknya matahari. Di
samping itu tatkala bekalan makanan dan minuman mereka sudah berkurangan dan
tidak mencukupi keperluan. Allah menurunkan hidangan makanan "manna"
- sejenis makanan yang manis sebagai madu dan "salwa" - burung
sebangsa puyuh dengan diiringi firman-Nya: "Makanlah Kami dari
makanan-makanan yang baik yang Kami telah turunkan bagimu."
Demikian pula tatkala pengikut-pengikut Nabi Musa mengeluh kehabisan air untuk
minum dan mandi di tempat yang tandus dan kering itu, Allah mewahyukan kepada
Musa agar memukul batu dengan tongkatnya. Lalu memancarlah dari batu yang
dipukul itu dua belas mata air, untuk dua belas suku bangsa Isra'il yang
mengikuti Nabi Musa, masing-masing suku mengetahui sendiri dari mata air mana
mereka mengambil keperluan airnya.
Bani Isra'il pengikut Nabi Musa yang sangat manja itu, merasa masih belum cukup
atas apa yang telah Allah berikan kepada mrk yang telah menyelamatkan mereka
dari perhambaan dan penindasan Fir'aun, memberikan mereka hidangan makanan dan
minuman yang lazat dan segar di tempat yang kering dan tandus mereka menuntut
lagi dari Nabi Musa agar memohon kepada Allah menurunkan bagi mereka apa yang
ditumbuhkan oleh bumi dari rupa-rupa sayur-mayur, seperti ketimun, bawang putih,
kacang adas dan bawang merah karena mereka tidak puas dengan satu macam
makanan.
Terhadap tuntutan mereka yang aneh-aneh itu berkatalah Nabi Musa: "Mahukah
kamu memperoleh sesuatu yang rendah nilai dan harganya sebagai pengganti dari
apa yang lebih baik yang telah Allah kurniakan kepada kamu? Pergilah kamu ke
suatu kota di mana pasti kamu akan dapat apa yang telah kamu inginkan dan kamu
minta."
Pokok cerita tersebut di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah
"Al-A'raaf ayat 138 sehingga 140 dan 160 ; serta surah
"Al-Baqarah" ayat 61 yang berbunyi sebagai berikut :~
"138~ Dan Kami seberangkan Bani Isra'il ke seberang lautan itu, maka
setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala, mereka
{Bani Isra'il} berkata: "Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan
{berhala} sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan {berhala}". Musa
menjawab: "Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui
{sifat-sifat Tuhan}". 139~ Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan
yang dianutnya dan akan batal yang selalu mereka kerjakan. 140~ Musa berkata:
"Patutkah aku mencari tuhan untuk kamu yang selain dari Allah, padahal
Dialah yang telah melebihkan kamu atas segala umat". { Al-A'raaf : 138 ~
140 }
"160~ Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang masing-masingnya
berjumlah besar dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air
kepadanya: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". Maka memancarlah
drpnya dua belas mata air. Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat minum
masing-masing. Dan Kami naungkan Awan di atas mereka dan Kami turunkan kepada
mereka manna dan salwa. {Kami berfirman}: "Makanlah baik-baik dari apa
yang Kami telah rezekikan kepadamu." Mereka tidak menganiaya Kami, tetapi
merekalah yang selalu menganiaya dirinya sendiri." { Al-A'raaf : 160 }
"61~ Dan ingatlah ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak boleh
sabar {tahan} dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami
kepada Tuhanmu, Agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan oleh
bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya dan
bawah merahnya." Musa berkata: "Mahukah kamu mengambil sesuatu yang
rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti
kamu memperolehi apa yang kamu minta." { Al-Baqarah : 61 }
Musa bermunajat dengan Allah
Menurut riwayat sementara ahli
tafsir, bahawasanya tatkala Nabi Musa berada di Mesir, ia telah berjanji kepada
kaumnya akan memberi mereka sebuah kitab suci yang dapat digunakan sebagai
pedoman hidup yang akan memberi bimbingan dan sebagai tuntunan bagaimana cara
mereka bergaul dan bermuamalah dengan sesama manusia dan bagaimana mereka harus
melakukan persembahan dan ibadah mereka kepada Allah. Di dalam kitab suci itu
mereka akan dapat petunjuk akan hal-hal yang halal dan haram, perbuatan yang
baik yang diredhai oleh Allah di samping perbuatan-perbuatan yang mungkar yang
dapat mengakibatkan dosa dan murkanya Tuhan.
Maka setelah perjuangan menghadapi Fir'aun dan kaumnya yang telah tenggelam
binasa di laut, selesai, Nabi Musa memohon kepada Allah agar diberinya sebuah
kitab suci untuk menjadi pedoman dakwah dan risalahnya kepada kaumnya. Lalu
Allah memerintahkan kepadanya agar untuk itu ia berpuasa selama tiga puluh hari
penuh, iaiut semasa bulan Zulkaedah. Kemudian pergi ke Bukit Thur Sina di mana
ia akan diberi kesempatan bermunajat dengan Tuhan serta menerima kitab penuntun
yang diminta.
Setelah berpuasa selama tiga puluh hari penuh dan tiba saat ia harus menghadap
kepada Allah di atas bukit Thur Sina Nabi Musa merasa segan akan bermunajat
dengan Tuhannya dalam keadaan mulutnya berbau kurang sedap akibat puasanya.
Maka ia menggosokkan giginya dan mengunyah daun-daunan dalam usahanya
menghilangkan bau mulutnya. Ia ditegur oleh malaikat yang datang kepadanya atas
perintah Allah. Berkatalah malaikat itu kepadanya: "Hai Musa, mengapakah
engkau harus menggosokkan gigimu untuk menghilangkan bau mulutmu yang menurut
anggapanmu kurang sedap, padahal bau mulutmu dan mulut orang-orang yang
berpuasa bagi kami adalah lebih sedap dan lebih wangi dari baunya kasturi. Maka
akibat tindakanmu itu, Allah memerintahkan kepadamu berpuasa lagi selama
sepuluh hari sehingga menjadi lengkaplah masa puasamu sepanjang empat puluh
hari."
Nabi Musa mengajak tujuh puluh orang yang telah dipilih diantara pengikutnya
untuk menyertainya ke bukit Thur Sina dan mengangkat Nabi Harun sebagai
wakilnya mengurus serta memimpin kaum yang ditinggalkan selama kepergiannya ke
tempat bermunajat itu.
Pada saat yang telah ditentukan tibalah Nabi Musa seorang diri di bukit Thur
Sina mendahului tujuh puluh orang yang diajaknya turut serta. Dan ketika ia
ditanya oleh Allah: "Mengapa engkau datang seorang diri mendahului kaummu,
hai Musa?" Ia menjawab: "Mereka sedang menyusul di belakangku, wahai
Tuhanku. Aku cepat-cepat datang lebih dahulu untuk mencapai redha-Mu."
Berkatalah Musa dalam munajatnya dengan Allah: "Wahai Tuhamku,
nampakkanlah zat-Mu kepadaku, agar aku dapat melihat-Mu"
Allah berfirman: "Engkau tidak akan sanggup melihat-Ku, tetapi cubalah
lihat bukit itu, jika ia tetap berdiri tegak di tempatnya sebagaimana sedia
kala, maka nescaya engkau akan dapat melihat-Ku." Lalu menolehlah Nabi
Musa mengarahkan pandangannya kejurusan bukit yang dimaksudkan itu yang
seketika itu juga dilihatnya hancur luluh masuk ke dalam perut bumi tanpa
menghilangkan bekas. Maka terperanjatlah Nabi Musa, gementarlah seluruh
tubuhnya dan jatuh pengsan.
Setelah ia sedar kembali dari pengsannya, bertasbih dan bertahmidlah ia seraya
memohon ampun kepada Allah atas kelancangannya itu dan berkata: "Maha
Besarlah Engkau wahai Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah taubatku dn aku akan
menjadi orang yang pertama beriman kepada-Mu."
Dalam kesempatan bermunajat itu, Allah menerimakan kepada Nabi Musa kitab suci
"Taurat" berupa kepingan-kepingan batu-batu atau kepingan kayu
menurut sementara ahli tafsir yang di dalamnya tertulis segala sesuatu secara
terperinci dan jelas mengenai pedoman hidup dan penuntun kepada jalan yang
diredhai oleh Allah.
Allah mengiring pemberian "Taurat" kepada Musa dengan firman-Nya:
"Wahai Musa, sesungguhnya Aku telah memilih engkau lebih dari
manusia-manusia yang lain di masamu, untuk membawa risalah-Ku dan menyampaikan
kepada hamba-hamba-Ku. Aku telah memberikan kepadamu keistimewaan dengan dapat
bercakap-cakap langsung dengan Aku, maka bersyukurlah atas segala kurnia-Ku
kepadamu dan berpegang teguhlah pada apa yang Aku tuturkan kepadamu. Dalam
kitab yang Aku berikan kepadamu terhimpun tuntunan dan pengajaran yang akan
membawa Bani Isra'il ke jalan yang benar, ke jalan yang akan membawa
kebahagiaan dunia dan akhirat bagi mereka. Anjurkanlah kaummu Bani Isra'il agar
mematuhi perintah-perintah-Ku jika mereka tidak ingin Aku tempatkan mereka di
tempat-tempat orang-orang yang fasiq."
Bacalah tentang kisah munajat Nabi Musa ini, surah "Thaha" ayat 83
dan 84 dan surah "Al-a'raaf" ayat 142 sehingga ayat 145 sebagaimana
berikut :~
"83~ Mengapa kamu datang lebih cepat daripada kaummu, hai Musa?" 84~
Berkata Musa: "Itulah mereka sedang menyusuli aku dan aku bersegera
kepadamu ya Tuhanku, agar supaya Engkau redha kepadaku." { Thaha : 83 ~ 84
}
"142~ Dan Kami telah janjikan kepada Musa {memberikan Taurat} sesudah
berlalu waktu tiga puluh malam dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan
sepuluh {malam lagi}, maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya
empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya, yaitu Harun: "Gantilah
aku dalam {memimpin} kaumku dan perbaikilah dan janganlah kamu mengikuti jalan
orang-orang yang membuat kerusakkan". 143~ Dan tatkala Musa datang untuk
{munajat} dengan {Kami} pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah
berfirman {langsung} kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku nampakkanlah
{Zat Engkau} kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau." Tuhan
berfirman: "Kamu sesekali tidak sanggup melihat-Ku, tetapi melihatlah ke
bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya {sebagai sediakala} nescaya kamu
dapat melihat-Ku." Tatkala Tuhannya nampak bagi gunung itu, kejadian itu
menjadikan gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pengsan. Maka setelah
Musa sedar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat
kepada-Mu dan aku orang yang pertama beriman." 144~ Allah berfirman:
"Hai Musa sesungguhnya Aku memilih kamu lebih dari manusia yang lain {di
masamu} untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku sebab
itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu
termasuk orang-orang yang bersyukur." 145~ Dan Kami telah tuliskan untuk
Musa luluh {Taurat} segala sesuatu sebagai pengajaran bagi sesuatu. Maka Kami
berfirman: "Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu
berpegang kepada {perintah-perintahnya} yang sebaik-baiknya, nanti Aku akan
memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasiq." { Al-A'raaf: 142 ~
145 }
Bani Isra'il kembali menyembah
patung anak lembu
Nabi Musa berjanji kepada Bani
Isra'il yang ditinggalkan di bawah pimpinan Nabi Harun bahwa ia tidak akan
meninggalkan mereka lebih lama dari tiga puluh hari, dalam perjalananya ke Thur
Sina untuk berminajat dengan Tuhan. Akan tetapi berhubung dengan adanya
perintah Allah kepada Musa untuk melengkapi jumlah hari puasanya menjadi empat
puluh hari, maka janjinya itu tidak dapat ditepati dan kedatangannya kembali ke
tengah-tengah mereka tertunda menjadi sepuluh hari lebih lama drp yang telah
dijanjikan.
Bani Isra'il merasa kecewa dan menyesalkan kelambatan kedtgan Nabi Musa kembali
ke tengah-tengah mrk. Mrk menggerutu dan mengomel dengan melontarkan kata-kata
kepada Nabi Musa seolah-olah ia telah meninggalkan mrk dalam kegelapan dan
dalam keadaan yang tidak menentu. Mrk merasa seakan-akan telah kehilangan
pimpinan yang biasanya memberi bimbingan dan petunjuk-petunjuk kepada mrk.
Keadaan yang tidak puas dan bingung yang sedang meliputi kelompok Bani Isra'il
itu, digunakan oleh seprg munafiq, bernama Samiri yang telah berhasil menyusup
ke tengah-tengah mrk, sebagai kesempatan yang baik untuk menyebarkan benih
syiriknya dan merusakkan akidah para pengikut Nabi Musa yang baru saja menerima
ajaran tauhid dan iman kepada Allah. Samiri yang munafiq itu menghasut mrk
dengan kata-kata bahwa Musa telah tersesat dalam tugasnya mencari Tuhan bagi mereka
dan bahawa dia tidak dapat diharapkan kembali dan karena itu dianjurkan oleh
Samiri agar mereka mencari tuhan lain sebagai ganti dari Tuhan Musa.
Samiri melihat bahwa hasutan itu dapat menggoyahkan iman dan akidah
pengikut-pengikut Musa yang memang belum meresapi benar ajaran tauhidnya segera
membuat patung bagi mereka untuk disembah sebagai tuhan pengganti Tuhannya Nabi
Musa. PAtung itu berbentuk anak lembu yang dibuatnya dari emas yang dikumpulkan
dari perhiasan-perhiasan para wanita. Dengan kepandaian tektiknya patung itu
dibuat begitu rupa sehingga dapat mengeluarkan suara menguap seakan-akan anak
lembu sejati yang hidup. Maka diterimalah anak patung lembu itu oleh Bani
Isra'il pengikut Nabi Musa yang masih lemah iman dan akidahnya itu sebagai tuhan
persembahan mereka.
Ditegurlah mereka oleh Nabi Harun yang berkata: "Alangkah bodohnya kamu
ini! Tidakkah kamu melihat anak lembu yang kamu sembah ini tidak dapat
bercakap-cakap dengan kamu dan tidak pula dapat menuntun kamu ke jalan yang
benar. Kamu telah menganiaya diri kamu sendiri dengan menyembah pada sesuatu
selain Allah."
Teguran Nabi Harun itu dijawab oleh mereka yang telah termakan hasutan Samiri
itu dengan kata-kata: "Kami akan tetap berpegang pada anak lembu ini
sebagai tuhan persembahan kami sampai Musa kembali ke tengah-tengah kami."
Nabi Harun tidak dapat berbuat banyak menghadapi kaumnya yang telah berbalik
menjadi murtad itu, karena ia khuatir kalau mereka dihadapi dengan sikap yang
keras, akan terjadi perpecahan di antara mereka dan akan menjadi keadaan yang
lebih rumit dan gawat sehingga dapat menyulitkan baginya dan bagi Nabi Musa
kelak bila ia datang untuk mencarikan jalan keluar dari krisis iman yang
melanda kaumnya itu. Ia hanya memberi peringatan dan nasihat kepada mereka
sambil menanti kedatangan Musa kembali dari Thur Sina.
Dalam pada itu, Nabi Musa setelah selesai bermunajat dengan Tuhan dan dalam
perjalanannya kembali ke tempat di mana kaumnya sedang menunggu memperolehi
isyarat tentang apa yang telah terjadi dan dialami oleh Nabi Harun selama
ketiadaannya. Nabi Musa sgt marah dan sedih hati tatkala ia tiba di tempat dan
melihat kaumnya sedang berpesta mengelilingi anak patung lembu emas,
menyembahnya dan memuji-mujinya. Dan karena sgt marah dan sedihnya ia tidak
dapat menguasai dirinya, kepingan-kepingan Taurat dilemparkan berantakan. Harun
saudaranya dipegang rambut kepalanya ditarik kepadanya seraya berkata menegur:
"Apa yang engkau buat tatkala engkau melihat mereka tersesat dan terkena
oleh hasutan dan fitnahan Samiri? Tidakkah engkau mematuhi perintahku dan
pesanku ketika aku menyerahkan mereka kepadamu untuk engkau pimpin? Tidakkah
engkau berdaya melawan hasutan Samiri dengan memberi petunjuk dan penerangan
kepada mereka dan mengapa engkau tidak cepat memadamkan api kemurtadan ini
sebelum menjadi besar begini?"
Harun berkata menanggapi teguran Musa: "Hai anak ibuku, janganlah engkau
memegang jangut dan rambut kepalaku, menarik-narikku. Aku telah berusaha
memberi nasihat dan teguran kepada mereka, namun mereka tidak mengindahkan
kata-kataku. Mereka menganggapkan aku lemah dan mengancam akan membunuhku. Aku
khawatir jika aku menggunakan sikap dan tindakan yang keras, akan terjadi
perpecahan dan permusuhan di antara sesama kita, hal mana akan menjadikan
engkau lebih marah dan sedih. Lepaskanlah aku dan janganlah membuatkan
musuh-musuhku bergembira melihat perlakuanmu terhadap diriku. Janganlah
disamakan aku dengan orang-orang yang zalim."
Setelah mereda rasa jengkel dan sedihnya dan memperoleh kembali ketenangannya,
berkatalah Nabi Musa kepada Samiri, orang munafiq yang menjadi biang keladi
dari kekacauan dan kesesatan itu: "Hai Samiri, apakah yang mendorongmu
menghasut dan menyesatkan kaumku, sehingga mereka kembali menjadi murtad,
menyembah patung yang engkau buatkan dari emas itu?"
Samiri menjawab: "Aku telah melihat sesuatu yang mereka tidak melihatnya.
Aku telah melihat kuda malaikat Jibril. aku mengambil segenggam tanah bekas
jejak telapak kakinya itu, lalu aku lemparkannya ke dalam emas yang mencair di
atas api dan terjadilah patung anak lembu yang dapat menguak, mengeluarkan
suara sebagaimana anak lembu biasa.Demikianlah hawa nafsuku membujukku untuk
berbuat itu."
Berkata Nabi Musa kepada Samiri: "Pergilah engkau dan jauhilah pergaulan
manusia sebab karena perbuatan kamu itu engkau harus dipencilkan dan menjadi
tabu {sesuatu yang terlarang} jika disentuh atau menyentuh seseorang ia akan
menderita sakit demam panas. Ini adalah ganjaranmu di dunia, sedang di akhirat
nerakalah akan menjadi tempatmu. Dan tuhanmu yang engkau buat dan sembah ini
kami akan bakar dan campakkannya ke dalam laut."
Kemudian berpalinglah Nabi Musa kepada kaumnya berkata: "Hai kaumku,
alangkah buruknya perbuatan yang kamu telah kerjakan setelah kepergianku!
Apakah engkau hendak mendahului janji Tuhanmu? Bukankah Tuhanmu telah
menjanjikan kepadamu janji yang baik, berupa kitab suci? Ataukah engkau
menghendaki kemurkaan Tuhan menimpa atas dirimu, karena perbuatanmu yang buruk
itu dan perlanggaranmu terhadap perintah-perintah dan ajaran-ajaranku."
Kaum Musa menjawab: "Kami tidak sesekali melanggar perjanjianmu dengan
kemahuan kami sendiri, akan tetapi kami disuruh membawa beban-beban perhiasan
yang berat kepunyaan orang Mesir yang atas anjuran Samiri kami lemparkan ke
dalam api yang sedang menyala. Kemudian perhiasan-perhiasan yang kami lemparkan
itu menjelma menjadi patung anak lembu yang bersuara, sehingga dapat
menyilaukan mata kepala kami dan menggoyahkan iman yang sudah tertanam di dalam
dada kami."
Berkata Musa kepada mrk: "Sesungguhnya kamu telah berbuat dosa besar dan
menyia-nyiakan dirimu sendiri dengan menjadikan patung anak lembu itu sebagai
persembahanmu, maka bertaubatlah kamu kepada Tuhan, Penciptamu dan Pencipta
alam semesta dan mohonlah ampun drpnya agar Dia menunjukkan kembali kepada
jalan yang benar."
Akhirnya kaum Musa itu sedar atas kesalahannya dan mengakui bahwa mereka telah
disesatkan oleh syaitan dan memohon ampun dan rahmat Allah agar selanjutnya
melindungi mereka dari godaan syaitan dan iblis yang akan merugikan mereka di
dunia dan akhirat. Demikian pula Nabi Musa beristighfar memohon ampun baginya
dan bagi Harun saudaranya setalah ternyata bahwa ia tidak melalaikan tugasnya
sebagai wakil Musa dalam menghadapi krisis iman yang dialami oleh kaumnya.
Berdoa Musa kepada Tuhannya: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan
masukkanlah kami berdua ke dalam lingkaran rahmat-Mu sesungguhnya Engkaulah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Setelah suasana yang meliputi hubungan Musa dengan Harun di satu pihak dan
hubungan mereka berdua dengan kaumnya di lain pihak menjadi tenang kembali,
kepingan-kepingan Taurat yang bertaburan sudah dihimpun dan disusun sebagaimana
asalnya, maka Allah memerintahkan kepada Musa agar membawa sekelompok dari
kaumnya menghadap untuk meminta ampun atas dosa mereka menyembah patung anak
lembu.
Tujuh puluh orang dipilih oleh Nabi Musa di antara kaumnya untuk diajak pergi
bersama ke Thur Sina memenuhi perintah Allah meminta ampun atas dosa kaumnya.
Mereka diperintahkan untuk keperluan itu agar berpuasa, mensucikan diri,
pakaian mereka dan pada waktu yang telah ditentukan berangkatlah Nabi Musa
bersama tujuh puluh orang itu menuju ke bukit Thur Sina.
Setiba mereka di Thur Sina turunlah awan yang tebal meliputi seluruh bukit,
kemudian masuklah Nabi Musa diikuti para pengikutnya ke dalam awan gelap itu
dan segera mereka bersujud. Dan sementara bersujud terdengarlah oleh kelompok
tujuh puluh itu percakapan Nabi Musa dengan Tuhannya. Pada saat itu timbullah
dalam hati mereka keinginan untuk melihat Zat Allah dengan mata kepala mereka
setelah mendengar percakapan-Nya dengan telinga.Maka setelah selesai Nabi Musa
bercakap-cakap dengan Allah berkatalah mereka kepadanya: "Kami tidak akan
beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang." Dan sebagai
jawapan atas keinginan mereka yang menunjukkan keingkaran dan ketakaburan itu,
Allah seketika itu juga mengirimkan halilintar yang menyambar dan merenggut
nyawa mereka sekaligus.
Nabi Musa merasa sedih melihat nasib fatal yang menimpa kelompok tujuh puluh
orang yang merupakan orang-orang yang terbaik di antara kaumnya. Ia berseru
memohon kepada Allah agar diampuni dosa mereka seraya berkata: "Wahai
Tuhanku, aku telah pergi ke Thur Sina dengan tujuh puluh orang yang terbaik di
antara kaumku kemudian aku akan kembali seorang diri, pasti kaumku tidak akan
mempercayaiku. Ampunilah dosa mereka, wahai Tuhanku dan kembalilah kepada
mereka nikmat hidup yang Engkau telah cabut sebagai pembalasan atas keinginan
dan permintaan mereka yang durhaka itu."
Alah memperkenankan doa Musa dan permohonannya dengan dihidupkan kembali
kelompok tujuh puluh orang itu, maka bangunlah mereka seakan-akan orang yang
baru sedar dari pengsannya. Kemudian pada kesempatan itu Nai Musa mengambil
janji dari mereka bahwa mereka akan berpegangan teguh kepada kitab Taurat
sebagai pedoman hidup mereka melaksanakan perinta-perintahnya dan menjauhi
segala apa yang dilarangnya.
Pokok cerita yang dihuraikan
di atas, dikisahkan oleh Al-Quran dalam banyak tempat, di antaranya surah
"Thaha" ayat 85 sehingga 98, surah "Al-A'raaf ayat 149, 151,
154, 155 dan surah "Al-Baqarah" ayat 55, 56, 63 dan 64 sebagai
berikut :~
"85~ Allah berfirman: "Maka sesungguuhnya Kami telah menguji kaummu
sesudah kamu tinggalkan dan mereka telah disesatkan oleh Samiri." 86~
Kemudian Musa kembali kepada kaumnya, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan
kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu
bagimu atau kamu melanggar perjanjian dengan aku?" 87~ Mereka berkata:
"Kami sesekali tidak melanggar perjanjian kamu dengan kemahuan kami
sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka
kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya." 88~
Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mrk anak lembu yang bertubuh dan bersuara,
maka mereka berkata: "Inilah tuhanmu dan tuhan Musa tetapi Musa telah
lupa." 89~ Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahawapatung anak lembu
itu tidak dapat memberi jawapan kepada mereka dan tidak dapat memberi
kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfaatan? 90~ Dan sesungguhnya
Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya: " Hai kaumku, sesungguhnya
kamu itu hanya diberi cubaan dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Tuhanmu
ialah Tuhan Yang Maha Pemurah maka ikutilah aku dan taatilah perintahku."
91~ Mereka menjawab: "Kami akan tetap menyambah patung anak lembu ini,
hingga Musa kembali kepada kami." 92~ Berkata Musa: "Hai Harun, apa
yang menghalangi kamu ketika kamu melihat telah tersesat, 93~ {sehingga} kamu
tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah sengaja mendurhakai
perintahku?" 94~ Harun menjawab: "Hai putera ibuku, janganlah kamu
pegang jangutku dan jangan pula kepalaku; sesungguhnya aku khuatir bahawa kamu
akan berkata {kepadaku}: " Kamu telah memecah antara Bani Isra'il dan kamu
tidak memelihara amanatku." 95~ Berkatalah Musa: "Apakah yang
mendorongmu {berbuat demikian} hai Samiri?" 96~ Samiri menjawab: "Aku
mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya maka aku ambil segenggam
aari jejak rasul, lalu aku melemparkannya dan demikianlah nafsuku membujukku."
97~ berkata Musa: "Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagi kamu di dalam
kehidupan di dunia ini hanya dapat menyatakan : Janganlah menyantuh
{aku}." Dan sesungguuhnya bagimu hukuman {di akhirat} yang kami sesekali
tidak dapat menghindarinya dan lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap
menyembahnya. Sesungguhnya kami akan membakarnya kemudian kami sesungguhnya
akan menghamburkannya ke dalam laut {berupa abu yang berserakan} 98~
Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya
meliputi segala sesuatu." { Thaha : 85 ~ 98 }
"149~ Dan setelah mereka sgt menyesali perbuatanya dari mengetahui bahwa
mereka telah sesat, mereka pun berkata: "Sesungguhnya jika Tuhan kami
tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami pastilah kami
menjadi orang-orang yang rugi." { Al-A'raaf : 149 }
"151~ Musa berdoa: "Ya Tuhanku ampunilah aku dan saudaraku dan
masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau dan Engkau adalah Maha Penyayang di
antara para Penyayang." { Al-A'raaf : 151 }
"154~ Sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu diambilnya kembali luh-luh
{Taurat} itu; dan dalam tulisannya terdpt petunjuk dan rahmatbutk orang-orang
yang takut kepada Tuhannya. 155~ Dan Musa memilih tujuh puluh orang dari
kaumnya untuk {memohonkan taubat kepada Kami} pada waktu yang telah Kami
tentukan. Mak ketika mereka digoncang genpa bumi Musa berkata: "Ya
Tuhanku! kalau Engkau kehendaki tentulah Engkau telah membinasakan mereka dan
aku sebelum ini. Apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang
yang krg akal di antara kami? Itu hanyalah cubaan dari Engkau, Engkau sesatkan
dengan cubaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada
siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah yang memimpin kami maka ampunilah kami
dan berikanlah kepada kami rahmat dan Engkaulah Pemberi ampun
sebaik-baiknya." { Al-A'raaf : 154 ~ 155 }
"55~ Dan {ingatlah} ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak akan
beriman kepadamu, sebelum kami melihat Allah dengan terang karena itu kamu
disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya" 56~ Setelah itu Kami
bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur." { Al-Baqarah :
55 ~ 56 }
"63~ Dan {ingatlah} ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kmai
angkatkan gunung { Thur Sina } di atas {seraya Kami berfirman} :
"Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu
apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertakwa. Kemudian kamu berpaling setelah
{adanya perjanjian} itu, maka kalau tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya
atasmu, nescaya kamu tergolong orang yang rugi." { Al-Baqarah : 63 ~ 64 }
Bani Isra'il mengembara tidak berketentuan tempat tinggalnya
Tidak kurang-kurang kurniaan Allah
yang diberikan kepada kaum Bani Isra'il. Mereka telah dibebaskan dari kekuasaan
Fir'aun yang kejam yang telah menindas dan memperhambakan mereka berabad-abad
lamanya. Telah diperlihatkan kepada mereka bagaimana Allah telah membinasakan
Fir'aun , musuh mereka tenggelam di laut. Kemudian tatkala mereka berada di
tengah-tengah padang pasir yang kering dan tandus, Allah telah memancarkan air
dari sebuah batu dan menurunkan hidangan makanan "Manna dan Salwa"
bagi keperluan mereka.
Di samping itu Allah mengutuskan beberapa orang rasul dan nabi dari kalangan
mererka sendiri untuk memberi petunjuk dan bimbingan kepada mereka. Akan tetapi
kurnia dan nikmat Allah yang susul-menyusul yang diberikan kepada mereka,
tidaklah mengubah sifat-sifat mereka yang tidak mengenal syukur, berkeras
kepala dan selalu membangkang terhadap perintah Allah yang diwahyukan kepada
rasul-Nya.
Demikianlah tatkala Allah mewahyukan perintah-Nya kepada Nabi Musa untuk
memimpin kaumnya pergi ke Palestin, tempat suci yang telah dijanjikan oleh
Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menjadi tempat tinggal anak cucunya, mereka
membangkang dan enggan melaksanankan perintah itu. Alasan penolakan mereka
ialah karena mereka harus menghadapi suku "Kana'aan" yang menurut
anggapan mereka adalah orang-orang yang kuat dan perkasa yang tidak dapat
dikalahkan dan diusir dengan aduan kekuatan. Mereka tidak mempercayai janji
Allah melalui Musa, bahwa dengan pertolongan-Nya mereka akan dapat mengusir
suku Kan'aan dari kota Ariha untuk dijadikan tempat pemukiman mereka
selama-lamanya.
Berkata mereka tanpa malu, menunjuk sifat pengejutnya kepada Musa: "Hai
Musa, kami tidak akan memasuki Ariha sebelum orang-orang suku Kan'aan itu
keluar. KAmi tidak berdaya menghadapi mereka dengan kekuatan fizikal kerana
mereka telah terkenal sebagai orang-orang yang kuat dan perkasa. Pergilah
engkau berserta Tuhanmu memerangi dan mengusir orang-orang suku Kan'aan itu dan
tinggalkanlah kami di sini sambil menanti hasil perjuanganmu."
Naik pitamlah Nabi Musa melihat sikap kaumnya yang pengecut itu yang tidak mau
berjuang dan memeras keringat untuk mendapat tempat pemukiman tetapi ingin
memperolehnya secara hadiah atau melalui mukjizat sebagaimana mereka telah
mengalaminya dan banyak peristiwa. Dan yang menyedihkan hati Musa ialah
kata-kata mengejek mereka yang menandakan bahwa dada mereka masih belum bersih
dari benih kufur dan syirik kepada Allah.
Dalam keadaan marah setelah mengetahui bahawa tiada seorang drp kaumnya yang
akan mendampinginya melaksanakan perintah Allah itu, berdoalah Nai Musa kepada
Allah: "Ya Tuhanku, aku tidak menguasai selain diriku dan diri saudaraku
Harun, maka pisahkanlah kami dari orang-orang yang fasiq yang mengingkari
nikmat dan kurnia-Mu."
Sebagaimana hukuman bagi Bani Isra'il yang telah menolak perintah Allah
memasuki Palestin, Allah mengharamkan negeri itu atas mereka selama empat puluh
tahun dan selama itu mereka akan mengembara berkeliaran di atas bumi Allah
tanpa mempunyai tempat mukim yang tetap. Mereka hidup dalam kebingungan sampai
musnahlah mereka semuanya dan datang menyusul generasi baru yang akan mewarisi
negeri yang suci itu sebagaimana yang telah disanggupkan oleh Allah kepada Nabi
Ibrahim a.s.
Pokok cerita tersebut di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah
"Al-Maidah ayat 20 sehingga ayat 26 sebagaimana berikut :
"20~ Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku,
ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan
dijadikannya kamu orang-orang merdeka dan diberi-Nya kepada mu apa yang belum
pernah diberi-Nya kepada seorang pun di antara umat-umat yang lain." 21~
HAi kaumku, masuklah ke tanah suci {Palestin} yang telah ditentukan oleh Allah
bagimu dan janganlah kamu lari kebelakang {karena takut kepada musuh} maka kamu
akan menjadi orang-orang yang rugi. 22~ Mereka berkata: "Hai Musa,
sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa sesungguhnya
kami tidak sesekali akan memasukinya sebelum mereka keluar drpnya. Jika mereka
keluar drpnya, pasti kami akan memasukinya" 23~ Berkatalah dua orang di
antara orrg-orang yang takut {kepada Allah} yang Allah telah memberi nikmat
atas keduanya: " Serbulah mereka melalui pintu gerbang {kota} itu, maka
bila kamu memasukinya nescaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah
hendaklah kamu bertawakkal, jika kamu orang-orang yang beriman." 24~
Mereka berkata: "Hai Musa, kami sesekali tidak akan memasuki selama-lamanya
selagi mereka ada di dalamnya karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu dan
berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini
saja." 25~ Berkata Musa: "Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali
diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan
orang-orang yang fasiq itu." 26~ Allah berfirman : {Jika demikian} maka
sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun {selama
itu} mereka akan berpusing-pusing kebingungan di bumi itu. Maka janagnlah kamu
bersedih hati {memikirkan nasib} orang-orang yang fasiq itu." { Al-Maidah
: 20 ~ 26 }
Kisah sapi Bani Isra'il
Salah satu dari beberapa mukjizat
yang telah dinerikan oleh Allah kepada Nabi Musa ialah penyembelihan sapi yang
terkenal dengan sebutan sapi Bani ISra'il.
Dikisahkan bahwa ada seorang anak laki-laki putera tunggal dari seorang
kaya-raya memperolehi warisan harta peninggalan yang besar dari ayahnya yang
telah wafat tanpa meninggalkan seorang pewaris selain putera tunggalnya itu.
Saudara-saudara sepupu dari putera tunggal itu iri hati dan ingin menguasai
harta peninggalan yang besar itu atau setidak-tidaknya sebahagian daripadanya.
Dan kerana menurut hukum yang berlaku pada waktu itu yang tidak memberikan hak
kepada mereka untuk memperoleh walau sebahagian dari peninggalan bapa saudara
mereka , mereka bersekongkol untuk membunuh saudara sepupu pewaris itu,
sehingga bila ia sudah mati hak atau warisan yang besar itu akan jatuh kepada
mereka.
Pembunuh atas pewaris sah itu dilaksanakan menurut rencana yang tersusun rapi
kemudian datanglah mereka kepada Nabi Musa melaporkan, bahwa mereka telah
menemukan saudara sepupunya mati terbunuh oleh seorang yang tidak dikenal
identitinya mahupun tempat di mana iamenyembunyikan diri. Mereka mengharapkan Nabi
Musa dapat menyingkap tabir yang menutupi peristiwa pembunuhan itu serta
siapakah gerangan pembunuhnya.
Utk keperluan itu, Nabi Musa memohon pertolongan Allah yang segera menwahyukan
perintah kepadanya agar ia menyembelih seekor sapi dan dengan lidah sapi yang
disembelih itu dipukullah mayat sang korban yang dengan izin Allah akan bangun
kembali memberitahukan siapakah sebenarnya yang telah melakukan pembunuhan atas
dirinya.
Tatkala Nabi Musa menyampaikan cara yang diwahyukan oleh Allah itu kepada kaumnya
ia ditertawakan dan diejek karena akal mereka tidak dapat menerima bahwa hal
yang sedemikian itu boleh terjadi. Mereka lupa bahwa Allah telah berkali-kali
menunjukkan kekuasaan-Nya melalui mukjizat yang diberikan kepada Musa yang
kadang kala bahkan lebih hebat dan lebih sukar untuk diterima oleh akal manusia
berbanding mukjizat yang mereka hadapi dalam peristiwa pembunuhan pewaris itu.
Berkata mereka kepada Musa secara mengejek: "Apakah dengan cara yang
engkau usulkan itu, engkau bermaksud hendak menjadikan kami bahan ejekan dan
tertawaan orang? Akan tetapi kalau memang cara yang engkau usulkan itu adalah
wahyu, maka cubalah tanya kepada Tuhanmu, sapi betina atau jantankah yang harus
kami sembelih? Dan apakah sifat-sifatnya serta warna kulitnya agar kami tidak
dapat salah memilih sapi yang harus kami sembelih?"
Musa menjawab: "Menurut petunjuk Allah, yang harus disembelih itu ialah
sapi betina berwarna kuning tua, belum pernah dipakai untuk membajak tanah atau
mengairi tanaman tidak cacat dan tidak pula ada belangnya."
Kemudian dikirimkanlah orang ke pelosok desa dan kampung-kampung mencari sapi
yang dimaksudkan itu yang akhirnya diketemukannya pd seorang anak yatim piatu
yang memiliki sapi itu sebagai satu-satunya harta peninggalan ayahnya serta
menjadi satu-satunya sumber nafkah hidupnya. Ayah anak yatim itu adalah seorang
fakir miskin yang soleh, ahli ibadah yang tekun yang pada saat mendekati waktu
wafatnya, berdoalah kepada Allah memohon perlindungan bagi putera tunggalnya
yang tidak dapat meninggalkan warisan apa-apa baginya selain seekor sapi itu.
Maka berkat doa ayah yang soleh itu terjuallah sapi si anak yatim itu dengan
harga yang berlipat ganda karena memenuhi syarat dan sifat-sifat yang
diisyaratkan oleh Musa untuk disembelih.
Setelah disembelih sapi yang dibeli dari anak yatim itu, diambillah lidahnya
oleh Nabi Musa, lalu dipukulkannya pada tubuh mayat, yang seketika bangunlah ia
hidup kembali dengan izin Allah, menceritakan kepada Nabi Musa dan para
pengikutnya bagaimana ia telah dibunuh oleh saudara-saudara sepupunya sendiri.
Demikianlah mukjizat Allah yang kesekian kalinya diperlihatkan kepada Bani
Isra'il yang keras kepala dan keras hati itu namun belum juga dapat
menghilangkan sifat-sifat congkak dan membangkang mereka atau mengikis-habis bibit-bibit
syirik dan kufur yang masih melekat pada dada dan hati mereka.
Ayat-ayat Al-Quran yang mengisahkan pokok cerita di atas, terdapat dalam surah
"Al-Baqarah ayat 67 sehingga 73 sebagaimana tersebut di bawah ini :~
"67~ Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyembelih sapi betina." Mereka berkata: "Apakah
kamu hendak menjadikan kami buah ejekan." Musa menjawab: "Aku
berlindung kepada Allah drp menjadi salah seorang dari orang-orang yang
jahil." 68~ Mrk menjawab: "Mohonlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar
Dia menerangkan kepada kami sapi betina apakah itu? Musa menjawab:
"Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina
yang tidak tua dan tidak muda pertengahan antara itu maka kerjakanlah apa yang
telah diperintahkan kepadamu." 69~ Mereka berkata: "Mohonkanlah
kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apakah warnanya.
Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah
sapi betina yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang
memandangnya." 70~ Mrk berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk
kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena
sesungguhnya sapi itu {masih} samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya-Allah
akan dat petunjuk." 71~ Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman
bahwa sapi betina adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak
tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak cacat, tidak ada belangnya."
Mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina
yang sebenar." Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak
melaksanakan perintah itu. 72~ Dan {ingatlah} ketika kamu membunuh seorang
manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang itu. Dan Allah hendak
menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan. 73~ Lalu Kami berfirman:
"Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu."
Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati dan
memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti." {
Al-Baqarah : 67 ~ 73 }
Nabi Musa A.S. dan Al-Khidir
Pada suatu ketika berpidatolah Nabi
Musa di depan kaumnya Bani Isra'il. Ia berdakwah kepada mereka, memberi nasihat
dengan mengingatkan kepada mereka akan kurnia dan nikmat Allah yang telah
dicurahkan kepada mereka yang sepatutnya diimbangi dengan syukur dan
pelaksanaan ibadah yang tulus, melakukan segala perintah-Nya dan meninggalkan
segala larangan-Nya. Kepada mereka yang beriman, bertaat dan bertakwa, Nabi Musa
menjanjikan pahala syurga dan bagi mereka yang mengingkari nikmat Allah diancam
dengan seksa api neraka.
Begitu Nabi Musa mengakhiri pidatonya bangunlah di antara para hadiri bertanya
kepadanya: "Wahai Musa, siapakah di atas bumi Allah ini paling pandai dan
paling berpengetahuan?" "Aku", jawab Musa. Apakah tidak ada
kiranya orang yang lebih pandai dan lebih berpengetahuan daripadamu?"
Tanya lagi si penanya itu. "Tidak ada" , ujar Musa seraya berkata
dalam hati kecilnya: " Bukankah aku Nabi terbesar di antara Bani Isra'il?
Aku adalah penakluk Fir'aun, pemegang berbagai mukjizat, yang telah dapat
membelah laut dengan tongkatku dan akulah yang memperoleh kesempatan
bercakap-cakap langsung dengan Tuhan. Maka kemuliaan apa lagi yang dapat
melebihi kemuliaan serta kebesaran yang aku capai itu, yang belum pernah
dialami dan dicapai oleh sesiapa pun sebelum aku."
Rasa sombong dan keunggulan diri yang tercermin dalam kata-kata Nabi Musa,
dicela oleh Allah yang memperingatkan kepadanya bahwa ilmu itu adalah lebih
luas untuk dimiliki oleh seseorang walaupun ia adalah seorang rasul dan bahwa
bagaimana luasnya ilmu dan pengetahuan seseorang, nescaya akan terdapat orang
lain yang lebih pandai dan lebih alim daripadanya. Selanjutnya untuk
melanjutkan kekurangan yang ada pada diri Nabi Musa Allah memerintahkan
kepadanya agar menemui seorang hamba-Nya di suatu tempat di mana dua lautan
bertemu. Hamba yang soleh yang telah diberinya rahmat dan ilmu oleh Allah itu
akan memberi tambahan pengetahuan dan ilmu kepada Nabi Musa sehingga dapat
menjadikan sedar bahwa tiada manusia yang dapat membanggakan diri dengan
mengatakan bahwa akulah orang yang terpandai dan berpengetahuan luas di atas
bumi ini.
Berkata Musa kepada Tuhan: "Wahai Tuhanku, aku akan pergi mencari hamba-Mu
yang soleh itu, bagi memperolehi bunga api ilmunya dan mendapat titisan air
pengetahuan dan ilham yang Engkau telah berikan kepadanya."
Allah berfirman kepada Musa: "Bawalah seekor ikan didalam sebuah keranjang
dalam perjalananmu mencari dia dan ketahuilah bahwa di tempat di mana engkau
akan kehilangan ikan di dalam keranjang itu, di situ engkau akan menemui
hamba-Ku yang soleh itu." Nabi Musa menyiapkan diri untuk perjalanan yang
jauh, didampingi oleh "Yusya' bin Nun" seorang drp para pengikutnya
yang setia. Ia membawa bekal makanan dan minuman di antaranya sebuah keranjang
yang terisi seekor ikan sesuai dengan petunjuk Allah. Ia berkeras hati tidak
akan kembali sebelum ia dapat menemui hamba yang soleh itu walaupun ia harus
melakukan perjalanan yang berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun bila perlu. Ia
berpesan kepada teman sepejalanannya Yusya' bin Nun agar segera memberitahu
kepadanya bilamana ikan yang di dalam keranjang yang dibawanya itu hilang.
Tatkala Nabi Musa nerserta Yusya' bin Nun sampai di mana dua lautan bertemu
yang telah diisyaratkan dalam firman Allah kepadanya, tertidurlah ia di atas
sebuah batu yang besar yang berada di tepi lautan. Pada saat ia lagi tidur
nyenyak, turunlah hujan rintik-rintik, membasahi seekor di dalam keranjang itu
dan tanpa mereka ketahui melompatlah ikan tersebut itu masuk ke dalam laut.
Setelah Musa terjaga dari tidurnya, bangunlah mereka meneruskan perjalanan yang
tidak menentu arah mahupun tujuan. Dan dalam perjalanan yang sudah agak jauh,
berhentilah Musa beristirehat sekadar untuk menghilangkan rasa penatnya seraya
meminta dari Yusya bin Nun agar menyiapkan santapannya karena ia sudah sgt
lapar. Ketika Yusya bin Nun membuka keranjang untuk mengambil makanan
teringatlah olehnya akan ikan yang hilang dan melompat ke dalam laut. Maka
berkatalah Yusya' kepada Nabi Musa: "Aku telah dilupakan oleh syaitan
untuk memberitahu kepadamu segera, bahwa tatkala engkau berada di atas batu
karang sedang tidur nyenyak, ikan kami yang berada di dalam keranjang tiba-tiba
hidup kembali setelah kejatuhan air hujan dan melompat masuk ke dalam laut.
Sepatutnya aku melapurkan kkepadamu segera, sesuai dengan pesananmu, namun aku
dilupakan oleh syaitan."
Wajah Nabi Musa berseri-seri menjadi kegirangan mendengar berita itu dari
Yusya' karena telah dapat mengetahui di mana ia akan dapat bertemu dengan hamba
Allah yang dicari itu. Berkata Musa kepada Yusya': "Inilah tempat yang
kami tuju dan disini kami akan menemui orang yang kami cari. Marilah kami
kembali ke tempat batu karang itu yang menjadi tempat tujuan terakhir dari
perjalanan kami yang jauh ini."
Setiba mereka kembali di tempat di mana mereka kehilangan ikan, mereka melihat
seorang bertubuh kurus langsing yang pada wajahnya tampak cahaya dan iman serta
tanda-tanda orang soleh. Ia sedang menutpi tubuhnya dan pakaiannya sendiri,
yang segera disingkapnya ketika mendengar kata-kata salam Nabi Musa kepadanya.
"Siapakah engkau?" bertanya orang soleh itu. Musa menjawab: "Aku
adalah Musa." Bertanya kembali orang soleh itu: "Musa, nabi Bani
Isra'ilkah?"
"Betul", jawab Musa, seraya bertanya: "Dari manakah engkau
mengetahui bahawa aku adalah Nabi Bani Isra'il?"
"Dari yang mengutusmu kepadaku", jawab orang soleh itu. "Inilah
hamba Allah yang aku cari", berkata Musa dalam hatinya, seraya
mendekatinya dan berkata kepadanya: "Dapatkah engkau memperkenankan aku
mengikutimu dan berjalan bersamamu ke mana saja engkau pergi sebagai bayanganmu
dan sebagai muridmu? Aku akan mematuhi segala petunjuk dan perintahmu."
Hamba soleh atau menurut banyak pendapat ahli-ahli tafsir Nabi Al-Khidhir itu
menjawab: "Engkau tidak akan sabar dan tidak dapat menahan diri bila
engkau mengikutiku dan berjalan bersamaku. Engkau akan mengalami dan melihat
hal-hal yang ajaib yang sepintas lalu nampak seakan-akan perbuatan yang salah
dan mungkar namun pada hakikatnya adalah perbuatan benar dan wajar dab engkau
sebagai manusia tidak akan berdiam diri melihatku melakukan perbuatan dan
tingkah laku yang ganjil menurut pandanganmu."
Musa menjawab dengan sikap seorang murid yang ingin belajar dan menambah
pengetahuan : "Insya-Allah engkau akan mendapati aku seorang yang sabar
yang tidak akan melanggar sesuatu perintah atau petunjuk daripadamu."
Berkata Al-Khidhir kepada Musa: "JIka engkau benar-benar ingin mengikutiku
dan berjalan bersamaku maka engkau harus berjanji tidak akan mendahului
bertanya tentang sesuatu sebelum aku memberitahukan kepadamu. Engkau harus
berjanji bahwa engkau tidak akan menentang segala perbuatan dan tindakan yang
aku lakukan dihadapan mu walaupun menurut pandanganmu itu salah dan mungkar.
Aku dengan sendirinya memberi alasan dan tafsiran bagi segala tindakan dan
perbuatanmu kepadamu kelak pada akhir perjalanan kami berdua."
Dengan diterimanya pesyaratan Nabi Al-Khidhir oleh Musa yang berjanji akan
mematuhinya bulat-bulat, maka diajaklah Nabi Musa mengikutinya dalam
perjalanan.
Pelanggaran pertama terhadap persyaratan Al-Khidhir terjadi tatkala mereka
sampai di tepi pantai, di mana terdapat sebuah perahu sedang berlabuh. Nabi
Al-Khidhir meminta pertolongan pemilik perahu itu, agar menghantar mereka di
suatu tempat yang di tuju. Dengan senang hati diangkutlah mereka berdua secara
percuma tanpa bayaran bahkan dihormati dan diberi layanan yang baik kerana
dilihatnya oleh pemilik perahu bahwa kedua orang itu memiliki sifat-sifat dan
ciri-ciri yang tidak terdapat pada orang biasa.
Tatkala mereka berada dalam perut perahu yang sedang meluncur dengan lajunya di
antara gelombang-gelombang tiba-tiba Musa melihat Al-Khidhir melubangi perahu
itu dengan mengambil dua keping kayunya. Perbuatan mana yang dianggap oleh Musa
suatu gangguan dan pengrusakan bagi milik seseorang yang telah berbuat baik
terhadap mereka.
Musa lupa akan janjinya sendiri dan ditegulah Al-Khidhir dengan berkata:
"Engkau telah melakukan perbuatan mungkar dengan merusak dan melubangi
perahu ini. Apakah dengan perbuatan kamu ini engkau hendak menenggelamkan
perahu ini dengan semua penumpangnya? Tidakkah engkau merasa kasihan kepada
pemilik perahu ini yang telah berjasa kepada kami dan menghantarkan kami ke
tempat yang kami tuju tanpa membayar sesen pun?"
Berkata Al-Khidhir menjawab teguran Musa: "Bukankah aku telah katakan
kepadamu bahawa engkau tidak akan sabar menahan diri melihat tindak-tandukku di
dalam perjalanan menyertaiku."
Musa berkata: "Maafkanlah daku. Aku telah lupa akan janjiku sendiri.
Janganlah aku dipersalahkan dan dimarahi akan kelupaanku."
Permintaan maaf Musa diterimalah oleh Al-Khidhir dan tibalah meeka berdua di
tempat yang dituju di sebuah pantai. Kemudian perjalanan dilanjutkan di darat
dan bertemulah mereka dengan seorang anak laki-laki yang sedang bermain-main
dengan kawan-kawannya. Tiba-tiba dipanggillah anak itu oleh Al-Khidhir,
dibawanya ke tempat yang agak jauh, dibaringkannya dan dibunuhnya seketika itu.
Alangkah terperanjatnya Musa melihat tindakan Al-Khidhir yang dengan
sewenang-wenangnya telah membunuh seorang anak yang tidak berdosa, seorang yang
mungkin sekali dalam fikiran Musa adalah harapan satu-satunya bagi kedua orang
tuanya.
Musa sebagai Nabi yang diutus oleh Allah untuk memerangi kemungkaran dan
kejahatan tidak dapat berdiam diri melihat Al-Khidhir melakukan pembunuhan yang
tiada beralasan itu, maka ditegurlah ia seraya berkata: "Mengapa engkau
telah membunuh seorang anak yang tidak berdosa? Sesungguhnya engkau telah
melakukan perbuatan yang mungkar dan keji."
Al-Khidhir menjawab dengan sikap dinginnya: "Bukankah aku telah berkata
kepadamu, bahwa engkau tidak akan sabar menahan diri berjalan dengan aku?"
Dengan rasa malu mendengar teguran Al-Khidhir itu, berucaplah Musa:
"Maafkanlah aku untuk kedua kalinya dan perkenankanlah untuk aku
meneruskan perjalanan bersamamu dengan pergertian bahwa bila terjadi lagi
perlanggaran dari pihakku untuk kali ketiganya, maka janganlah aku
diperbolehkan menyertaimu seterusnya.Sesungguhnya telah cukup engkau memberi
uzur dan memberi maaf kepadaku."
Dengan janji terakhir yang diterima oleh Al-Khidhir dari Musa diteruskanlah
perjalanan mereka berdua sampai tiba di suatu desa di mana mereka ingin
beristirehat untuk menghilangkan lelah dan penat mereka akibat perjalanan jauh
yang telah ditempuh. Mereka berusaha untuk mendapat tempat penginapan sementara
dan sedikit bahan makanan untuk sekadar mengisi perut kosong mereka, namun
tidak seorang pun dari penduduk desa yang memang terkenal bachil {pelit} itu yang
mahu menolong mereka memberi tempat beristirehat atau sesuap makanan sehingga
dengan rasa kecewa mereka segera meninggalkan desa itu.
Dalam perjalanan Musa dan Al-Khidhir hendak keluar dari desa itu mereka melihat
dinding salah satu rumah desa itu nyaris roboh. Segera AL-Khidhir menghampiri
dinding itu dan ditegakkannya kembali. Dan secara spontan, tanpa disedar,
berkata Musa kepada Al-Khidhir: "Hairan bin ajaib, mengapa engkau berbuat
kebaikan bagi orang0orang yang jahat dan pelit ini. Mereka telah menolak untuk
memberi kepada kami tempat istirehat dan sesuap makanan untuk perut kami yang
lapar. Sepatutnya engkau menuntut upah bagi usahamu menegakkan dinding itu,
agar dengan upah yang engkau perolehi itu dapat kami menutupi keperluan makan
minum kami."
Al-Khidhir menjawab: "Wahai Musa, inilah saat untuk kami berpisah sesuai
dengan janjimu yang terakhir. Cukup sudah aku memberimu kesempatan dan uzur.
Akan tetapi sebelum kami berpisah , akan aku berikan kepadamu tujuan serta
alasan-alasan perbuatan-perbuatanku yang engkau rasakan tidak wajar dan kurang
patut."
"Ketahuilah hai Musa", Al-Khidhir melanjutkan huraiannya,"bahawa
pengrusakan bahtera yang kami tumpangi itu adalah dimaksudkan untuk
menyelamatkannya dari pengambil-alihan oleh seorang raja yang zalim yang sedang
mengejar di belakang bahtera itu. Sedang bahtera itu adalah milik orang-orang
fakir-miskin yang digunakan sebagai sarana mencari nafkah bagi hidup mereka
sehari-hari. Dengan melubangi yang aku lakukan dalam bahtera itu, si raja yang
zalim itu akan berfikir dua kali untuk merampas bahtera itu yang dianggapnya
rusak dan berlubang itu. Maka perbuatanku yang pada lahirnya adalah pengrusakan
milik orang, namun tujuannya ialah menyelamatkannya dari tindakan perampasan
sewenang-wenangnya."
"Adapun tentang anak yang aku bunuh itu ialah bertujuan menyelamatkan
kedua orang tuanya dari gangguan anak yang durhaka itu. Kedua orang tua anak
itu adalah orang-orang yang mukmin, soleh dan bertakwa yang aku khuatirkan akan
menjadi tersesat dan melakukan hal-hal yang buruk karena dorongan anaknya yang
durhaka itu. Aku harapkan dengan matinya anak itu Allah akan mengurniai anak
pengganti yang soleh dan berbakti kepada mereka berdua."
Sedang mengenai dinding rumah yang ku perbaiki dan ku tegakkan kembali itu
adalah karena dibawahnya terpendam harta peninggalan milik dua orang anak yatim
piatu. Ayah mereka adalah orang yang soleh ahli ibadah dan Allah menghendaki
bahwa warisan yang ditinggalkan untuk kedua anaknya itusampai ketangan mereka
selamat dan utuh bila mereka sudah mencapai dewasanya, sebagai rahmat dari
Tuhan serta ganjaran bagi ayah mereka yang soleh dan bertakwa itu."
"Demikianlah wahai Musa, apa yang ingin engkau ketahui tentang tujuan
tindakan-tindakanku yang sepintas lalu engkau anggap buruk dan melanggar hukum.
Semuanya itu telah kulakukan bukan atas kehendakku sendiri tetapi atas tuntunan
wahyu Allah kepadaku."
Kisah Musa dan Al-Khidir ini dapat dibaca dalam surah "Al-Kahfi" ayat
60 sehingga ayat 82 yang bermaksud :~
"60~ Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak
akan berhenti berjalan sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan atau aku
akan berjalan sampai bertahun-tahun." 61~ Maka tatkala mereka sampai ke
pertemuan dua laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat
mengambil jalannya ke laut itu. 62~ Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh
berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah kemari makanan kita sesungguhnya
kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini." 63~ Muridnya
menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu
tadi, maka sesungguhnya aku lupa menceritakan tentang ikan itu dan tidaklah
yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil
jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali." 64~ Musa berkata: "Itulah
tempat yang kita cari." Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka
sendiri. 65~ Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba
Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami dan yang telah
Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. 66~ Musa berkata Al-Khidhir:
"Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar
di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" 67~ Dia menjawab:
"Sesungguhnya kamu sesekali kamu tidak akan sanggup sabar bersamaku, 68~
dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" 69~ Musa berkata:
"Insya-Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar dan aku
tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun." 70~ Dia berkata:
"Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang
sesuatu apa pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu." 71~ Maka
berjalanlah keduanya, hingga keduanya menaiki perahu, lalu Al-Khidhir melubanginya.
Musa berkata: "Mengapa kamu melubangi perahu itu yang akibatnya kamu
menenggelamkan penumpamgnya?" Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu
kesalahan yang besar. 72~ Dia {Al-Khidhir} berkata: "Bukankah aku telah
katakan: "Sesungguhnya kamu sesekali tidak akan sabar bersama dengan
aku." 73~ Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku kerana
kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam
urusanku," 74~ Maka berjalanlah keduanya hingga tatkala keduanya berjumpa
dengan seorang pemuda maka Al-Khidhir membunuhnya. Musa berkata : "Mengapa
kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan kerana dia membunuh orang lain? Sesungguhnya
kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar." 75~ Al-Khidhir berkata:
"Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya kamu tidak akan
dapat sabar bersamaku?" 76~ MUsa berkata: "Jika aku bertanya kepadamu
tentang sesuatu sesudah {kali ini} maka janganlah kamu memperbolehkan aku
menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku." 77~
Maka keduanya berjalan hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk negeri
itu tetapi penduduk negeri itu tidak mahu menjamu mereka kemudian keduanya
dapati dalam negeri itu ada dinding rumah yang hampir roboh, maka Al-Khidhir
menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mahu nescaya kamu akan
mengambil upah untuk itu." 78~ Al-Khidhir berkata : "Inilah
perpisahan antara aku dengan kamu kelak akan ku beritahukan kepadamu tujuan
perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya. 79~ Adapun bahter
itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut dan aku bertujuan
merusakkan bahtera itu kerana di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas
tiap-tiap bahtera. 80~ Dan ada pun anak muda itu maka kedua orang tuanya adlah
orang-orang mukmin dan kami khuatir bhe dia akan mendorong kedua orang tuanya
itu kepada kesesatan dan kekafiran. 81~ Dan kami menghendaki supaya Tuhan
mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari
anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya {kepada ibubapanya}. 82~ Adapun
dinding rumah itu kepunyaan dua orang anak muda yang yatim di kota itu sedang
ayahnya adalah seorang yang soleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka
sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat
dari Tuhanmu dan bukanlah aku melakukannnya itu menurut kemahuanku sendiri.
Demikianlah itu adlah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar
terhadapnya." { Al-Kahfi : 60 ~ 82 }
Nabi Musa A.S. dan Qarun si kaya
raya
Qarun adalah nama seorang drp kaum
Nabi Musa dan keluarganya yang dekat. Ia dikurniai Allah kelapangan rezeki dan
kekayaan harta benda yang besar yang tidak ternilai bilangannya. IA hidup
mewah, selalu mujur dalam usahanya mengumpulkan kekayaan, sehingga menjadi
padatlah khazanahnya dengan harta benda dan benda-2 yang sgt berharga. Sampai-2
para juru kuncinya tidak berdaya membawa atau memikul kunci-2 peti khazanahnya
karena sgt byk dan beratnya. Ia hidup secara mewah dan menonjol di antara kaum
dan penduduk kotanya. Segala-galanya adlah luar biasa dan lain drp yang lain.
Gedung-2 tempat tinggalnya ,pakaiannya sehari-hari ,pelayan-2nya dan hamba-2
sahayanya yang bilangannya melebihi keperluan. Dan walaupun ia tenggelam dalam
lautan kenikmatan duniawi yang tiada taranya pada masa itu, ia merasa masih belum
puas dengan tingkat kekayaan yang ia miliki dan terus berusaha mengisi
khazanahnya yang sudah padat itu, sifat mausia yang serakah yang tidak akan
pernah puas dengan apa yang sudah dicapai. Jika ia sudah memiliki segantang
emas ia ingin memperolhi segantang yang kedua dan demikian seterusnya.
Sebagaimana halnya dengan kebykan orang-orang kaya yang telah dimabukkan oleh
harta bendanya maka Qarun tidak merasa sedikit pun bahwa dia mempunyai
kewajiban sosial dengan harta kekayaannya itu. Ia dalam hidupnya hanya
memikirkan kesenangan dan kesejahteraan peribadinya, memikirkan bagaimana ia
dapat menambahkan kekayaannya yang sudah melimpah-limpah itu. Ia telah
dinasihati oleh pemuka-2 kaumnya agar ia menyediakan sebahagian daripada
kekayaannya bagi menolong para fakir miskin, menolong orang-orang yang
telanjang yang tidak berpakaian dan lapar tidak dapat makanan. Ia diperingatkan
bahwa kekayaan yang ia perolehi itu adalah kurniaan dari Tuhan yang harus
disyukuri dengan beramal kebajikan terhadap sesama manusia dan melakukan
perbuatan-2 yang dapat meringankan penderitaan orang-orang yang ditimpa musibah
atau menderita cacat. Diperingatkan bahwa Allah yang telah memberinya rezeki
yang luas itu dapat sewaktu-waktu mencabutnya bila ia melalaikan kewajiban
sosialnya.
Nasihat yang baik dan peringatan yang jujur yang dikemukakan oleh pemuka-pemuka
kaumnya itu tidak diendahkan oleh Qarun dan tidak mendapat tempat didalam
hatinya.Ia bahkan merasa bahwa karena kekayaannya ialah yang harus memberi
nasihat dan bukan menerima nasihat. Orang harus tunduk kepadanya, mematuhi
perintahnya, mengiakan kata-katanya dan membenarkan segala tindak tanduknya. IA
menyombongkan diri dengan mengatakan kepada orang-orang yang memberikan nasihat
itu bahwa kekayaan yang ia miliki adalah semata-mata hasil jerih payahnya dan
hasil kecekapan dan kepandaiannya berusaha dan bukan merupakan kurnia atau
pemberian dari sesiapa pun. Karenanya ia bebas menggunakan harta kekayaannya
menurut kehendak hatinya sendiri dan tidak merasa terikat oleh kewajipan sosial
berupa pertolongan dan bantuan kepada para fakir miskin dan para penderita yang
memerlukan bantuan dan pertolongan.
Sebagai tentangan bagi para orang yang menasihatinya, Qarun makin meningkatkan
cara hidup mewahnya dan secara menyolok mempamerkan kekayaannya dengan
berlebih-lebihan. Bila ia keluar, Ia mengenakan pakaian dan perhiasan yang
bergemerlapan, membawa pengantar dan pembantu lebih banyak daripada biasanya
dan mengenderai kuda-kuda yang dihiasi dengan indah dan cantik. Kemewahan yang
ditonjolkan secara menyolok itu ,merasakan iri-hati dikalangan penduduk
terutama mereka yang masih lemah imannya. Mereka berbisik-bisik diantara sesama
mereka mengeluh dengan berkata: "Mengapa kami tidak diberi rezeki dan
kenikmatan seperti yang telah diberikan kepada Qarun? Alangkah mujurnya nasib
Qarun dan alangkah bahagianya dia dalam hidupnya di dunia ini! Dan mengapa
Tuhan melimpahkan kekayaan yang besar itu kepada Qarun yang tidak mempunyai
rasa belas kasihan terhadap orang-orang yang melarat dan sengsara, orang-orang
yang fakir dan miskin yang memerlukan pertolongan berupa pakaian mahupun
makanan.Dimanakah letak keadilan Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih
itu?"
Qarun yang tidak mengabaikan anjuran orang, agar ia secara sukarela menyediakan
sebahagiaan harta kekayaannya untuk disedekahkan kepada orang-orang yang
memerlukannya, melarat dan miskin akhirinya didatangi oleh Nabi Musa
menyampaikan kepadanya bahwa Allah telah mewahyukan perinyah berzakat bagi
tiap-tiap orang yang kaya dan berada. Diterangkan oleh Musa kepadanya bahwa
dalam harta kekayaan tiap ada bahagian yang telah ditentukan oleh Tuahn sebagai
hak orang-orang yang melarat dan fakir miskin yang wajib diserahkan kepada
mereka.
Qarun merasa jengkel memerima perintah wajib berzakat itu dan menyatakan
keraguan dan kesangsian kepada Musa. Ia berkata: "Hai MUsa kami telah
membantumu dan menyokongmu dalam dakwahmu kepada agama barumu. Kami telah
menuruti segala perintahmu dan mendengarkan segala kata-katamu. Sikap kami yang
lunak itu terhadap dirimu telah memberanikan engkau bertindak lebih jauh dari
apa yang sepatutnya dan mulailah engkau ingin meraih harta benda kami. Engkau
rupanya ingin juga menguasai harta kekayaan kami setelah kami serahkan kepadamu
hati dan fikiran kami sebulat-bulatnya. Dengan perintah wajib zakatmu ini
engkau telah membuka topengmu dan menunjukkan dustamu dan bahwa engkau hanya
seorang pendusta dan ahli sihir belaka."
Tuduhan Qarun yang ingin melepaskan dirinya dari wajib berzakat itu ditolak
oleh Nabi Musa yang menegaskan kembali bahwa kewajiban berzakat iut tidak dapat
ditawar-tawar dan harus dilaksanakan karena ia adalah perintah Allah yang harus
ditaati dan dilaksanakan dengan semestinya.
Quran tidak dapat jalan untuk mengelakkan diri dan kewajiban zakat itu setelah berbantah
dan berdebat dengan Musa maka ia menyerah dan ditentukan berapa besar yang
harus ia keluarkan zakat harta kekayaannya.
Setelah tiba di rumah dan menghitung-hitung bahagian yang harus dizakatkan dari
harta miliknya Qarun merasa terlampau besar yang harus dizakatkan dan merasa
sayang bahwa ia harus mengeluarkan dari khazanahnya sejumlah wang tanpa
meperolehi imbalan sesuatu keuntungan dan laba. Fikir punya fikir dan timbang
punya timbang akhirnya Qarun mengambil keputusan untuk tidak akan mengeluarkan
zakat walau apapun yang akan terjadi akibat tindakannya itu.
Utk menguatkan aksi pemboikotannya terhadap kewajiban mengeluarkan zakat, Qarun
menyebarkan fitnah kepada Nabi Musa dengan maksud menarik orang agar menjadikan
penunjang aksinya dan mengikutinya menolak menolak kewajiban mengeluarkan zakat
sebagaimana diperintahkan oleh Nabi Musa. Ia menyebarkan fitnah seolah-olah
Nabi Musa dengan dakwahnya dan penyiaran agama barunya bertujuan ingin
memperkayakan diri dan bahwa perintah zakatnya itu adalah merupakan cara
perampasan yang halus terhadap milik-milik para pengikutnya.
Lebih jahat lagi untuk menjatuhkan Nabi Musa dan kewibawaannya, Qaru
bersekongkol dengan seorang wanita yang diajarinya agar mengaku didepan umum
bahwa ia telah melakukan perbuatan zina dengan Musa. Akan tetapi Allah tidak
rela nama Rasul-Nya tercemar oleh tuduhan palsu yang diaturkan oleh Qarun itu.
Maka digerakkanlah hati wanita sewaannya itu untuk mengatakan keadaan yang
sebenarnya dan bahwa apa yang ia tuduhkan kepada Nabi Musa adalah fitnahan dan
ajaran Qarun semata-mata dan bahawasannya Musa adalah bersih dari perbuatan
yang dituduh itu.
Setelah ternyata bagi Nabi Musa bahwa Qarun tidak beriktikad baik dan bahwa ia
tidak dapat diharap menjadi pengikut yang soleh yang mematuhi perintah-2 Allah
terutama perintah wajib zakat bahkan ia dapat merusakkan akhlak dan iman para
pengikut Musa dengan sikap dan cara hidupnya yang berlebih-lebihan mewahnya,
ditambahkan pula usahanya yang tidak henti-2 merusakkan kewibawaan Nabi Musa
dengan melontarkan fitnahan dan berbagai hasutan maka habislah kesabaran Nabi
Musa ,lalu berdoa ia kepada Allah agar menurunkan azab-Nya atas diri Qarun yang
sombong dan congkak itu, agar menjadi pengajaran dan ibrah bagi kaumnya yang
sudah mulai goyah imannya melihat kenikmatan yang berlimpah-limpah yang telah
Allah kurniakan kepada Qarun yang membangkang itu.
Maka dengan izin Allah yang telah memperkenankan doa Nabi Musa terjadilah tanah
runtuh yang dahsyat di atas mana terletak bangunan gedung-gedung yang mewah
tempat tinggal Qarun dan tempat penimbunan kekayaannya. Terbenamlah seketika
itu Qarun hidup-hidup berserta semua milik kekayaan yang menjadi kebaggaannya.
Peristiwa yang menimpa Qarun dan harta kekayaannya itu menjadi ibrah bagi
pengikut-2 Nabi Musa serta ubat rohani bagi mereka yang beriri hati dan
mendambakan kenikmatan dan kemewahan hidup sebagaimana yang telah dialami oleh
Qarun. Mereka berkata seraya bersyukur kepada Allah: "Sekiranya Allah
telah melimpahkan rahmat dan kurnia-Nya, nescaya kami dibenamkan pula seperti
Qarun yang selalu kami inginkan kedudukan duniawinya. Sesungguhnya kami telah
tersesat ketika kami beriri hati dan mendambakan kekayaannya yang membawa
binasa baginya. Aduhai benar-2 tidaklah beruntung orang-orang yang mengingkari
nikmat Allah."
Isi cerita tersebut di atas dapat dibaca dalam surah "Qashash" ayat
76 sehingga 82 dan surah "Al-Ahzaab" ayat 69 sebagaimana berikut :~
"76~Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa maka ia berlaku aniaya
terhadap mereka dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta
yang kunci-nya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-2.
{Ingatlah{ ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu
bangga sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan
diri." 77~ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan kepada mu
{kebahagiaan} negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
{kenikmatan} duniawi dan berbuat baiklah {kepada orang lain} sebagaimana Allah
telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakkan di {muka}
bumi ini. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakkan. 78~ Qarun berkata: "Sesungguhnya aku diberi harta itu karena
ilmu yang ada padaku." Dan apakah ia tidak mengetahui bahwasannya Allah
sungguh telah membinasakan umat-2 sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan
lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang
yang berdosa itu tentang dosa-dosa mereka. 79~ Mak keluarlah Qarun kepada
kaumnya dengan kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan
dunia: " Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan
kepada Qarun , sesungguhnya ia benar-benar mempunyai peruntungan yang
besar." 80~ Berkatalah orang-orang yang telah dianugerahi ilmu:
"Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebihbaik bagi
orang-orang yang beriman dan beramal soleh dan tidak diperoleh pahala itu
kecuali oleh orang-orang yang sabar." 81~ Mak Kami benamkan Qarun berserta
rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang
menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang {yang
dapat} membela {dirinya}. 82~ Dan jadilah orang-orang yang kelmarin
mencita-citakan kedudukan Qarun itu berkata: "aduhai, benarlah Allah melapangkan
rezeki bagi siapa yang dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya.
Kalau Allah tidak melimpahkan kurnia-Nya atas kita benar-benar Dia {Allah}
telah membenamkan kita {pula}. Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang
yang mengingkari {nikmat} Allah." { Al-Qashash : 76 ~ 82 }
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang
yang menyakiti Musa maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka
katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi
Allah." { Al-Ahzaab : 69 }
Thalout diangkat sebagai raja Bani Isra'il
Setelah Bani Isra'il memasuki
Palestin dan menguasainya di bawah pimpinan Yusya bin Nun mereka selalu menjadi
sasaran penyerbuan dan serangan dari bangsa-2 sekelilingnya, seperti suku
Amaliqah dari bangsa Arab, bangsa Palestin sendiri dan bangsa Aramiyin.
Kemenangan dan kekalahan di antara meeka silih berganti.
Pada suatu waktu datanglah bangsa Palestin penduduk "Usydud" suatu
daerah dekat Gaza menyerbu dan menyerang mereka dan terjadilah pertempuran yang
berakhir dengan kemenangan bangsa Palestin yang berhasil, mencerai-beraikan
Bani Israil dan merampas benda keramat mereka yang bernama "Tabout",
yaitu sebuah peti tempat penyimpanan kitab Taurat.
Peti yang disebut Tabout itu adlah merupakan salah satu dari banyak kurnia yang
telah diberikan oleh Allah kepada Bani Isra'il. Mereka menganggap Tabout itu
suatu benda keramat yang dapat menginspirasikan kekuatan dan keberanian kepada
mereka dikala menghadapi musuh. Maka karenanya dalam tiap medan perang
dibawanyalah Tabout itu untuk memberi kekuatan batin dan semangat juang bagi
mereka memberi rasa berani bagi mereka dan rasa takut bagi musuh. Maka dengan
dirampasnya Tabout itu oleh bangsa Palestin hilanglah pegangan mereka dan berantakanlah
barisannya, retaklah kesatuannya sehingga menjadi laksana binatang ternakan
yang ditinggalkan gembalanya.
Dan memang sejak ditinggalkan oleh Nabi Mua, Bani Isra'il tidak mempunyai
seorang raja atau seorang pemimpin yang berwibawa yang dapat mengikat mereka di
bawah satu bendera dan menghimpun mereka di bawah satu komando bila terjadi
serangan dari luar dan penyerbuan oleh musuh. Mereka hanya dipimpin oleh
hakim-hakim penghulu yang memberi tuntunan kepada mereka dalam bidang keagamaan
dan kadangkala menjadi juru damai jika timbul perselisihan dan sengketa di
antara sesama mereka. Di antara penghulu itu terdapat seorang penghulu yang
paling disegani dan di hormati bernama Somu'il. Kata-katanya selalu didengar
dan nasihat-2nya selalu diterima dan ditaati.
Kepada Somu'il datanglah beberapa pemuda Bani Isra'il yang merasa sedih melihat
keadaan kaumnya menjadi kacau bilau dan bercerai berai setelah dikalahkan oleh
bangsa Palestin dan dikeluarkan dari negeri mereka serta dirampasnya Tabout
yang merupakan peti wasiat dan benda keramat bagi mereka. Mereka mengutarakan
kepada Samu'il bahwa mereka memerlukan seorang pemimpin yang kuat yang
berwibawa dan mempunyai kekuasaan sebagai seorang raja untuk menghimpun mereka
dan seterusnya menjadi panglima perang.
Samu'il yang mengenal baik watak mereka dan titik-titik kelemahan serta sifat-2
licik dan pembangkang yang meletak pada diri mereka berkata: "Aku khuatir
bahwa kamu akan takut dan enggan bertempur melawan musuh bila kepadamu
diperintahkan untuk berperang menghalau musuh dari negerimu."
Mereka menjawab: "Bagaimana kami menolak perintah semacam itu dan enggan
maju bertempur melawan musuh sedangkan kami telah dihina diusir dari
rumah-rumah kami dan dipisahkan dari sanak keluarga kami. Bukankah suatu hal
yang memalukan dan menurun darjat kami sebagai bangsa, bila dalam keadaan yang
sedang kami alami ini, kami masih juga enggan berperang melawan musuh yang
datang menyerang dan menyerbu daerah kami. Kami akan maju dan tidak akan gentar
masuk dalam medan perang, asalkan saja kami akan dapat pimpinan dari seorang
yang cekap, berani serta berwibawa sehingga komandonya dan segala perintahnya
akan dipatuhi oleh kaum kami semuanya."
Somu'il berkata: "Jika demikian ketetapan hatimu dan demikian pula
keinginanmu untuk memperoleh seorang raja yang akan memimpin dan membimbing
kamu , maka berilah waktu kepadaku untuk beristikharah memohon pertolongan
Allah menunjukkan kepadaku seseorang yang patut dan layak menjadi raja
bagimu."
Di dalam istikharahnya, Somuil mendapat ilham dan petunjuk dari Allah, agar ia
memilih serta mengangkat seorang yang bernama "Thalout" menjadi raja
Bani Isra'il. Dan walaupun ia belum pernah mendengar nama itu atau mengenalkan
orangnya Allah akan memberinya jalan dan tanda-tanda yang akan memungkinkan ia
bertemu muka dengan orang itu dan mengenalinya dengan segera.
Thalout adalah seorang berbadan gemuk dan jangkung, tegak, kuat dan berparas
tampan. Dari pancaran kedua matanya orang dapat mengetahui bahwa ia adalah
seorh yang cerdik, cekap dan bijaksana, memiliki hati yang tabah dan berani. IA
hidup dan bertempat tinggal di sebuah desa yang agak terpencil sehingga tidak
banyak dikenal orang Ia hidup bersama ayahnya bercucuk tanam dan memelihara
haiwan ternak.
Pada suatu hari di kala Thalout sedang sibuk bersama ayahnya menguruskan tanah
ladangnya terlepaslah dari kadang seekor keldai dari haiwan-2 peliharaannya dan
menghilang sesat. Pergilah Thalout bersama seorang bujangnya mencari keldai
yang hilang itu di celah-2 lembah dan bukit-2 di sekitar desanya, namun tidak
berhasil menemukan kembali haiwan yang terlepas itu. Akhirnya ia mengajak
bujangnya kembali karena khuatir ayahnya akan menjadi gelisah bila ia lebih
lama meninggalkan rumahnya mencari keldai yang hilang itu.
Berkata sang bujang kepada Thalout: "Kami sekarang sudah berada di daerah
Shuf tempat dimana Somu'il berada. Alangkah baiknya kalau kami pergi kepadanya
menanyakan kalau-2 ia dapat memberikan keterangan dan petunjuk kepada kami di
mana kiranya kami dapat menemukan keldai kami itu. Ia adalah seorang nabi yang
menerima petinjuk dari Tuhannya melalui para malaikat dan dia telah banyak kali
mengungkapkan hal-hal ghaib yang ditanyakan oleh orang kepadanya."
Thalout menerima baik cadangan bujangnya dan berangkatlah mereka berdua menuju
tempat tinggal Somu'il. Di tengah-2 perjalanan, mereka bertanya kepada beberapa
gadis yang ditemuinya sedang menimpa air dari sebuah perigi: "Di manakah
tempat tinggal Nabi Somu'il?" "Tidak usah kamu cepat-2 meneruskan
perjalananmu. Somu'il sebentar lagi akan datang ke sini. Ia sedang ditunggu
kedatangannya di atas bukit oleh rakyat tempat itu." Para gadis itu
menjawab.
Ternyata bahawa belum selesai para gadis itu memberikan keteranagnnya,
muncullah Somu'il dengan wajahnya yang berseri-seri memancarkan cahaya kenabian
dan kealiman yang mengesahkan.
Thalout segera mendekati Somu'il dan setelah saling pandang memandang,
berkatalah Thalout: "Wahai Nabi Allah, kami datang menemui bapak untuk
memohon pertolongan yaitu dapatkah kiranya kami diberi keterangan dan petunjuk
di manakah kami dapat menemukan kembali keldai kami yang telah terlepas dari
kandang dan menghilang tidak kami temukan jejaknya walaupun sudah tiga hari
kami berusaha mencarinya."
Somu'il setelah memandang wajah Thalout dengan teliti sedarlah ia bahwa inilah
orangnya yang oleh Allah ditunjuk untuk menjadi raja pemimpin dan penguasa Bani
Isra'il. Ia berkata kepada Thalout: "Keldai yang engaku cari itu sedang
berada dalam perjalanan kembali ke kandangnya di tempat ayahmu. Janganlah
engkau rungsingkan fikiranmu dan ributkan dirimu dengan urusan keldai itu.
Kerana aku memang mencarimu dan ingin menemuimu untuk urusan yang lebih besar
dan lebih penting dari soal keldai. Engaku telah dipilih oleh Allah untuk
memimpin Bani Isra'il sebagai raja, mempersatukan barisan mereka yang sudah
kacau-balau serta membebaskan mereka dari musuh-musuh yang sedang menyerbu dan
menduduki negeri mereka. Dan insya-Allah Tuhan akan menyertaimu memberi
perlindungan kepadamu dan mengurniakan kemenangan dan kemujuran dalam segala sepak
terajangmu."
Thalout menjawab: "Bagaimana aku dapat menjadi seorang raja dan pemimpin
Bani Isra'il sedang aku ini seorang dusun anak cucu Benyamin yang paling papa,
terasing dari pengaulan orang ramai, seorang anak tani dan penggembala haiwan
yang tidak dikenal orang?"
Berkata Somu'il: "Itu adlah kehendak Allah dan perintah-Nya. Dan lebih
tahu pada siapa Ia meletakkan amanat dan tugas-tugas-Nya. Dialah yang
menugaskan dan Dia pulalah yang akan melengkapi segala kekuranganmu.
Bersyukurlah engkau atas nikmat dan kurniaan Allah ini. Terimalah tugas suci
ini dengan keteguhan hati dan kepercayaan penuh akan pertolongan dan
perlindungan Allah kepadamu." Kemudian dipeganglah tangan Thalout,
diangkatnya keatas seraya menghadap kepada kaumnya dan berkata: " Wahai kaumku,
inilah orangnya yang oleh Allah telah dipilih untuk menjadi rajamu. Ia
berkewajiban memimpin kamu dan mengurus segala urusanmu dengan sebaik-baiknya
dan setepat-tepatnya dan kamu berkewajiban taat kepadanya, mematuhi segala
perintahnya dan berdiri tegak di belakang komandinya. Bersatu padulah kamu di
bawah bendera raja Thalout dan bersiap-siaplah untuk berjuang melawan
musuh-musuhmu."
Bani Isra'il yang sedang berkumpul mengerumuni somu'il mendengarkan pidato
pelantikannya mengangkat Thalout sebagai raja, tercengang dan terkejut dan
dengan mulut ternganga mereka melihat satu kepada yang lain, berpindahan
pandangan mereka dari wajah Somu'il ke wajah thalout yang menandakan kehairanan
dan ketidak-puasan dengan pengangkatan itu. Selintas pun tidak terfikir oleh
mereka bahwa seorang seperti Thalout yang papa dan miskin dan tidak dikenal
orang ialah yang akan dipilih oleh Somu'il soal pemilihan dan pengangkatan
seorang raja bagi mereka.
Berkata mereka kepada Somu'il: "Bagaimana seorang seperti Thalout ini akan
dapat memimpin kami sebagai raja padahal ia seorang yang miskin yang tidak
dikenal orang dan pergaulan sehari-harinya hanya terbatas didesanya. selain
ituia bukannya dari keturunan "Lawi" yang menurunkan para nabi Bani
Israil, juga bukan dari keturunan "Yahuda" yang menurunkan raja-raja
Bani Isra'il sejak dahulu kala. Ia pun tidak memiliki pengalaman dan kecekapan
yang diperlukan oleh seorang raja untuk mengurus serta mempertahankan
kerajaannya. Mengapa tidak dipilih sahaja seorang drp mereka yang berada di
kota yang pandai-pandai, berpengalaman dan berkeadaan cukup?"
berkata Somu'il menanggapi keberatan-2 yang dikemukakan oleh kaumnya:
"Pengurusan kerajaan dan pemimpin perang tidak memerlukan kebangsawanan
atau kekayaan. Ia memerlukan kecekapan, kebijaksanaan, kecerdasan berfikir dan
kecekatan bertindak. sifat-2 itu terdapat dalam dir Thalout di samping ia
memiliki tubuh yang kuat, perawakan tg tegap dan kekar serta paras muka yang
tampan yang memberi kesan baik bagi orang-orang yang menghadapinya. Selain itu
semuanya, ia adalah pilihan dan tunjukan Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha
Mengenal hamba-hamba-Nya. Maka tidak patutlah kami memilih orang lain setelah
Allah menjatuhkan pilihan-Nya."
"Baiklah", kata mereka, "Jika yang demikian itu pilihan dan
kehendak Allah, maka kami tidak dapat berbuat lain selain meneriam kenyataan
ini. Akan tetapi untuk menghilangkan keragu-raguan kami tentang diri Thalout,
berilah kepada kami suatu tanda yang dapat menyakinkan kami bahwa Thalout
benar-benar pilihan Allah."
Somu'il menjawab: "Sesungguhnya Allah telah mengetahui watak dan tabiat
kamu yang kaku dan keras kepala. Imanmu tidak berada di dalam hati tetapi di
kelopak mata. Kamu tidak mempercayai sesuatu tanpa bukti yang dapat kamu rasa
dengan pancaindera kamu. Maka sebagai bukti bahwa Allah merestui pengangkatan
Thalout menjadi raja kamu, ialah bahawa kamu akan menemukan kembali peti
keramatmu "Tabout" yang telah hilang dan dirampas oleh bangsa
Palestin. Kamu akan menemukan itu datang kepadamu dibawa oleh malaikat.
Pergilah kamu keluar kota sekarang juga untuk menerimanya."
Setelah ternyata bagi mereka kebenaran kata-kata Somu'il dengan ditemuinya
kembali Tabout yang sudah tujuh bulan berada di tangan orang-orang Palestin
itu, maka diterimalah pengangkatan Thalout sebagai raja mereka dengan
memberikan bai'at kepadanya dan janji akan taat serta mematuhi segala nasihat
dan perintahnya.
Raja Thalout
Tugas pertama yang dilakukan oleh
thalout setelah dinobatkan sebagai raja ialah menyusun kekuatan dengan
menghimpunkan para pemuda dan orang-orang yang masih kuat untuk menjadi tentera
yang akan mengahdapi bangsa Palestin yang terkenal kuat dan berani.
Ia menyusun bala tenteranya dari orang-orang yang masih kuat, tidak mempunyai
tanggungan keluarga, tidak mempunyai ikatan-2 dagang usaha sehingga dapat
membulatkan tekadnya untuk berjuang dan memusatkan fikiran dan tenaga bagi
mencapai kemenangan dna menghalaukan musuh dari negeri mereka dengan semangat
yang teguh yang tidak tergoyahkan. Sebagai ujian untuk mengetahui sampai sejauh
mana rakyatnya atau barisan tenteranya yang disusun itu berdisiplin mengikuti
komando dan perintahnya, Thalout berkata mereka: "Kamu dalam perjalananmu
di bawah terik panasnya matahari akan melalui sebuah sungai. Maka barang siapa
di antara kamu minum dari air sungai itu, ia bukan pengikutku yang setia yang
dapat kupercayai kesungguhan hatinya dan kebulatan tekadnya. Sebaliknya
barangsiapa di antara kamu yang hanya menciduk air sungai itu seciduk tangan
untuk sekadar membasahi kerongkongannya, maka ia ialah seorang pengikutku dan
tentera yang benar-benar dapat kuandalkan keberaniannya dan
kedisiplinannya."
Ternyata apa yang dikhuatirkan oleh Thalout telah terjadi dan menjadi
kenyataan. Setiba barisan tentera Thalout di sungai yang dimaksudkan itu, hanya
sebahagian kecil sahajalah dari mereka yang berdisiplin mengikuti petunjuk
Thalout secara tepat. Sedang bahagian yang besar tidak dapat bersabar menahan
dahaganya dan minumlah mereka dari air sungai itu sepuas-puas hatinya.
Walaupun telah terjadi pelanggaran disiplin oleh sebahagian besar dari anggota
tenteranya, thalout tetap berkeras hati melanjutkan perjalanannya menuju ke
medan perang dg pasukan yang tidak bersatu padu dan berdisiplin sebagaimana ia
menduga dan mengharapkannya. Ia hanya bersandar dan mengandalkan kekuatan
tenteranya kepada bahagian kecil yang sudah ternyata setia dan patuh kepada
perintah dan petunjuknya. Sedang terhadap mereka yang sudah melanggar
perintahnya dan minum dari air sungai itu, Thalout bersikap sabar, lunak dan
bijaksana untuk menghindari keretakan di dalam barisan tenteranya sebelum
menghadapi musuh.
Tatkala mereka tiba di medan perang dan berhadapan dengan musuh, sebahagian drp
pasukan Thalout ialah mereka yang telah melanggar disiplin dan minum dari air
sungai, merasa kecil hati dan ketakutan melihat pasukan musuh yang terdiri dari
orang-orang kuat dan besar-besar dengan peralatan yang lebih lengkap dan jumlah
tentera yang lebih besar di bawah pimpinan seorang komandan bernama
"Jalout".
Jalout, panglima komandan pasukan musuh terkenal seorang panglima yang berani,
cekap dan terkenal tidak pernah kalah dalam peperangan. Tiap orang yang berani
bertarung dengan dia pasti jatuh terbunuh. Namanya telah menimbulkan rasa takut
dan kecil hati pada bahagian besar dari pasukan Thalout. berkata mereka
kepadanya: "Kami tidak berdaya dan tidak akan sanggup menghadapi dan
melawan Jalout berserta tenteranya hari ini. Mereka lebih lengkap peralatannya
dan lebih besar bilangannya daripada pasukan kami."
Akan tetapi kelompok yang setia yang merupakan golongan yang kecil dalam
pasukan Thalout, tidak merasa takut dan gentar menghadapi Jalout dan bala
tenteranya, walaupun mereka lebih besar dan lebih lengkap peralatannya karena
mereka keluar ke medan perang mengikuti Thalout dengan tekad yang bulat hendak
membebaskan negerinya dari para penyerbu dengan berbekal tawakkal dan iman
kepada Allah. Sejak mereka melangkahkan kaki keluar dari rumah mereka sudah
berniat bulat berjuang bermati-matian melawan musuh yang telah merampas rumah
dan tanah mereka dan bersedia mati untuk tugas suci itu. Berkata mereka kepada
kawan-2nya kelompok pengecut itu: "Majulah terus untuk bertempur melawan
musuh. Kami tidak akan kalah karena bilangan yang sedikit atau kerana kelemahan
fizikal. Kami akan menggondol kemenangan bila iman di dalam dada kami tidak
tergoyahkan dan kepercayaan kami akan pertolongan Allah tidak menipis. Berapa
banyak terjadi sudah, bahwa kelompok yang kecil jumlahnya mengalahkan kelompok
yang besar, bila Allah mengizinkannya dan memberikan pertolongan-Nya. Dan Allah
selalu berada di sisi orang-orang yang beriman, sabar dan bertawakkal."
Dengan tidak menghiraukan kasak-kusuk dan bisikan kelompok pengecut yang ingin
mundur dan melarikan diri dari kewajiban berperang, Raja Thalout terus maju
memimpin pasukannya seraya bertawakkal kepada Allah memohon pertolongan dan
perlindungan-Nya.
Setelah kedua pasukan merapat berhadapan satu dengan yang lain dan pertempuran
dimulai, keluarlah dari tengah-2 barisan bangsa Palestin, panglima besarnya
yang bernama Jalout berteriak dengan sekuat suaranya menentang pasukan Thalout
mengajak bertarung seorang lawan seorang Berulang-ulang ia berseru dengan suara
yang lantang agar pihat Thalout mengeluarkan seorang yang akan melawan dia
bertanding dan bertarung namun tidak seorang pun keluar adri tengah pasukan
Bani Isra'il menghadapinya. Kata-kata ejekan dan hinaan dilontarkan oleh Jalout
kepada pihak musuhnya, pasukan Bani Isra'il yang sedang dicekam oleh rasa takut
dan bimbang menghadapi Jalout yang sudah termasyur sebagai jaguh yang tidak
pernah terkalahkan itu.
Pada saat yang kritis dan tegang itu di mana rasa malu rendah diri memenuhi
dada dan hati para pemimpin pasukan Bani Isra'il yang sedang memandang satu
kepada yang lain, seray bertanya-tanya dalam hati masing-2 gerangan siapakah di
antara mereka yang dapat maju membungkam ,ulut si Jalout yang berteriak-teriak
itu dan melawannya, datanglah pada saat itu menghadap raja Thalout seorang
lelaki remaja berparas tampan, bertubuh kekar dan tegak, sinar matanya memancarkan
keberanian dan kecerdasan. Ia meminta izin dari sang raja untuk keluar
menyambut tentangan Jalout dan menandinginya.
Thalout merasa kagum akan keberanian pemuda yang telah menawarkan dirinya untuk
bertarung dengan Jalout, sementara orang-orang dari pasukannya sendiri yang
sudah berpengalaman berperang tidak ada yang tergerak hatinya untuk menyahut
cabaran Jalout yang berteriak-teriak melontarkan ejekan dan hinaan. Thalout
dengan cermat memperhatikan perawakan sang pemuda itu merasa berat dan
ragu-ragu untuk memberi izin kepadanya turun ke gelanggang melawan Jalout. Ia
tidak membayangkan seorang dalam usia semuda itu, yang belum pernah turun ke
medan perang dan tiak berpengalaman bertarung akan selamat dan keluar hidup
dari pertarungan melawan Jalout. Ia benar-benar bukan tandingannya, kata hati
Thalout, bahkan merupakan suatu dosa bila ia melepaskan pemuda itu bertarung
dengan Jalout. Sayang bagi usianya yang masih muda itu bila ia akan menjadi
korban dan makanan pedang Jalout yang tidak pernah memberi ampun kepada
lawan-lawannya.
Sang pemuda dengan memperhatikan roman muka Thalout dapat menangkap isi hatinya
bahwa ia ragu-ragu dan bimbang untuk melepaskannya bertarung dengan Jalout maka
berkatalah ia kepadanya: "Janganlah engkau terpengaruh oleh usia mudaku
dan keadaan fizikalku yang menjadikan engkau ragu-ragu dan khuatir melepaskan
aku melawan Jalout karena yang menentukan dalampertarungan bukanlah hanya
kekuatan fizikal dan kebesaran badan akan tetapi yang lebih penting dari itu
ialah keteguhan hati dan keuletan bertempur serta iman dan kepercayaan kepada
Allah yang menentukan hidup matinya seseorang hamba-Nya. beberapa hari yang
lalu aku telah berhasil menangkap seekor singa dan membunuhnya tatkal ia hendak
menyergap dombaku dan sebelum itu terjadi pula aku menghadang seekor beruang
yang ganas dan berhasil membunuhnya setelah bergulat mati-matian. Maka bukanlah
usia atau kekuatan badan yang merupakan faktor yang menentukan dalam
pertempuran tetapi keberanian dan keteguhan hati serta kelincahan dan kecepatan
bergerak dengan disertai perhitungan yang tepat, itulah merupakan senjata yang
lebih ampuh dalam setiap pertarungan."
Mendengar kata-kata yang penuh semangat yang keluar dari hati yang ikhlas dan
jujur sedarlah Thalout bahawa pemuda itu berkemahuan keras ingin melawan
Jalout. Ia percaya kepada dirinya sendiri bahwa ia dapat mengalahkannya maka
diberinyalah izin dan restu oleh Thalout untuk melaksanakan kehendaknya dengan
diiringi doa semuga Allah melindunginya dan mengurniainya dengan kemenangan
yang diharap-harapkan oleh seluruh anggota pasukan. Kemudian ia diberinya
pedang, topi baja dan zirah baju besi namun ia enggan mengenakan pakaian yang
berat itu dan pedang pun ia menolak untuk membawanya dengan alasan ia belum
biasa menggunakan senjata itu. Ia hanya membawa sebuah tongkat beberapa batu
kerikil dan sebuah bandul untuk melemparkan batu-batu itu.
Berkatalah Thalout kpanya: "Bagaimana engkau dapat bertarung dengan hanya
bersenjatakan tongkat, bandul dan batu-batu melawan Jalout yang bersenjatakan pedang,
panah dan berpakaian lengkap?"
Pemuda itu menjawab: "Tuhan yang telah melindungiku dan taring singa dan
kuku beruang akan melindungiku pula dari pedang dan panah Jalout yang durhaka
itu." Lalu dengan berbekalkan senjata yang sgt sedrhana itu, keluarlah ia
dari tengah-2 barisan Bani Isra'il menuju gelanggang di mana Jalout sedang
menari-nari mengelu-elukan pedangnya seraya berteriak-teriak mengejek dan
menyombangkan diri.
Tatkala Jalout melihat bahwa yang masuk gelanggang hendak bertanding dengan dia
adalah seorang pemuda remaja tidak bersenjatakan pedang atau panah dan tidak
pula mengenakan topi baja dan zirah, dihinalah ia dan diejek dengan kata-kata:
"Utk apakah tongkat yang engkau bawa itu."Utk mengejar anjingkah atau
untuk memukul anak-anak yang sebaya dengan engkau? Di mana pedangmu dan
zirahmu? Rupa-rupanya engkau sudah bosan hidup dan ingin mati padahal engkau
masih muda yang belum merasakan suka-dukanya kehidupan dan yang masih harus
banyak belajar dari pengalaman. Majulah engkau ke sini akan aku habiskan
nyawamudalam sekelip mata dan akan kujadikan dagingmu makanan yang lazat bagi
binatang-2 di darat dan burung-2 di udara."
Sang pemuda menjawab: "Engkau boleh bangga dengan zirah dan topi bajamu,
boleh merasa kuat dan ampuh dengan pedang dan panahmu yang tidak akan sanggup
menyelamatkan nyawamu dan tanganku yang masih halus dan bersih ini. Aku datang
ke sini dengan nama Allah Tuhan Bani Isra'il yang telah lama engkau hina,
engkau jajah dan engkau tundukkan. Engkau sebentar lagi akan mengetahui pedang
dan panahkah yang akan mengakhiri hayatku atau kehendak Allah dan kekuasaan-Nya
yang akan meranggut nyawamu dan mengirimkan engkau ke neraka Jahannam?"
Melihat Jalout melangkah maju, maka sebelum ia sempat mendekatinya, sang pemuda
segera mengeluarkan batu dari sakunya, melemparkannya dengan bandul tepat ke
arah kepala Jalout yang seketika itu juga mengalirkan darah dengan derasnya
hingga menutupi kedua matanya, lalu diikuti dengan lemparan batu kedua dan
ketiga oleh sang pemuda hingga terjatuhlah Jalout tertiarap di atas lantai
menghembuskan nafas terakhirnya.
Bergemuruhlah suara teriakan gembira dan sorak-sorai dari pihak pasukan Bani
Isra'il menyambut kemenangan pemuda gagah perkasa itu atas Jalout jaguh dan
kebanggaan bangsa Palestin. Dan dengan matinya Jalout hilanglah semangat tempur
pasukan Palestin dan mundurlah mereka melarikan diri tunggang-langgang seraya
dikejar dan diajar tanpa ampun oleh pasukan Thalout yang telah memperoleh
kembali semangat juangnya dan harga diri serta kebanggaan nasionalnya.
Isi cerita di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah "Al-Baqarah"
ayat 246 sehingga 251 yang bermaksud :~
"246~ Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Isra'il sesudah
Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka:
"Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami dapat berperang {di bawah
pimpinannya} di jalan Allah." Nabi mereka berkata: "Mungkin sekali
jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang`." Mereka
menjawab : "Mengapa kami tidak mahu berperang di jalan Allah, padahal
sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak
kami?" Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun
berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui
akan orang-orang yang zalim. 247~ Nabi mereka mengatakan kepada mereka:
"Sesungguhnya Allah mengangkat Thalout menjadi rajamu." Mereka
menjawab: "Bagaimana Thalout memerintah kami padahal kami lebih berhak
mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan
yang cukup banyak?" Nabi mereka berkata: "Sesungguhnya Allah telah
memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang
perkasa." Allah memberi pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. 248~ Dan Nabi mereka
mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja ialah
kembalinya tabout kepadamu di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan
sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun tabout itu dibawa oleh
malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu jika kamu
orang yang beriman. 249~ Maka tatkala Thalout ke luar membawa tenteranya ia
berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan satu sungai. Maka
siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa
tidak merasakan airnya kecuali orang yang hanya menciduk seciduk tangan, maka
ia adalah pengikutku." Kemudian mereka meminumnnya terkecuali beberapa
orang di antara mereka. Maka tatkala Thalout dan orang-orang yang beriman
bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum
berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalout dan
tenteranya." Orang-orang yang menyakini bahwa mereka akan menemui jalan
Allah berkata: "Berpa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat
mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah dan Allah berserta
orang-orang yang sabar. 250~ tatkala Jalout dan tenteranya telah nampak oleh
mereka, mereka pun berdoa: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri
kami dan kukuhkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang
kafir." 251~ Mereka {tentera Thalout} mengalahkan tentera Jalout dengan
izin Allah dan {dalam peperangan itu} Daud membunuh Jalout, kemudian Allah
memberikan kepadanya {Daud} pemerintahan dan hikmah {sesudah meninggalkan
Thalout} serta Allah mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya." {
Al-Baqarah : 246 ~ 251 }
Catatan tambahan
Nabi Musa wafat pada usia 150 tahun
di atas sebuah bukit bernama "Nabu", di mana ia diperintahkan oleh
Allah untuk melihat tanah suci yang dijanjikan {Palestin} namun tidak sampai
memasukinya.
NABI HARUN AS
Nabi Harun adalah saudara Musa dan
partner (pasangan) dakwahnya dalam mengajak Firaun beriman kepada Allah, karena
kefasihan dan kepandaiannya berbicara. Musa mewakilkan urusan kaumnya kepada
Harun ketika ia pergi menemui Allah di bukit Thur. Namun Samiri menyebarkan
fitnah mengajak Bani Israel menyembah patung anak sapi yang terbuat dari emas.
Nabi Harun mengajak mereka kembali menyembah Allah, tetapi mereka semakin
menunjukkan kesombongan. Ketika Nabi Musa kembali dan menyaksikan apa yang
dilakukan kaumnya, dia memarahi saudaranya, Harun.
Kisah Nabi Harun dapat dibaca pada
kisah Nabi Musa
NABI DAUD AS
Daud bin Yisya adalah salah seorang
dari tiga belas bersaudara turunan ketiga belas dari Nabi Ibrahim a.s. Ia
tinggal bermukim di kota Baitlehem, kota kelahiran Nabi Isa a.s. bersama ayah
dan tiga belas saudaranya.
Daud Dan Raja Thalout
Ketika raja Thalout raja Bani
Isra'il mengerahkan orang supaya memasuki tentera dan menyusun tentera rakyat
untuk berperang melawan bangsa Palestin, Daud bersama dua orang kakaknya
diperintahkan oleh ayahnya untuk turut berjuang dan menggabungkan diri ke dalam
barisan askar Thalout. Khusus kepada Daud sebagai anak yang termuda di antara
tiga bersaudara, ayahnya berpesan agar ia berada di barisan belakang dan tidak
boleh turut bertempur. Ia ditugaskan hanya untuk melayani kedua kakaknya yang
harus berada dibarisan depan, membawakan makanan dan minuman serta keperluan-2
lainnya bagi mereka, di samping ia harus dari waktu ke waktu memberi lapuran
kepada ayahnya tentang jalannya pertempuran dan keadaan kedua kakaknya di dalam
medan perang. Ia sesekali tidak diizinkan maju ke garis depan dan turut
bertempur, mengingatkan usianya yang masih muda dan belum ada pengalaman
berperang sejak ia dilahirkan.
Akan tetapi ketika pasukan Thalout dari Bani Isra'il berhadapan muka dengan
pasukan Jalout dari bangsa Palestin, Daud lupa akan pesan ayahnya tatkala
mendengar suara Jalout yang nyaring dengan penuh kesombongan menentang mengajak
berperang, sementara jaguh-jaguh perang Bani Isra'il berdiam diri sehinggapi
rasa takut dan kecil hati. Ia secara spontan menawarkan diri untuk maju
menghadapi Jalout dan terjadilah pertempuran antara mereka berdua yang berakhir
dengan terbunuhnya Jalout sebagaimana telah diceritakan dalam kisah sebelum
ini.
Sebagai imbalan bagi jasa Daud mengalahkan Jalout maka dijadikan menantu oleh
Thalout dan dikahwinkannya dengan puterinya yang bernama Mikyal, sesuai dengan
janji yang telah diumumkan kepada pasukannya bahwa puterinya akan dikahwinkan
dengan orang yang dapat bertempur melawan Jalout dan mengalahkannya.
Di samping ia dipungut sebagai menantu, Daud diangkat pula oleh raja Thalout
sebagai penasihatnya dan orang kepercayaannya. Ia disayang, disanjung dan
dihormati serta disegani bukan sahaja oleh mertuanya bahkan oleh seluruh rakyat
Bani Isra'il yang melihatnya sebagai pahlawan bangsa yang telah berhasil
mengangkat keturunan serta darjat Bani Isra'il di mata bangsa-2 sekelilingnya.
Suasana keakraban, saling sayang dan saling cinta yang meliputi hubungan sang
menantu Daud dengan sang mertua Thalout tidak dapat bertahan lama. Pada akhir
waktunya Daud merasa bahwa ada perubahan dalam sikap mertuanya terhadap
dirinya. Muka manis yang biasa ia dapat dari mertuanya berbalik menjadi muram
dan kaku, kata-katanya yang biasa didengar lemah-lembut berubah menjadi
kata-kata yang kasar dan keras. Bertanya ia kepada diri sendiri gerangan apakah
kiranya yang menyebabkan perubahan sikap yang mendadak itu? Adakah hal-hal yang
dilakukan yang dianggap oleh mertuanya kurang layak, sehingga menjadikan ia
marah dan benci kepadanya? Ataukah mungkin hati mertuanya termakan oleh hasutan
dan fitnahan orang yang sengaja ingin merusakkan suasana harmoni dan damai di
dalam rumah tangganya? Bukankah ia seorang menantu yang setia dan taat kepada mertuanta
yang telah memenuhi tugasnya dalam perang sebaik yang oa harapkan? dan bukankah
ia selalu tetap bersedia mengorbankan jiwa raganya untuk membela dan
mempertahankan kekekalan kerajaan mertuanya?
Daud tidak mendapat jawapan yang memuaskan atas pertanyaan-2 yang melintasi
fikirannya itu. IA kemudian kembali kepada dirinya sendiri dan berkata dalam
hatinya mungkin apa yang ia lihat sebagai perubahan sikap dan perlakuan dari
mertuannya itu hanya suatu dugaan dan prasangka belaka dari pihaknya dan kalau
pun memang ada maka mungkin disebabkan oleh urusan-2 dan masalah-2 peribadi
dari mertua yang tidak ada sangkut-pautnya dengan dirinya sebagai menantu.
demikianlah dia mencuba menenangkan hati dan fikirannya yang masyangul yang
berfikir selanjutnya tidak akan mempedulikan dan mengambil kisah tentang sikap
dan tindak-tanduk mertuanya lebih jauh.
Pada suatu malam gelap yang sunyi senyap, ketika ia berada di tempat tidur
bersam isterinya Mikyal. Daud berkata kepada isterinya: "Wahai Mikyal,
entah benarkah aku atau salah dalam tanggapanku dan apakah khayal dan dugaan
hatiku belaka atau sesuatu kenyataan apa yang aku lihat dalam sikap ayahmu
terhadap diriku? Aku melihat akhir-2 ini ada perubahan sikap dari ayahmu
terhadap diriku. Ia selalu menghadapi aku dengan muka muram dan kaku tidak
seperti biasanya. Kata-katanya kepadaku tidak selamah lembut seperti dulu. Dari
pancaran pandangannya kepadaku aku melihat tanda-2 antipati dan benci kepadaku.
Ia selalu menggelakkan diri dari duduk bersama aku bercakap-cakap dan berbincang-bincang
sebagaimana dahulu ia lakukan bila ia melihatku berada di sekitarnya."
Mikyal menjawab seraya menghela nafas panjang dan mengusap air mata yang
terjatuh di atas pipinya: "Wahai Daud aku tidak akan menyembunyikan
sesuatu daripadamu dan sesekali tidak akan merahsiakan hal-hal yang sepatutnya
engkau ketahui. Sesungguhnya sejak ayahku melihat bahawa keturunanmu makin naik
di mata rakyat dan namamu menjadi buah mulut yang disanjung-sanjung sebagai
pahlawan dan penyelamat bangsa, ia merasa iri hati dan khuatir bila pengaruhmu
di kalangan rakyat makin meluas dan kecintaan mereka kepadamu makin bertambah,
hal itu akan dapat melemahkan kekuasaannya dan bahkan mungkin mengganggu
kewibawaan kerajaannya. Ayahku walau ia seorang mukmin berilmu dan bukan dari
keturunan raja menikmati kehidupan yang mewah, menduduki yang empuk dan
merasakan manisnya berkuasa. Orang mengiakan kata-katanya, melaksanakan segala
perintahnya dan membungkukkan diri jika menghadapinya. Ia khuatir akan
kehilangan itu semua dan kembali ke tanah ladangnya dan usaha ternaknya di
desa. Kerananya ia tidak menyukai orang menonjol yang dihormati dan disegani
rakyat apalagi dipuja-puja dan dianggapnya pahlawan bangsa seperti engkau. Ia
khuatir bahawa engkau kadang-2 dapat merenggut kedudukan dan mahkotanya dan
menjadikan dia terpaksa kembali ke cara hidupnya yang lama sebagaimana tiap
raja meragukan kesetiaan tiap orang dan berpurba sangka terhadap tindakan-2
orang-2nya bila ia belum mengerti apa yang dituju dengan tindakan-2 itu."
"Wahai Daud", Mikyal meneruskan ceritanya, "Aku mendapat tahu
bahawa ayahku sedang memikirkan suatu rencana untuk menyingkirkan engkau dan
mengikis habis pengaruhmu di kalangan rakyat dan walaupun aku masih merayukan
kebenaran berita itu, aku rasa tidak ada salahnya jika engkau dari sekarang
berlaku waspada dan hati-hati terhadap kemungkinan terjadi hal-hal yang malang
bagi dirimu."
Daud merasa hairan kata-kata isterinya itu lalu ia bertanya kepada dirinya
sendiri dan kepada isterinya: "Mengapa terjadi hal yang sedemikian itu?
Mengapa kesetiaku diragukan oleh ayah mu, padahal aku dengan jujur dan ikhlas
hati berjuang di bawah benderanya, menegakkan kebenaran dan memerangi
kebathilan serta mengusir musuh ayahmu, Thalout telah kemasukan godaan Iblis
yang telah menghilangkan akal sihatnya serta mengaburkan jalan
fikirannya?" Kemudian tertidurlah Daud selesai mengucapkan kata-kata itu.
Pada esok harinya Daud terbangun oelh suara seorang pesurh Raja yang
menyampaikan panggilan dan perintah kepadanya untuk segera datang menghadap.
Berkata sang raja kepada Daud yang berdiri tegak di hadapannya: "Hai Daud
fikiranku kebelakang ini sgt terganggu oleh sebuah berita yang menrungsingkan.
Aku mendengar bahwa bangsa Kan'aan sedang menyusun kekuatannya dan mengerahkan
rakyatnya untuk datang menyerang dan menyerbu daerah kita. Engkaulah harapan ku
satu-satunya, hai Daud yang akan dapat menanganu urusan ini maka ambillah
pedangmu dan siapkanlah peralatan perangmu pilihlah orang-orang yang engkau
percayai di antara tenteramu dan pergilah serbu mereka di rumahnya sebelum
sebelum mereka sempat datang kemari. Janganlah engkau kembali dari medan perang
kecuali dengan membawa bendera kemenangan atau dengan jenazahmu dibawa di atas
bahu orang-orangmu."
Thalout hendak mencapi dua tujuan sekaligus dengan siasatnya ini, ia handak
menghancurkan musuh yang selalu mengancam negerinya dan bersamaan dengan itu
mengusirkan Daud dari atas buminya karena hampir dapat memastikan kepada
dirinya bahwa Daud tidak akan kembali selamat dan pulang hidup dari medan
perang kali ini.
Siasat yang mengandungi niat jahat dan tipu daya Thalout itu bukan tidak
diketahui oleh Daud. Ia merasa ada udang disebalik batu dalam perintah Thalout
itu kepadanya, namun ia sebagai rakyat yang setia dan anggota tentera yang
berdisiplin ia menerima dan melaksanakan perintah itu dengan sebaik-baiknya
tanpa mempedulikan atau memperhitungkan akibat yang akan menimpa dirinya.
Dengan bertawakkal kepada Allah berpasrah diri kepada takdir-Nya dan berbekal
iman dan talwa di dalam hatinya berangkatlah Daud berserta pasukannya menuju
daerah bangsa Kan'aan. Ia tidak luput dari lindungan Allah yang memang telah
menyuratkan dalam takdir-Nya mengutuskan Daud sebagai Nabi dan Rasul. Maka
kembalilah Daud ke kampung halamannya berserta pasukannya dengan membawa
kemenangan gilang-gemilang.
Kedatangan Daud kembali dengan membawa kemenangan diterima oleh Thalout dengan
senyum dan tanda gembira yang dipaksakan oleh dirinya. Ia berpura-pura
menyambut Daud dengan penghormatan yang besar dan puji-pujian yang
berlebih-lebihan namun dalam dadanya makin menyala-nyala api dendam dan
kebenciannya, apalagi disadarinya bahwa dengan berhasilnya Daud menggondol
kemenangan, pengaruhnya di mata rakyat makin naik dan makin dicintainyalah ia
oleh Bani Isra'il sehingga di mana saja orang berkumpul tidak lain yang
dipercakapkan hanyalah tentang diri Daud, keberaniannya, kecekapannya memimpin
pasukan dan kemahirannya menyusun strategi dengan sifat-sifat mana ia dapat
mengalahkan bangsa Kan'aan dan membawa kembali ke rumah kemenangan yang menjadi
kebanggaan seluruh bangsa.
Gagallah siasat Thalout menyingkirkan Daud dengan meminjam tangan orang-orang
Kan'aan. Ia kecewa tidak melihat jenazah Daud diusung oleh orang-orang nya yang
kembali dari medan perang sebagaimana yang ia harapkan dan ramalkan, tetapi ia
melihat Daud dalam keadaan segar-bugar gagah perkasa berada di hadapan
pasukannya menerima alu-aluan rakyat dan sorak-sorainya tanda cinta kasih
sayang mereka kepadanya sebagai pahlawan bangsa yang tidak terkalahkan.
Thalout yang dibayang rasa takut akan kehilangan kekuasaan melihat makin
meluasnya pengaruh Daud, terutama sejak kembalinya dari perang dengan bangsa
Kan'aan, berfikir jalan satu-satunya yang akan menyelamatkan dia dari ancaman
Daud ialah membunuhnya secara langsung. Lalu diaturlah rencana pembunuhannya
sedemikian cermatnya sehingga tidak akan menyeret namanya terbawa-bawa ke
dalamnya. Mikyal, isteri Daud yang dapat mencium rancangan jahat ayahnya itu,
segera memberitahu kepada suaminya, agar ia segera menjauhkan diri dan
meninggalkan kota secepat mungkin sebelum rancangan jahat itu sempat
dilaksanakan . Maka keluarlah Daud memenuhi anjuran isterinya yang setia itu
meninggalkan kota diwaktu malam gelap dengan tiada membawa bekal kecuali iman
di dada dan kepercayaan yang teguh yang akan inayahnya Allah dan rahmat-Nya.
Setelah berita menghilangnya Daud dari istana Raja diketahui oleh umum,
berbondong-bondonglah menyusul saudara-2nya, murid-2nya dari para pengikutnya
mencari jejaknya untuk menyampaukan kepadanya rasa setiakawan mereka serta
menawarkan bantuan dan pertolongan yang mungkin diperlukannya.
Mereka menemui Daud sudah agak jauh dari kota, ia lagi istirahat seraya
merenungkan nasib yang ia alami sebgai akibat dari perbuatan seorang hamba
Allah yang tidak mengenal budi baik sesamanya dan yang selalu memperturutkan
hawa nafsunya sekadar untuk mempertahankan kekuasaan duniawinya. Hamba Allah
itu tidak sedar, fikir Daud bahwa kenikmatan dan kekuasaan duniawi yang ia
miliki adalah pemberian Allah yang sewaktu-waktu dapat dicabut-Nya kembali
daripadanya.
Daud Dinobatkan Sebagai Raja
Raja Thalout makin lama makin
berkurang pengaruhnya dan merosot kewibawaannya sejak ia ditingglkan oleh Daud
dan diketahui oleh rakyat rancangan jahatnya terhadap orang yang telah berjasa
membawa kemenangan demi kemenangan bagi negara dan bangsanya. Dan sejauh
perhargaan rakyat terhadap Thalout merosot, sejauh itu pula cinta kasih mereka
kepada Daud makin meningkat, sehingga banyak diantara mereka yang lari
mengikuti Daud dan menggabungkan diri ke dalam barisannya, hal mana menjaadikan
Thalout kehilangan akal dan tidak dapat menguasai dirinya. IA lalu menjalankan
siasat tangan besi, menghunus pedang dan membunuh siapa saja yang ia ragukan
kesetiaannya, tidak terkecuali di antara korban-2nya terdapat para ulama dan
para pemuka rakyat.
Thalout yang mengetahui bahawa Daud yang merupakan satu-satunya saingan baginya
masih hidup yang mungkin sekali akan menuntut balas atas pengkhianatan dan
rancangan jahatnya, merasakan tidak dapat tidur nyenyak dan hidup tebteram di
istananya sebelum ia melihatnya mati terbunuh. Kerananya ia mengambil keputusan
untuk mengejar Daud di mana pun ia berada, dengan sisa pasukan tenteranya yang
sudah goyah disiplinnya dan kesetiaannya kepada Istana. Ia fikir harus cepat-2
membinasakan Daud dan para pengikutnya sebelum mereka menjadi kuat dan
bertambah banyak pengikutnya.
Daud bersert para pengikutnya pergi bersembunyi di sebuah tempat persembunyian
tatkala mendengar bahwa Thalout dengan askarnya sedang mengejarnya dan sedang
berada Tidak jauh dari tempat persembunyiannya. Ia menyuruh beberapa orang drp
para pengikutnya untuk melihat dan mengamat-amati kedudukan Thalout yang sudah
berada dekat dari tempat mereka bersembunyi. Mereka kembali memberitahukan
kepada Daud bahawa Thalout dan askarnya sudah berada di sebuah lembah dekat
dengan tempat mereka dan sedang tertidur semuanya dengan nyenyak. Mereka
berseru kepada Daud jangan menyia-nyiakan kesempatan yang baik ini untuk
memberi pukulan yang memastikan kepada Thalout dan askarnya. Anjuran mereka
ditolak oleh Daud dan ia buat sementara merasa cukup sebagai peringatan pertama
bagi Thalout menggunting saja sudut bajunya selagi ia nyenyak dalam tidurnya.
Setelah Thalout terbangun dari tidurnya, dihampirilah ia oleh Daud yang seraya
menunjukkan potongan yang digunting dari sudut bajunya berkatalah ia kepadanya:
"Lihatlah pakaian bajumu yang telah aku gunting sewaktu engkau tidur
nyenyak. Sekiranya aku mahu nescaya aku dengan mudah telah membunuhmu dan
menceraikan kepalamu dari tubuhmu, namun aku masih ingin memberi kesempatan
kepadamu untuk bertaubat dan ingat kepada Tuhan serta membersihkan hati dan
fikiranmu dari sifat-sifat dengki, hasut dan buruk sangka yang engkau jadikan
dalih untuk membunuh orang sesuka hatimu."
Thalout tidak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya bercampur malu yang nampak
jelas pada wajahnya yang pucat. Ia berkata menjawab Daud: "Sungguh engkau
adalah lebih adil dan lebih baik hati daripadaku. Engkau benar-benar telah
menunjukkan jiwa besar dan perangai yang luhur. Aku harus mengakui hal
itu."
Peringatan yang diberikan oleh Daud belum dapat menyedarkan Thalout. Hasratnya
yang keras untuk mempertahankan kedudukannya yang sudah lapuk itu menjadikan ia
lupa peringatan yang ia terima dari Daud tatkala digunting sudut bajunya. Ia
tetap melihat Daud sebagai musuh yang akan menghancurkan kerajaannya dan
mengambil alih mahkotanya. Ia merasa belum aman selama masih hidup dikelilingi
oleh para pengikutnya yang makin lama makin membesar bilangannya. Ia enggan
menarik pengajaran dan peristiwa perguntingan bajunya dan mencuba sekali lagi
membawa askarnya mengejar dan mencari Daud untuk menangkapnya hidup atau mati.
Sampailah berita pengejaran Thalout ke telinga Daud buat kali keduanya, maka
dikirimlah pengintai oleh Daud untuk mengetahui dimana tempat askar Thalout
berkhemah. Di ketemukan sekali lagi mereka sedang berada disebuah bukit
tertidur dengan nyenyaknya karena payah kecapaian. Dengan melangkah beberapa
anggota pasukan yang lagi tidur, sampailah Daud di tempat Thalout yang lagi
mendengkur dalam tidurnya, diambilnyalah anak panah yang tertancap di sebelah
kanan kepala Thalout berserta sebuah kendi air yang terletak disebelah kirinya.
Kemudian dari atas bukit berserulah Daud sekeras suaranya kepada anggota pasukan
Thalout agar mereka bangun ari tidurnya dan menjaga baik-baik keselamatan
rajanya yang nyaris terbunuh karena kecuaian mereka. Ia mengundang salah
seorang dari anggota pasukan untuk datang mengambil kembali anak panah dan
kendi air kepunyaan raja yang telah dicuri dari sisinya tanpa seorang pun dari
mereka yang mengetahuinya.
Tindakan Daud itu yang dimaksudkan sebagai peringatan kali kedua kepada Thalout
bahwa pasukan pengawal yang besar yang mengelilinginya tidak akan dapat
menyelamatkan nyawanya bila Allah menghendaki merenggutnya. Daud memberi dua
kali peringatan kepada Thalout bukan dengan kata-kata tetapi dengan perbuatan
yang nyata yang menjadikan ia merasa ngeri membayangkan kesudahan hayatnya
andaikan Daud menuntut balas atas apa yang ia telah lakukan dan rancangkan
untuk pembunuhannya.
Jiwa bsar yang telah ditunjukkan oleh daud dalam kedua peristiwa itu telah
sangat berkesan dalam lubuk hati Thalout.
Ia terbangun dari lamunannya dan sedar bahawa ia telah jauh tersesat dalam
sikapnya terhadap Daud. Ia sedar bahawa nafsu angkara murka dan bisikan
iblislah yang mendorongkan dia merancangkan pembunuhan atas diri Daud yang
tidak berdosa, yang setia kepada kerajaannya, yang berkali-kali mempertaruhkan
jiwanya untuk kepentingan bangsa dan negerinya, tidak pernah berbuat kianat
atau melalaikan tugas dan kewajibannya. Ia sedar bahawa ia telah berbuat dosa
besar dengan pembunuhan yang telah dilakukan atas beberapa pemuka agama hanya
kerana purba sangka yang tidak berdasar.
Thalout duduk seorang diri termenung membalik-balik lembaran sejarah hidupnya,
sejak berada di desa bersama ayahnya, kemudian tanpa diduga dan disangka,
berkat rahmat dan kurnia Allah diangkatlah ia menjadi raja Bani Isra'il dan
bagaimana Tuhan telah mengutskan Daud untuk mendampinginya dan menjadi
pembantunya yang setia dan komandan pasukannya yang gagah perkasa yang
sepatutnya atas jasa-jasanya itu ia mendapat penghargaan yang
setinggi-tingginya dan bukan sebagaimana ia telah lakukan yang telah
merancangkan pembunuhannya dan mengejar-gejarnya setelah ia melarikan diri dari
istana. Dan walaupun ia telah mengkhianati Daud dengan rancangan jahatnya, Daud
masih berkenan memberi ampun kepadanya dalam dua kesempatan di mana ia dengan
mudah membunuhnya andaikan dia mahu.
Membayangkan peristiwa-2 itu semunya menjadi sesaklah dada Thalout menyesalkan
diri yang telah terjerumus oleh hawa nafsu dan godaan Iblis sehingga ia
menyia-nyiakan kurnia dan rahmat Allah dengan tindakan-tindakan yang bahkan
membawa dosa dan murka Allah. Maka untuk menebuskan dosa-dosanya dan bertaubat
kepada Allah, Thalout akhirnya mengambil keputusan keluar dari kota melepaskan
mahkotanya dan meninggalkan istananya berserta segala kebesaran dan
kemegahannya lalu pergilah ia berkelana dan mengembara di atas bumi Allah
sampai tiba saatnya ia mendapat panggilan meninggalkan dunia yang fana ini
menuju alam yang baka.
Syahdan, setelah istana kerajaan Bani Isra'il ditinggalkan oleh Thalout yang
pergi tanpa meninggalkan bekas, beramai-ramailah rakyat mengangkat dan
menobatkan Daud sebagai raja yang berkuasa.
Nabi Daud mendapat Godaan
Daud dapat menangani urusan
pemerintahan dan kerajaan, mengadakan peraturan dan menentukan bagi dirinya
hari-hari khusus untuk melakukan ibadah dan bermunajat kepada Allah, hari-hari
untuk peradilan, hari-hari untuk berdakwah dan memberi penerangan kepada rakyat
dan hari-hari menyelesaikan urusan-urusan peribadinya.
Pada hari-hari yang ditentukan untuk beribadah dan menguruskan urusan-2
peribada, ia tidak diperkenankan seorang pun menemuinya dan mengganggu dalam
khalawatnya, sedang pada hari-hari yang ditentukan untuk peradilan maka ia
menyiapkan diri untuk menerima segala lapuran dan keluhan yang dikemukan oleh
rakyatnya serta menyelesaikan segala pertikaian dan perkelahian yang terjadi
diantara sesama mereka. Peraturan itu diikuti secara teliti dan diterapkan
secara ketat oleh para pengawal dan petugas keamanan istana.
Pada suatu hari di mana ia harus menutup diri untuk beribadah dan berkhalwat
datanglah dua orang lelaki meminta izin dari para pengawal untuk masuk bagi
menemui raja. Izin tidak diberikan oleh para pengawal sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, namun lelaki itu memaksa kehendaknya dan melalui pagar yang
dipanjat sampailah mereka ke dalam istana dan bertemu muka dengan Daud.
Daud yang sedang melakukan ibadahnya terperanjat melihat kedua lelaki itu sudah
berada di depannya, padahal ia yakin para penjaga pintu istana tidak akan dapat
melepaskan siapa pun masuk istana menemuinya. Berkatalah kedua tamu yang tidak
diundang itu ketika melihat wajah Daud menjadi pucat tanda takut dan terkejut:
"Janganlah terkejut dan janganlah takut. Kami berdua datang kemari untuk
meminta keputusan yang adil dan benar mengenai perkara sengketa yang terjadi
antara kami berdua."
Nabi Daud tidak dapat berbuat selain daripada menerima mereka yang sudah berada
didepannya, kendatipun tidak melalui prosedur dan protokol yang sepatutnya.
Berkatalah ia kepada mereka setelah pulih kembali ketenangannya dan hilang rasa
paniknya: "Cubalah bentangkan kepadaku persoalanmu dalam keadaan yang
sebenarnya." Berkata seorh daripada kedua lelaki itu: "Saudaraku ini
memilki sembilan puluh sembilan ekor domba betina dan aku hanya memilki seekor
sahaja. Ia menuntut dan mendesakkan kepadaku agar aku serahkan kepadanya
dombaku yang seekor itu bagi melengkapi perternakannya menjadi genap seratus
ekor. Ia membawa macam-macam alasan dan berbagai dalil yang sangat sukar bagiku
untuk menolaknya, mengingatkan bahawa ia memang lebih cekap berdebat dan lebih
pandai bertikam lidah daripadaku."
Nabi Daud berpaling muka kepada lelaki yang lain yang sedang seraya bertanya:
"Benarkah apa yang telah diuraikan oleh saudara kamu ini?"
"Benar" ,jawab lelaki itu.
"Jika memang demikian halnya", kata Daud, dengan marah "maka
engkau telah berbuat zalim kepada saudaramu ini dan memperkosakan hak miliknya
dengan tuntutanmu itu. Aku tidak akan membiarkan engkau melanjutkan tindakanmu
yang zalim itu atau engkau akan menghadapi hukuman pukulan pada wajah dan
hidungmu. Dan memang banyak di antara orang-orang yang berserikat itu yang
berbuat zalim satu terhadap yang lain kecuali mereka yang benar beriman dan
beramal soleh."
"Wahai Daud", berkata lelaki itu menjawab, "sebenarnya engkaulah
yang sepatut menerima hukuman yang engkau ancamkan kepadaku itu. Bukankah
engkau sudah mempunyai sembilan puluh sembilan perempuan mengapa engkau masih
menyunting lagi seorang gadis yang sudah lama bertunang dengan seorang pemuda
anggota tenteramu sendiri yang setia dan bakti dan sudah lama mereka berdua
saling cinta dan mengikat janji."
Nabi Daud tercengang mendengar jawapan lelaki yang berani, tegas dan pedas itu
dan sekali lagi ia memikirkan ke mana sasaran dan tujuan kata-kata itu,
sekonyong-konyong lenyaplah menghilang dari pandangannya kedua susuk tubuh
kedua lelaki itu. Nabi Daud berdiam diri tidak mengubah sikap duduknya dan
seraya termenung sedarlah ia bahawa kedua lelaki itu adalah malaikat yang
diutuskan oleh Allah untuk memberi peringatan dan teguran kepadanya. Ia seraya
bersujud memohon ampun dan maghfirah dari Tuhan atas segala tindakan dan
perbuatan yang tidak diredhai oleh-Nya. Allah menyatakan menerima taubat Daud,
mengampuni dosanya serta mengangkatnya ke tingkat para nabi dan rasul-Nya.
Adapun gadis yang dimaksudkan dalam percakapan Daud dengan kedua malaikat yang
menyerupai sebagai manusia itu ialah "Sabigh binti Sya'igh seorang gadis
yang berparas elok dan cantik, sedang calon suaminya adalah "Uria bin
Hannan" seorang pemuda jejaka yang sudah lama menaruh cinta dan mengikat
janji dengan gadis tersebut bahwa sekembalinya dari medan perang mereka berdua
akan melangsungkan perkhawinan dan hidup sebagai suami isteri yang bahagia.
Pemuda itu telah secara rasmi meminang Sabigh dari kedua orang tuanya, yang
dengan senang hati telah menerima baik uluran tangan pemuda itu.
Akan tetapi apa yang hendak dikatakan sewaktu Uria bin Hannan berada di negeri
orang melaksanakan perintah Daud berjihad untuk menegakkan kalimah Allah,
terjadilah sesuatu yang menghancurkan rancangan syahdunya itu dn menjadilah
cita-citanya untuk beristerikan Sabigh gadis yang diidam-idamkan itu,
seakan-akan impian atau fatamorangana belaka.
Pada suatu hari di mana Uria masih berada jauh di negeri orang melaksanakan
perintah Allah untuk berjihad, tertangkaplah paras Sabigh yang ayu itu oleh
kedua belah mata Daud dan dari pandangan pertama itu timbullah rasa cinta di
dalam hati Daud kepada sang gadis itu, yang secara sah adalah tunangan dari
salah seorang anggota tenteranya yang setia dan cekap. Daud tidak perlu
berfikir lama untuk menyatakan rasa hatinya terhadap gadis yang cantik itu dan
segera mendatangi kedua orang tuanya meminang gadis tersebut.
Gerangan orang tua siapakah yang akan berfikir akan menolak uluran tangan
seorang seperti Daud untuk menjadi anak menantunya. Bukankah merupakan suatu
kemuliaan yang besar baginya untuk menjadi ayah mertua dari Daud seorang
pesuruh Allah dan raja Bani Isra'il itu. Dan walaupun Sabigh telah diminta oleh
Uria namin Uria sudah lama meninggalkan tunangannya dan tidak dapat dipastikan
bahwa ia akan cepat kembali atau berada dalam keadaan hidup. Tidak bijaksanalah
fikir kedua orang tua Sabigh untuk menolak uluran tangan Daud hanya semata-mata
karena menantikan kedatangan Uria kembali dari medan perang. Maka diterimalah
permintaan Daud dan kepadanya diserahkanlah Sabigh untuk menjadi isterinya yang
sah.
Demikianlah kisah perkhawinan Daud dan Sabigh yang menurut para ahli tafsir
menjadi sasaran kritik dan teguran Allah melalui kedua malaikat yang merupai
sebagai dua lelaki yang datang kepada Nabi Daud memohon penyelesaian tentang sengketa
mereka perihal domba betina mereka.
Hari Sabtunya Bani Isra'il
Di antara ajaran-2 Nabi Musa a.s.
kepada Bani Isra'il ialah bahawa mereka mewajibkan untuk mengkhususkan satu
hari pada tiap minggu bagi melakukan ibadah kepada Allah mensucikan hati dan
fikiran mereka dengan berzikir, bertahmid dan bersyukur atas segala kurnia dan
nikmat Tuhan, bersolat dan melakukan perbuatan-2 yang baik serta amal-2 soleh.
Diharamkan bagi mereka pada hari yang ditentukan itu untuk berdagang dan
melaksanakan hal-hal yang bersifat duniawi.
Pada mulanya hari Jumaatlah yang ditunjuk sebagai hari keramat dan hari ibadah
itu, alan tetapi mereka meminta dari Nabi Musa agar hari ibadah itu dijatuhkan
pada setiap hari Sabtu, mengingatkan bahwa pada hari itu Allah selesai menciptakan
makhluk-Nya. Usul perubahan yang mereka ajukan itu diterima oleh Nabi Musa,
maka sejak itu, hari Sabtu pada setiap minggu daijadikan hari mulia dan suci,
di mana mereka tidak melakukan perdagangan dan mengusahakan urusan-2 duniawi.
Mereka hanya tekun beribadah dan ebrbuat amal-amal kebajikan yang diperintahkan
oleh agama. Demikianlah hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun
berganti tahun namun adat kebiasaan mensucikan hari Sabtu tetap dipertahankan
turun temurun dan generasi demi generasi.
Pada masa Nabi Daud berkuasa di suatu desa bernama "Ailat" satu
diantara beberapa desa yang terletak di tepi Laut Merah bermukim sekelompok
kaum dari keturunan Bani Isra'il yang sumber percariannya adalah dari
penangkapan ikan, perdagangan dan pertukangan yang dilakukannya setiap hari
kecuali hari Sabtu.
Sebagai akibat dari perintah mensucikan hari Sabtu di mana tiada seorang
malakukan urusan dagangan atau penangkapan ikan, maka pasar-pasar dan tempat-2
perniagaan di desa itu menjadi sunyi senyap pada tiap hari dan malam sabtu,
sehingga ikan-2 di laut tampak terapung-apung di atas permukaan air, bebas
berpesta ria mengelilingi dua buah batu besar berwarna putih terletak ditepi
laut dekat desa Ailat.Ikan-ikan itu seolah-olah sudah terbiasa bahwa pada tiap
malam dan hari Sabtu terasa aman bermunculan di atas permukaan air tanpa
mendapat gangguan dari para nelayan tetapi begitu matahari terbenam pada Sabtu
senja menghilanglah ikan-ikan itu kembali ke perut dan dasar laut sesuai dengan
naluri yang dimiliki oleh tiap binatang makhluk Allah.
Para nelayan desa Ailat yang pd hari-hari biasa tidak pernah melihat ikan
begitu banyak terapung-apung di atas permukaan air, bahkan sukar mendapat
menangkap ikan sebanyak yang diharapkan, menganggap adalah kesempatan yang baik
dan menguntungkan sekali bila mereka melakukan penangkapan ikan pada tiap malam
dan hari Sabtu. Fikiran itu tidak disia-siakan dan tanpa menghiraukan perintah
agama dan adat kebiasaan yang sudah berlaku sejak Nabi Musa memerintahkannya,
pergilah mereka ramai-ramai ke pantai menangkap ikan di malam dan hari yang
terlarang itu, sehingga berhasillah mereka menangkap ikan sepuas hati mereka
dan sebanyak yang mereka harapkan, Berbeda jauh dengan hasil mereka di
hari-hari biasa.
Para penganut yang setia dan para mukmin yang soleh datang menegur para orang
fasiq yang telah berani melanggar kesucian hari Sabtu. Mereka diberi nasihat
dan peringatan agar menghentikan perbuatan mungkar mereka dan kembali mentaati
perintah agama serta menjauhkan diri dari semua larangannya, supay menghindari
murka Allah yang dapat mencabut kurnia dan nikmat yang telah diberikan kepada
mereka.
Nasihat dan peringatan para mukmin itu tidak dihiraukan oleh para nelayan yang
membangkang itu bahkan mereka makin giat melakukan pelanggaran secara
demonstratif karena sayang akan kehilangan keuntungan material yang besar yang
mereka perolrh dan penangkapan ikan di hari-hari yang suci. Akhirnya
pemuka-pemuka agama terpaksa mengasingkan mereka dari pergaulan dan melarangnya
masuk ke dalam kota dengan menggunakan senjata kalau perlu.
Berkata para nelayan pembangkang itu memprotes: "sesungguhnya kota Ailat
adalah kota dan tempat tinggal kami bersama kami mempunyai hak yang sama
seperti kamu untuk tinggal menetap di sini dan sesekali kamu tidak berhak
melarang kami memasuki kota kami ini serta melarang kami menggali sumber-2
kekayaan yang terdapat di sini bagi kepentingan hidup kami. Kami tidak akan
meninggalkan kota kami ini dan pergi pindah ke tempat lain. Dan jika engkau
enggan bergaul dengan kami maka sebaiknya kota Ailat ini di bagi menjadi dua
bahagian dipisah oleh sebuah tembok pemisah, sehingga masing-2 pihak bebas
berbuat dan melaksanakan usahanya tanpa diganggu oleh mana-mana pihak
lain."
Dengan adanya garis pemisah antara para nelayan pembangkang yang fasiq dan
pemeluk-pemeluk agama yang taat bebaslah mereka melaksanakan usaha penangkapan
ikan semahu hatinya secara besar-besaran pada tiap-tiap hari tanpa berkecuali.
Mereka membina saluran-2 air bagi mengalirkan air laut ke dekat rumah-2 mereka
dengan mengadakan bendungan-2 yang mencegahkan kembalinya ikan-2 le laut bila
matahari terbenam pada setiap petang Sabtu pada waktu mana biasanya ikan-2 yang
terapung-apung itu meluncur kembali ke dasar laut.
Para nelayan yang makin manjadi kaya karena keuntungan besar yang meeka peroleh
dari hasil penangkapan ikan yang bebas menjadi makin berani melakukan maksiat
dan pelanggaran perintah-2 agama yang menjurus kepada kerusakkan akhlak dan
moral mereka.
Sementara para pemuka agama yang melihat para nelayan itu makin berani
melanggar perintah Allah dan melakukan kemungkaran dan kemaksiatan di daerah
mereka sendiri masih rajin mendatangi mereka dari masa ke semasa memperingatkan
mereka dan memberi nasihat , kalau-2 masih dapat ditarik ke jalan yang benar
dan bertaubat dari perbuatan maksiat mereka. Akan tetapi kekayaan yang mereka
peroleh dari hasil penangkapan yang berganda menjadikan mata mereka buta untuk
melihta cahaya kebenaran, telinga mereka pekak untuk mendengar nasihat-2 para
pemuka agama dan lubuk hati mereka tersumbat oleh nafsu kemaksiatan dan
kefasiqan, sehingga menjadikan sebahagian dari pemuka dan penganjur agaam itu
berputus asa dan berkata kepada sebahagian yang masih menaruh harapan:
"Mengapa kamu masih menasihati orang-orang yang akan dibinasakan oleh
Allah dan akan ditimpahi hati orang-orang yang akan dibinasakan oleh Allah dan
akan ditimpahi azab yang sangat keras."
Demikianlah pula Nabi Daud setelah melihat bahawa segala nasihat dan peringatan
kepada kaumnya hanya dianggap sebagai angin lalu atau seakan suara di padang
pasir belaka dan melihat tiada harapan lagi bahwa mereka akan sedar dan insaf
kembali maka berdoalah beliau memohon kepada Allah agar menggajar mereka dengan
seksaan dan azab yang setimpal.
doa Nabi Daud dikabulkan oleh Allah dan terjadilah suatu gempa bumi yang
dahsyat yang membinasakan orang-orang yang telah membangkang dan berlaku zalim
terhadap diri mereka sendiri dengan mengabaikan perintah Allah dan perintah
para hamba-Nya yang soleh. Sementara mereka yang mukmin dan soleh mendapat
perlindungan Allah dan terhindarlah dari malapetaka yang melanda itu.
Beberapa Kurnia Allah Kepada Nabi Daud
·
Allah mengutusnya sebagai nabi dan rasul mengurniainya
nikmah, kesempurnaan ilmu, ketelitian amal perbuatan serta kebijaksanaan dalam
menyelesaikan perselisihan.
·
Kepadanya diturunkan kitab "Zabur", kitab
suci yang menghimpunkan qasidah-2 da sajak-2 serta lagu-2 yang mengandungi
tasbih dan pujian-pujian kepada Allah, kisah umat-2 yang dahulu dan berita
nabi-nabi yang akan datang, di antaranya berita tentang datangnya Nabi Muhammad
s.a.w.
·
Allah menundukkan gunung-2 dan memerintahkannya
bertasbih mengikuti tasbih Nabi Daud tiap pagi dan senja.
·
Burung-2 pun turut bertasbih mengikuti tasbih Nabi Daud
berulang-ulang.
·
Nabi Daud diberi peringatan tentang maksud suara atau
bahasa burung-2.
·
Allah telah memberinya kekuatan melunakkan besi,
sehingga ia dapat membuat baju-baju dan lingkaran-2 besi dengan tangannya tanpa
pertolongan api.
·
Nabi Daud telah diberikannya kesempatan menjadi raja
memimpin kerajaan yang kuat yang tidak dapat dikalahkan oleh musuh, bahkan
sebaliknya ia selalu memperolehi kemenangan di atas semua musuhnya.
·
Nabi Daud dikurniakan suara yang merdu oleh Allah yang
enak didengar sehingga kini ia menjadi kiasan bila seseorang bersuara merdu
dikatakan bahawa ia memperolehi suara Nabi Daud.
Kisah Nabi Daud dan kisah Sabtunya
Bani Isra'il terdapat dalam Al-Quran surah "Saba'" ayat 11, surah
"An-Nisa'" ayat 163, surah "Al-Isra'" ayat 55, surah
"Shaad" ayat 17 sehingga ayat 26 dan surah "Al-'Aaraaf"
ayat 163 sehingga ayat 165.
Beberapa Pelajaran Dari Kisah Nabi Daud A.S
·
Allah telah memberikan contoh bahwa seseorang yang
bagaimana pun besar dan perkasanya yang hanya menyandarkan diri kepada kekuatan
jasmaninya dapat dikalahkan oleh orang yang lebih lemah dengan hanya sesuatu
benda yang tidak bererti sebagaimana Daud yang muda usia dan lemah fizikal
mengalahkan Jalout yang perkasa itu dengan bersenjatakan batu sahaja.
·
Seorang yang lemah dan miskin tidak patut berputus asa
mencari hasil dan memperoleh kejayaan dalam usaha dan perjuangannya selama ia
bersandarkan kepada takwa dan iman kepada Allah yang akan melindunginya.
·
Kemenangan Daud atas Jalout tidak menjadikan dia berlaku
sombong dan takabbur, bahkan sebaliknya ia bersikap rendah hati dan
lemah-lembut terhadap kawan maupun lawan
NABI SULAIMAN AS
Nabi Sulaiman adalah salah seorang
putera Nabi Daud. Sejak ia masih kanak-kanak berusia sebelas tahun, ia sudah
menampakkan tanda-tanda kecerdasan, ketajaman otak, kepandaian berfikir serta
ketelitian di dalam mempertimbangkan dan mengambil sesuatu keputusan.
Nabi Sulaiman Seorang Juri
Sewaktu Daud, ayahnya menduduki
tahta kerajaan Bani Isra'il ia selalu mendampinginnya dalam tiap-tiap sidang
peradilan yang diadakan untuk menangani perkara-perkara perselisihan dan
sengketa yang terjadi di dalam masyarakat. Ia memang sengaja dibawa oleh Daud,
ayahnya menghadiri sidang-sidang peradilan serta menyekutuinya di dalam
menangani urusan-urusan kerajaan untuk melatihnya serta menyiapkannya sebagai
putera mahkota yang akan menggantikanya memimpin kerajaan, bila tiba saatnya ia
harus memenuhi panggilan Ilahi meninggalkan dunia yang fana ini. Dan memang
Sulaimanlah yang terpandai di antara sesama saudara yang bahkan lebih tua usia
daripadanya.
Suatu peristiwa yang menunjukkan kecerdasan dan ketajaman otaknya iaitu terjadi
pada salah satu sidang peradilan yang ia turut menghadirinya. dalam persidangan
itu dua orang datang mengadu meminta Nabi Daud mengadili perkara sengketa
mereka, iaitu bahawa kebun tanaman salah seorang dari kedua lelaki itu telah
dimasuki oleh kambing-kambing ternak kawannya di waktu malam yang mengakibatkan
rusak binasanya perkarangannya yang sudah dirawatnya begitu lama sehingga
mendekati masa menuainya. Kawan yang diadukan itu mengakui kebenaran pengaduan
kawannya dan bahawa memang haiwan ternakannyalah yang merusak-binasakan kebun
dan perkarangan kawannya itu.
Dalam perkara sengketa tersebut, Daud memutuskan bahawa sebagai ganti rugi yang
dideritai oleh pemilik kebun akibat pengrusakan kambing-kambing peliharaan
tetangganya, maka pemilik kambing-kambing itu harus menyerahkan binatang
peliharaannya kepada pemilik kebun sebagai ganti rugi yang disebabkan oleh
kecuaiannya menjaga binatang ternakannya. Akan tetapi Sulaiman yang mendengar
keputusan itu yang dijatuhkan oleh ayahnya itu yang dirasa kurang tepat berkata
kepada si ayah: "Wahai ayahku, menurut pertimbanganku keputusan itu
sepatut berbunyi sedemikian : Kepada pemilik perkarangan yang telah binasa
tanamannya diserahkanlah haiwan ternak jirannya untuk dipelihara, diambil
hasilnya dan dimanfaatkan bagi keperluannya, sedang perkarangannya yang telah
binasa itu diserahkan kepada tetangganya pemilik peternakan untuk dipugar dan
dirawatnya sampai kembali kepada keadaan asalnya, kemudian masing-masing
menerima kembali miliknya, sehingga dengan cara demikian masing-masing pihak
tidak ada yang mendapat keuntungan atau kerugian lebih daripada yang
sepatutnya."
Kuputusan yang diusulkan oleh Sulaiman itu diterima baik oleh kedua orang yang
menggugat dan digugat dan disambut oleh para orang yang menghadiri sidang
dengan rasa kagum terhadap kecerdasan dan kepandaian Sulaiman yang walaupun
masih muda usianya telah menunjukkan kematangan berfikir dan keberanian
melahirkan pendapat walaupun tidak sesuai dengan pendapat ayahnya.
Peristiwa ini merupakan permulaan dari sejarah hidup Nabi Sulaiman yang penuh
dengan mukjizat kenabian dan kurnia Allah yang dilimpahkan kepadanya dan kepada
ayahnya Nabi Daud.
Sulaiman Menduduki Tahta Kerajaan Ayahnya
Sejak masih berusia muda Sulaiman
telah disiapkan oleh Daud untuk menggantikannya untuk menduduki tahta
singgahsana kerajaan Bani Isra'il.
Abang Sulaiman yang bernama Absyalum tidak merelakan dirinya dilangkahi oleh
adiknya .Ia beranggapan bahawa dialah yang sepatutnya menjadi putera mahkota
dan bukan adiknya yang lebih lemah fizikalnya dan lebih muda usianya srta belum
banyak mempunyai pengalaman hidup seperti dia. Kerananya ia menaruh dendam terhadap
ayahnya yang menurut anggapannya tidak berlaku adil dan telah memperkosa haknya
sebagai pewaris pertama dari tahta kerajaan Bani Isra'il.
Absyalum berketetapan hati akan memberotak terhadap ayahnya dan akan berjuang
bermati-matian untuk merebut kekuasaan dari tangan ayahnya atau adiknya apa pun
yang harus ia korbankan untuk mencapai tujuan itu. Dan sebagai persiapan bagi
rancangan pemberontakannya itu, dari jauh-jauh ia berusaha mendekati rakyat,
menunjukkan kasih sayang dan cintanya kepada mereka menolong menyelesaikan
masalah-masalah yang mereka hadapi serta mempersatukan mereka di bawah pengaruh
dan pimpinannya. Ia tidak jarang bagi memperluaskan pengaruhnya, berdiri
didepan pintu istana mencegat orang-orang yang datang ingin menghadap raja dan
ditanganinya sendiri masalah-masalah yang mereka minta penyelesaian.
Setelah merasa bahawa pengaruhnya sudah meluas di kalangan rakyat Bani Isra'il
dan bahawa ia telah berhasil memikat hati sebahagian besar dari mereka,
Absyalum menganggap bahawa saatnya telah tiba untuk melaksanakan rencana
rampasan kuasa dan mengambil alih kekuasaan dari tangan ayahnya dengan paksa.
Lalu ia menyebarkan mata-matanya ke seluruh pelosok negeri menghasut rakyat dan
memberi tanda kepada penyokong-penyokong rencananya, bahawa bila mereka
mendengar suara bunyi terompet, maka haruslah mereka segera berkumpul,
mengerumuninya kemudian mengumumkan pengangkatannya sebagai raja Bani Isra'il
menggantikan Daud ayahnya.
Syahdan pada suatu pagi hari di kala Daud duduk di serambi istana berbincang-bincang
dengan para pembesar dan para penasihat pemerintahannya, terdengarlah suara
bergemuruh rakyat bersorak-sorai meneriakkan pengangkatan Absyalum sebagai raja
Bani Isra'il menggantikan Daud yang dituntut turun dari tahtanya. Keadaan kota
menjadi kacau-bilau dilanda huru-hara keamanan tidak terkendalikan dan
perkelahian terjadi di mana-mana antara orang yang pro dan yang kontra dengan
kekuasaan Absyalum.
Nabi Daud merasa sedih melihat keributan dan kekacauan yang melanda negerinya,
akibat perbuatan puterannya sendiri. Namun ia berusaha menguasai emosinya dan
menahan diri dari perbuatan dan tindakan yang dapat menambah parahnya keadaan.
Ia mengambil keputusan untuk menghindari pertumpahan darah yang tidak
diinginkan, keluar meninggalkan istana dan lari bersama-sama pekerjanya
menyeberang sungai Jordan menuju bukit Zaitun. Dan begitu Daud keluar
meninggalkan kota Jerusalem, masuklah Absyalum diiringi oleh para pengikutnya
ke kota dan segera menduduki istana kerajaan. Sementara Nabi Daud melakukan istikharah
dan munajat kepada Tuhan di atas bukit Zaitun memohon taufiq dan
pertolongan-Nya agar menyelamatkan kerajaan dan negaranya dari malapetaka dan
keruntuhan akibat perbuatan puteranya yang durhaka itu.
Setelah mengadakan istikharah dan munajat yang tekun kepada Allah, akhirnya
Daud mengambil keputusan untuk segera mengadakan kontra aksi terhadap puteranya
dan dikirimkanlah sepasukan tentera dari para pengikutnya yang masih setia
kepadanya ke Jerusalem untuk merebut kembali istana kerajaan Bani Isra'il dari
tangan Absyalum. Beliau berpesan kepada komandan pasukannya yang akan menyerang
dan menyerbu istana, agar bertindak bijaksana dan sedapat mungkin menghindari
pertumpahan darah dan pembunuhan yang tidak perlu, teristimewa mengenai
Absyalum, puteranya, ia berpesan agar diselamatkan jiwanya dan ditangkapnya
hidup-hidup. Akan tetapi takdir telah menentukan lain daripada apa yang si ayah
inginkan bagi puteranya. Komandan yang berhasil menyerbu istana tidak dapat
berbuat lain kecuali membunuh Absyalum yang melawan dan enggan menyerahkan diri
setelah ia terkurung dan terkepung.
Dengan terbunuhnya Absyalum kembalilah Daud menduduki tahtanya dan kembalilah
ketenangan meliputi kota Jerusalem sebagaimana sediakala. Dan setelah menduduki
tahta kerajaan Bani Isra'il selama empat puluh tahun wafatlah Nabi Daud dalam
usia yang lanjut dan dinobatkanlah sebagai pewarisnya Sulaiman sebagaimana
telah diwasiatkan oleh ayahnya.
Kekuasaan Sulaiman Atas Jin dan
Makhluk Lain
Nabi Sulaiman yang telah berkuasa
penuh atas kerajaan Bani Isra'il yang makin meluas dan melebar, Allah telah
menundukkan baginya makhluk-makhluk lain, iaitu Jin angin dan burung-burung
yang kesemuanya berada di bawah perintahnya melakukan apa yang dikehendakinya
dan melaksanakan segala komandonya. Di samping itu Allah memberinya pula suatu
kurnia berupa mengalirnya cairan tembaga dari bawah tanah untuk dimanfaatkannya
bagi karya pembangunan gedung-gedung, perbuatan piring-piring sebesar kolam
air, periuk-periuk yang tetap berada diatas tungku yang dikerjakan oleh pasukan
Jin-Nya.
Sebagai salah satu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada Sulaiman ialah
kesanggupan beliau menangkap maksud yang terkandung dalam suara
binatang-binatang dan sebaliknya binatang-binatang dapat pula mengerti apa yang
ia perintahkan dan ucapkan.
Demikianlah maka tatkala Nabi Sulaiman berpergian dalam rombongan kafilah yang
besar terdiri dari manusia, jin dan binatang-binatang lain, menuju ke sebuah
tempat bernama Asgalan ia melalui sebuah lembah yang disebut lembah semut.
Disitu ia mendengar seekor semut berkata kepada kawan-kawannya: "Hai
semut-semut, masuklah kamu semuanya ke dalam sarangmu, agar supaya kamu selamat
dan tidak menjadi binasa diinjak oleh Sulaiman dan tenteranya tanpa ia sedar
dan sengaja.
Nabi Sulaiman tersenyum tertawa mendengar suara semut yang ketakutan itu. Ia
memberitahu hal itu kepada para pengikutnya seraya bersyukur kepada Allah atas
kurnia-Nya yang menjadikan ia dapat mendengar serta menangkap maksud yang
terkandung dalam suara semut itu. Ia merasa takjud bahawa binatang pun mengerti
bahawa nabi-nabi Allah tidak akan mengganggu sesuatu makhluk dengan sengaja dan
dalam keadaan sedar.
Sulaiman dan Ratu Balqis
Setelah Nabi Sulaiman membangunkan
Baitulmaqdis dan melakukan ibadah haji sesuai dengan nadzarnya pergilah ia
meneruskan perjalannya ke Yeman. Setibanya di San'a - ibu kota Yeman ,ia
memanggil burung hud-hud sejenis burung pelatuk untuk disuruh mencari sumber
air di tempat yang kering tandus itu. Ternyata bahawa burung hud-hud yang
dipanggilnya itu tidak berada diantara kawasan burung yang selalu berada di
tempat untuk melakukan tugas dan perintah Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman marah
dan mengancam akan mengajar burung Hud-hud yang tidak hadir itu bila ia datang
tanpa alasan dan uzur yang nyata.
Berkata burung Hud-hud yang hinggap didepan Sulaiman sambil menundukkan kepala
ketakutan:: "Aku telah melakukan penerbangan pengintaian dan menemukan
sesuatu yang sangat penting untuk diketahui oleh paduka Tuan. Aku telah
menemukan sebuah kerajaan yang besar dan mewah di negeri Saba yang dikuasai dan
diperintah oleh seorang ratu. Aku melihat seorang ratu itu duduk di atas sebuah
tahta yang megah bertaburkan permata yang berkilauan. Aku melihat ratu dan
rakyatnya tidak mengenal Tuhan Pencipta alam semesta yang telah mengurniakan
mereka kenikmatan dan kebahagian hidup. Mereka tidak menyembah dan sujud
kepada-Nya, tetapi kepada matahari. Mereka bersujud kepadanya dikala terbit dan
terbenam. Mereka telah disesatkan oleh syaitan dari jalan yang lurus dan
benar."
Berkata Sulaiman kepada Hud-hud: "Baiklah, kali ini aku ampuni dosamu
kerana berita yang engkau bawakan ini yang aku anggap penting untuk
diperhatikan dan untuk mengesahkan kebenaran beritamu itu, bawalah suratku ini
ke Saba dan lemparkanlah ke dalam istana ratu yang engkau maksudkan itu,
kemudian kembalilah secepat-cepatnya, sambil kami menanti perkembangan
selanjutnya bagaimana jawapan ratu Saba atas suratku ini."
HUd-hud terbang kembali menuju Saba dan setibanya di atas istana kerajaan Saba
dilemparkanlah surat Nabi Sulaiman tepat di depan ratu Balqis yang sedang duduk
dengan megah di atas tahtanya. Ia terkejut melihat sepucuk surat jatuh dari
udara tepat di depan wajahnya. Ia lalu mengangkat kepalanya melihat ke atas,
ingin mengetahui dari manakah surat itu datang dan siapakah yang secara kurang
hormat melemparkannya tepat di depannya. Kemudian diambillah surat itu oleh
ratu, dibuka dan baca isinya yang berbunyi: "Dengan Nama Allah Yang Maha
Pengasih lagi Penyayang, surat ini adalah daripadaku, Sulaiman. Janganlah kamu
bersikap sombong terhadapku dan menganggap dirimu lebih tinggi daripadaku.
Datanglah sekalian kepadaku berserah diri."
Setelah dibacanya berulang kali surat Nabi Sulaiman Ratu Balqis memanggil para
pembesarnya dan para penasihat kerajaan berkumpul untuk memusyawarahkan
tindakan apa yang harus diambil sehubungan dengan surat Nabi Sulaiman yang
diterimanya itu.
Berkatlah para pembesar itu ketika diminta petimbangannya: "Wahai paduka
tuan ratu, kami adalah putera-putera yang dibesarkan dan dididik untuk
berperang dan bertempur dan bukan untuk menjadi ahli pemikir atau perancang
yang patut memberi pertimbangan atau nasihat kepadamu. Kami menyerahkan
kepadamu untuk mengambil keputusan yang akan membawa kebaikan bagi kerajaan dan
kami akan tunduk dan melaksanakan segala perintah dan keputusanmu tanpa ragu.
Kami tidak akan gentar menghadapi segala ancaman dari mana pun datangnya demi
menjaga keselamatanmu dam keselamatan kerajaanmu."
Ratu Balqis menjawab: "Aku memperoleh kesan dari uraianmu bahwa kamu mengutamakan
cara kekerasan dan kalau perlu kamu tidak akan gentar masuk medan perang
melawan musuh yang akan menyerbu. Aku sangat berterima kasih atas kesetiaanmu
kepada kerajaan dan kesediaanmu menyabung nyawa untuk menjaga keselamatanku dan
keselamatan kerajaanku. Akan tetapi aku tidak sependirian dengan kamu sekalian.
Menurut pertimbanganku, lebih bijaksana bila kami menempuh jalan damai dan
menghindari cara kekerasan dan peperangan. Sebab bila kami menentang secara
kekerasan dan sampai terjadi perang dan musuh kami berhasil menyerbu masuk
kota-kota kami, maka nescaya akan berakibat kerusakan dan kehancuran yang sgt
menyedihkan. Mereka akan menghancur binasakan segala bangunan, memperhambakan
rakyat dan merampas segala harta milik dan peninggalan nenek moyang kami. Hal
yang demikian itu adalah merupakan akibat yang wajar dari tiap peperangan yang
dialami oleh sejarah manusia dari masa ke semasa. Maka menghadapi surat
Sulaiman yang mengandung ancaman itu, aku akan cuba melunakkan hatinya dengan
mengirimkan sebuah hadiah kerajaan yang akan terdiri dari barang-barang yang
berharga dan bermutu tinggi yang dapat mempesonakan hatinya dan menyilaukan
matanya dan aku akan melihat bagaimana ia memberi tanggapan dan reaksi terhadap
hadiahku itu dan bagaimana ia menerima utusanku di istananya.
Selagi Ratu Balgis siap-siap mengatur hadiah kerajaan yang akan dikirim kepada
Sulaiman dan memilih orang-orang yang akan menjadi utusan kerajaan membawa
hadiah, tibalah hinggap di depan Nabi Sulaiman burung pengintai Hud-hud memberitakan
kepadanya rancangan Balqis untuk mengirim utusan membawa hadiah baginya sebagai
jawaban atas surat beliau kepadanya.
Setelah mendengar berita yang dibawa oleh Hud-hud itu, Nabi Sulaiman mengatur
rencana penerimaan utusan Ratu Balqis dan memerintahkan kepada pasukan Jinnya
agar menyediakan dan membangunkan sebuah bangunan yang megah yang tiada taranya
ya akan menyilaukan mata perutusan Balqis bila mereka tiba.
Tatkala perutusan Ratu Balqis datang, diterimalah mereka dengan ramah tamah
oleh Sulaiman dan setelah mendengar uraian mereka tentang maksud dan tujuan
kedatangan mereka dengan hadiah kerajaan yang dibawanya, berkatalah Nabi
Sulaiman: "Kembalilah kamu dengan hadiah-hadiah ini kepada ratumu.
Katakanlah kepadanya bahawa Allah telah memberiku rezeki dan kekayaan yang
melimpah ruah dan mengurniaiku dengan kurnia dan nikmat yang tidak diberikannya
kepada seseorang drp makhluk-Nya. Di samping itu aku telah diutuskan sebagai
nabi dan rasul-Nya dan dianugerahi kerajaan yang luas yang kekuasaanku tidak sahaja
berlaku atas manusia tetapi mencakup juga jenis makhluk Jin dan
binatang-binatang. Maka bagaimana aku akan dapat dibujuk dengan harta benda dan
hadiah serupa ini? Aku tidak dapat dilalaikan dari kewajiban dakwah kenabianku
oleh harta benda dan emas walaupun sepenuh bumi ini. Kamu telah disilaukan oleh
benda dan kemegahan duniawi, sehingga kamu memandang besar hadiah yang kamu
bawakan ini dan mengira bahawa akan tersilaulah mata kami dengan hadiah Ratumu.
Pulanglah kamu kembali dan sampaikanlah kepadanya bahawa kami akan mengirimkan
bala tentera yang sangat kuat yang tidak akan terkalahkan ke negeri Saba dan
akan mengeluarkan ratumu dan pengikut-pengikutnya dari negerinya sebagai-
orang-orang yang hina-dina yang kehilangan kerajaan dan kebesarannya, jika ia
tidak segera memenuhi tuntutanku dan datang berserah diri kepadaku."
Perutusan Balqis kembali melaporkan kepada Ratunya apa yang mereka alami dan
apa yang telah diucapkan oleh Nabi Sulaiman. Balqis berfikir, jalan yang
terbaik untuk menyelamatkan diri dan kerajaannya ialah menyerah saja kepada
tuntutan Sulaiman dan datang menghadap dia di istananya.
Nabi Sulaiman berhasrat akan menunjukkan kepada Ratu Balqis bahawa ia memiliki
kekuasaan ghaib di samping kekuasaan lahirnya dan bahwa apa yang dia telah ancamkan
melalui rombongan perutusan bukanlah ancaman yang kosong. Maka bertanyalah
beliau kepada pasukan Jinnya, siapakah diantara mereka yang sanggup
mendatangkan tahta Ratu Balqis sebelum orangnya datang berserah diri.
Berkata Ifrit, seorang Jin yang tercerdik: "Aku sanggup membawa tahta itu
dari istana Ratu Balqis sebelum engkau sempat berdiri dari tempat dudukimu. Aku
adalah pesuruhmu yang kuat dan dapat dipercayai.
Seorang lain yang mempunyai ilmu dan hikmah nyeletuk berkata: "Aku akan
membawa tahta itu ke sini sebelum engkau sempat memejamkan matamu."
Ketika Nabi Sulaiman melihat tahta Balqis sudah berada didepannya, berkatalah
ia: Ini adalah salah satu kurnia Tuhan kepadaku untuk mencuba apakah aku
bersyukur atas kurnia-Nya itu atau mengingkari-Nya, kerana barang siapa
bersyukur maka itu adalah semata-mata untuk kebaikan dirinya sendiri dan
barangsiapa mengingkari nikmat dan kurnia Allah, ia akan rugi di dunia dan di
akhirat dan sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Mulia."
Menyonsong kedatangan Ratu Balqis, Nabi Sulaiman memerintahkan orang-orangnya
agar mengubah sedikit bentuk dan warna tahta Ratu itu yang sudah berada di
depannya kemudian setelah Ratu itu tiba berserta pengiring-pengiringnya,
bertanyalah Nabi Sulaiman seraya menundingkan kepada tahtanya: "Serupa
inikah tahtamu?" Balqis menjawab: "Seakan-akan ini adalah tahtaku
sendiri," seraya bertanya-tanya dalam hatinya, bagaimana mungkin bahawa
tahtanya berada di sini padahal ia yakin bahawa tahta itu berada di istana
tatkala ia bertolak meninggalkan Saba.
Selagi Balgis berada dalam keadaan kacau fikiran, kehairanan melihat tahta
kerajaannya sudah berpindah ke istana Sulaiman, ia dibawa masuk ke dalam sebuah
ruangan yang sengaja dibangun untuk penerimaannya. Lantai dan
dinding-dindingnya terbuat dari kaca putih. Balqis segera menyingkapkan
pakaiannya ke atas betisnya ketika berada dalam ruangan itu, mengira bahawa ia
berada di atas sebuah kolam air yang dapat membasahi tubuh dan pakaiannya.
Berkata Nabi Sulaiman kepadanya: "Engkau tidak usah menyingkap pakaianmu.
Engkau tidak berada di atas kolam air. Apa yang engkau lihat itu adalah
kaca-kaca putih yang menjadi lantai dan dinding ruangan ini."
"Oh,Tuhanku," Balqis berkata menyedari kelemahan dirinya terhadap
kebesaran dan kekuasaan Tuhan yang dipertunjukkan oleh Nabi Sulaiman, "aku
telah lama tersesat berpaling daripada-Mu, melalaikan nikmat dan kurnia-Mu,
merugikan dan menzalimi diriku sendiri sehingga terjatuh dari cahaya dan
rahmat-Mu. Ampunilah aku. Aku berserah diri kepada Sulaiman Nabi-Mu dengan
ikhlas dan keyakinan penuh. Kasihanilah diriku wahai Tuhan Yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang."
Demikianlah kisah Nabi Sulaiman dan Balqis Ratu Saba. Dan menurut sementara
ahli tafsir dan ahli sejarah nabi-nabi, bahawa Nabi Sulaiman pada akhirnya
kahwin dengan Balqis dan dari perkahwinannya itu lahirlah seorang putera.
Menurut pengakuan maharaja Ethiopia Abessinia, mereka adalah keturunan Nabi
Sulaiman dari putera hasil perkahwinannya dengan Balqis itu. Wallahu alam
bisshawab.
Wafatnya Nabi Sulaiman
Al-Quran mengisahkan bahawa tidak
ada tanda-tanda yang menunjukkan kematian Sulaiman kecuali anai-anai yang
memakan tongkatnya yang ia sandar kepadanya ketika Tuhan mengambil rohnya. Para
Jin yang sedang mengerjakan bangunan atas perintahnya tidak mengetahui bahawa
Nabi Sulaiman telah mati kecuali setelah mereka melihat Nabi Sulaiman
tersungkur jatuh di atas lantai, akibat jatuhnya tongkat sandarannya yang
dimakan oleh anai-anai. Sekiranya para Jin sudah mengetahui sebelumnya, pasti
mereka tidak akan tetap meneruskan pekerjaan yang mereka anggap sebagai seksaan
yang menghinakan.
Berbagai cerita yang dikaitkan orang pada ayat yang mengisahkan matinya Nabi
Sulaiman, namun kerana cerita-cerita itu tidak ditunjang dikuatkan oleh sebuah
hadis sahih yang muktamad, maka sebaiknya kami berpegang saja dengan apa yang
dikisahkan oleh Al-Quran dan selanjutnya Allahlah yang lebih Mengetahui dan
kepada-Nya kami berserah diri.
Kisah Nabi Sulaiman dapat dibaca di dalam Al-Quran, surah An-Naml ayat 15
sehingga ayat 44
NABI ILYAS AS
Nabi Ilyas diutus kepada penduduk
Baalbek, sebelah barat Kota Damaskus (Libanon Timur sekarang). Dia mengajak
kaumnya beribadah hanya kepada Allah dan meninggalkan penyembahan terhadap
patung yang mereka namakan Ba`la. Hal inilah yang mengakibatkan mereka menganiayanya.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa Ilyas adalah paman Nabi Ilyasak.
namun betapapun gigihnya Nabi Ilyas
berdakwah, kaumnya tidak mau mendengarkannya. Maka Allah menghukum mereka
dengan azab didunia dan akhirat.
Selepas kematian Nabi Sulaiman A.S.,
kerajaan telah mengalami perpecahan. Pengaruh syaitan telah berleluasa. Manusia
yang beragama diejek-ejek. Undang-undang Somaria telah membunuh kebanyakan
golongan yang mengetahui dan mengikuti akidah yang sebenar. Pengaruh kejahatan
menjadi semakin buruk dan Allah telah menghantar Nabi Ilyas A.S. untuk
memulihkan manusia pada zaman pemerintahan Raja Ahab dari Israil. Baginda
berusaha berusaha bersungguh-sungguh untuk menyelamatkan manusia daripada
mempercayai banyak tuhan dan melarang mereka menyembah Tyrian Bal.
Baginda juga menasihati manusia untuk menyembah Allah dan mengelakkan diri
daripada melakukan kejahatan. Apabila usahanya tidak dihiraukan dan tidak
membuahkan hasil, baginda tiba-tiba muncul sebeum raja dan tukang tiliknya
memberitahu yang arus deras dan kebuluran akan melanda negeri tersebut. Baginda
juga memberitahu yang Tyrian Bal tidak mempunyai kuasa untuk menahan bencana
tersebut. Para penduduk tidak mengendahkan amarannya dan tidak mengubah
kepercayaan mereka. Kenabian Nabi Ilyas akhirnya terbukti benar dan seluruh
negeri dilanda banjir besar dan rakyat mengalami kebuluran. Selepas dua tahun,
Nabi Ilyas memohon Allah mengurniakan belas kasihan dan keampunan-Nya kepada
penduduk yang kebuluran itu. Mereka telah mengakui kekuasaan Allah dan berasa
sangat menyesal.
Sejurus selepas arus deras berhenti dan Allah telah menarik balik sumpahannya,
Allah telah menyuruhnya memanggil al-Yas'a menggantikannya. Baginda
melaksanakan perintah Allah dengan penuh ketaatan dan hilang secara misteri.
Terdapat satu petikan dalam ayat al-Quran yang bermaksud:
" Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa dan Zulkifli. Semuanya termasuk
orang-orang yang paling baik" (Shaad, 28: 48) .
NABI ILYASA' AS
Ia putra dari paman Nabi Ilyas.
Melaksanakan dakwah setelah Nabi Ilyas wafat. Karenanya dalam berdakwah ia
berpegang pada syari'at dan metode nabi Ilyas. Al Qur'an tidak menguraikan
tentang Nabi Ilyasa. Hanya dijelaskan.
"Dan ingatlah akan Ismail,
Ilyasa, Dzulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik."(Q.S.
Shaad : 48)
Nabi ini termasuk hamba Allah yang
terbaik. Konon nabi inilah yang disebut dalam kitab Taurat. Di antara
mukjizatnya adalah menghidupkan kembali orang yang telah mati.
Ilyasa adalah rasul dari kalangan
Bani Israel dari garis keturunan yang sama dengan Musa, Harun serta Ilyas. Nama
Ilyasa disebut dalam kisah Ilyas, saat rasul itu dikejar-kejar kaumnya dan
bersembunyi di rumah Ilyasa. Maka besar kemungkinan Ilyasa juga tinggal di
seputar lembah sungai Yordania. Ketika Ilyas bersembunyi di rumahnya, Ilyasa masih
seorang belia. Saat itu ia tengah menderita sakit. Ilyas membantu menyembuhkan
penyakitnya. Setelah sembuh, Ilyasa pun menjadi sahabat Ilyas yang selalu
mendampingi untuk menyeru ke jalan kebaikan. Ilyasa melanjutkan tugas tersebut
begitu Ilyas meninggal. Ilyasa kemudian mendapati bahwa manusia ternyata begitu
mudah kembali ke jalan sesat. Itu terjadi tak lama setelah Ilyas wafat. Padahal
masyarakat lembah sungai Yordania itu sempat mengikuti seruan Ilyas agar
meninggalkan pemujaannya pada berhala. Pada kalangan itulah Ilyasa tak lelah
menyeru ke jalan kebaikan. Dikisahkan bahwa mereka tetap tak mau mendengar
seruan Ilyasa, dan mereka kembali menanggung bencana kekeringan yang luar biasa
NABI YUNUS AS
Tidak banyak yang dikisahkan oleh
Al-Quran tentang Nabi Yunus sebagaimana yang telah dikisahkan tentang nabi-nabi
Musa, Yusuf dan lain-lain. Dan sepanjang yang dapat dicatat dan diceritakan
oleh para sejarawan dan ahli tafsir tentang Nabi Yunus ialah bahawa beliau
bernama Yunus bin Matta. Ia telah diutuskan oleh Allah untuk berdakwah kepada
penduduk di sebuah tempat bernama "Ninawa" yang bukan kaumnya dan
tidak pula ada ikatan darah dengan mereka. Ia merupakan seorang asing mendatang
di tengah-tengah penduduk Ninawa itu. Ia menemui mereka berada di dalam
kegelapan, kebodohan dan kekafiran, mereka menyembah berhala menyekutukan
kepada Allah.
Yunus membawa ajaran tauhid dan iman kepada mereka, mengajak mereka agak
menyembah kepada Allah yang telah menciptakan mereka dan menciptakan alam
semesta, meninggalkan persembahan mereka kepada berhala-berhala yang mereka
buat sendiri dari batu dan berhala-berhala yang tidak dapat membawanya manfaaat
atau mudarat bagi mereka. Ia memperingatkan mereka bahawa mereka sebagai
manusia makhluk Allah yang utama yang memperoleh kelebihan di atas
makhluk-makhluk yang lain tidak sepatutnya merendahkan diri dengan menundukkan
dahi dan wajah mereka menyembah batu-batu mati yang mereka pertuhankan, padahal
itu semua buatan mereka sendiri yang kadang-kadang dan dapat dihancurkan dan
diubah bentuk dan memodelnya. Ia mengajak mereka berfikir memperhatikan ciptaan
Allah di dalam diri mereka sendiri, di dalam alam sekitar untuk menyedarkan
mereka bahawa Tuhan pencipta itulah yang patut disembah dan bukannya
benda-benda ciptaannya.
Ajaran-ajaran Nabi Yunus itu bagi para penduduk Ninawa merupakan hal yang baru
yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Kerananya mereka tidak dapat
menerimanya untuk menggantikan ajaran dan kepercayaan yang telah diwariskan
oleh nenek moyang mereka yang sudah menjadi adat kebiasaaan mereka turun
temurun. Apalagi pembawa agama itu adalah seorang asing tidak seketurunan
dengan mereka.
Mereka berkata kepada Nabi Yunus: "Apakah kata-kata yang engkau ucapkan
itu dan kedustaan apakah yang engkau anjurkan kepada kami tentang agama barumu
itu? Inilah tuhan-tuhan kami yang sejati yang kami sembah dan disembahkan oleh
nenek moyamg kami sejak dahulu. Alasan apakah yang membenarkan kami
meninggalkan agama kami yang diwariskan oleh nenek moyang kami dan
menggantikannya dengan agama barumu? Engkau adalah seorang yang ditengah-tengah
kami yang datang untuk merusakkan adat istiadat kami dan mengubah agama kami
dan apakah kelebihan kamu diatas kami yang memberimu alasan untuk mengurui dan
mengajar kami. Hentikanlah aksimu dan ajak-ajakanmu di daerah kami ini.
Percayalah bahawa engkau tidak akan dapat pengikut diantara kami dan bahawa
ajaranmu tidak akan mendapat pasaran di antara rakyat Ninawa yang sangat teguh
mempertahankan tradisi dan adat istiadat orang-orang tua kami."
Barkata Nabi Yunus menjawab: "Aku hanya mengajak kamu beriman dan
bertauhid menurut agama yang aku bawa sebagai amanat Allah yang wajib ku
sampaikan kepadamu. Aku hanya seorang pesuruh yang ditugaskan oleh Allah untuk
mengangkat kamu dari lembah kesesatan dan kegelapan menuntun kamu ke jalan yang
benar dan lurus menyampaikan kepada kamu agama yang suci bersih dari
benih-benih kufur dan syirik yang merendahkan martabat manusia yang semata-mata
untuk kebaikan kamu sendiri dan kebaikan anak cucumu kelak. Aku sesekali tidak
mengharapkan sesuatu upah atau balas jasa daripadamu dan tidak pula
menginginkan pangkat atau kedudukan. Aku tidak dapat memaksamu untuk
mengikutiku dan melaksanakan ajaran-ajaranku. Aku hanya mengingatkan kepadamu
bahawa bila kamu tetap membangkang dan tidak menghiraukan ajakanku , tetap
menolak agama Allah yang aku bawa, tetap mempertahankan akidahmu dan agamamu
yang bathil dan sesat itu, nescaya Allah kelak akan menunjukkan kepadamu
tanda-tanda kebenaran risalahku dengan menurunkan azab seksa-Nya di atas kamu
sebagaimana telah dialami oleh kaum terdahulu iaitu kaum Nuh, Aad dan Tsamud
sebelum kamu.
Mereka menjawab peringatan Nabi Yunus dengan tentangan seraya mengatakan:
"Kami tetap menolak ajakanmu dan tidak akan tunduk pada perintahmu atau
mengikut kemahuanmu dan sesekali kami tidak akan takut akan segala ancamanmu.
Cubalah datangkan apa yang engkau ancamkan itu kepada kami jika engkau memang
benar dalam kata-katamu dan tidak mendustai kami."
Nabi Yunus tidak tahan tinggal dengan lebih lama di tengah-tengah kaum Ninawa
yang berkeras kepala dan bersikap buta-tuli menghadapi ajaran dan dakwahnya. Ia
lalu meninggalkan Ninawa dengan rasa jengkel dan marah seraya memohon kepada
Allah untuk menjatuhkan hukumannya atas orang-orang yang membangkang dan
berkeras kepala itu.
Sepeninggalan Nabi Yunus penduduk Ninawa mulai melihat tanda-tanda yang
mencemaskan seakan-akan ancaman Nabi Yunus kepada mereka akan menjadi kenyataan
dan hukuman Allah akan benar-benar jatuh di atas mereka membawa kehancuran dan
kebinasaan sebagaimana yang telah dialami oleh kaum musyrikin penyembah berhala
sebelum mereka. Mereka melihat keadaan udara disekeliling Ninawa makin
menggelap, binatang-binatang peliharaan mereka nampak tidak tenang dan gelisah,
wajah-wajah mereka tanpa disadari menjadi pucat tidak berdarah dan angin dari
segala penjuru bertiup dengan kecangnya membawa suara gemuruh yang menakutkan.
Dalam keadaan panik dan ketakutan , sedarlah mereka bahawa Yunus tidak berdusta
dalam kata-katanya dan bahawa apa yang diancamkan kepada mereka bukanlah
ancaman kosong buatannya sendiri, tetapi ancaman dari Tuhan. Segeralah mereka
menyatakan taubat dan memohon ampun atas segala perbuatan mereka, menyatakan
beriman dan percaya kepada kebenaran dakwah Nabi Yunus seraya berasa menyesal
atas perlakuan dan sikap kasar mereka yang menjadikan beliau marah dan
meninggalkan daerah itu.
Untuk menebus dosa, mereka keluar dari kota dan beramai-ramai pergi ke
bukit-bukit dan padang pasir, seraya menangis memohon ampun dan rahmat Allah
agar dihindarkan dari bencana azab dan seksaan-Nya. Ibu binatang-binatang
peliharaan mereka dipisahkan dari anak-anaknya sehingga terdengar suara
teriakan binatang-binatang yang terpisah dari ibunya seolah-olah turut memohon
keselamatan dari bencana yang sedang mengancam akan tiba menimpa mereka.
Allah yang Maha Mengetahui bahawa hamba-hamba-Nya itu jujur dalam taubatnya dan
rasa sesalannya dan bahawa mereka memang benar-benar dan hatinya sudah kembali
beriman dan dari hatinya pula memohon dihindarkan dari azab seksa-Nya, berkenan
menurunkan rahmat-Nya dan mengurniakan maghfirat-Nya kepada hamba-hamba-Nya
yang dengan tulus ikhlas menyatakan bertaubat dan memohon ampun atas segala
dosanya. Udara gelap yang meliputi Ninawa menjadi terang, wajah-wajah yang
pucat kembali merah dan ebrseri-seri dan binatang-binatang yang gelisah menjadi
tenang, kemudian kembalilah orang-orang itu ke kota dan kerumah masing-masing
dengan penuh rasa gembira dan syukur kepada Allah yang telah berkenan menerima
doa dan permohonan mereka.
Berkatalah mereka didalam hati masing-masing setelah merasa tenang, tenteram
dan aman dari malapetaka yang nyaris melanda mereka: "Di manakah gerangan
Yunus sekarang berada? Mengapa kami telah tunduk kepada bisikan syaitan dan
mengikuti hawa nafsu, menjadikan dia meninggalkan kami dengan rasa marah dan
jengkel kerana sikap kami yang menentang dan memusuhinya. Alangkah bahagianya
kami andaikan ia masih berada di tengah-tengah kami menuntun dan mengajari kami
hal-hal yang membawa kebahagiaan kami di dunia dan di akhirat. Ia adalah
benar-benar rasul dan nabi Allah yang telah kami sia-siakan. Semoga Allah
mengampuni dosa kami."
Adapun tentang keadaan Nabi Yunus yang telah meninggalkan kota Ninawa secara
mendadak, maka ia berjalan kaki mengembara naik gunung turun gunung tanpa
tujuan. Tanpa disadari ia tiba-tiba berada disebuah pantai melihat sekelompok
orang yang lagi bergegas-gegas hendak menumpang sebuah kapal. Ia minta dari
pemilik kapal agar diperbolehkan ikut serta bersama lain-lain penumpang. Kapal
segera melepaskan sauhnya dan meluncur dengan lajunya ke tengah laut yang
tenang. Ketenangan laut itu tidak dapat bertahan lama, kerana sekonyong-konyong
tergoncang dan terayunlah kapal itu oleh gelombang besar yang datang mendadak
diikuti oleh tiupan angin taufan yang kencang, sehingga menjadikan juru mudi
kapal berserta seluruh penumpangnya berada dalan keadaan panik ketakutan
melihat keadaan kapal yang sudah tidak dapat dikuasai keseimbangannya.
Para penumpang dan juru mudi melihat tidak ada jalan untuk menyelamatkan
keadaan jika keadaan cuaca tetap mengganas dan tidak mereda, kecuali dengan
jalan meringankan beban berat muatan dengan mengorbankan salah seorang daripada
para penumpang. Undian lalu dilaksanakan untuk menentukan siapakah di antara
penumpang yang harus dikorbankan. Pada tarik pertama keluarlah nama Yunus,
seorang penumpang yang mereka paling hormati dan cintai, sehingga mereka semua
merasa berat untuk melemparkannya ke laut menjadi mangsa ikan.
Kemudian diadakanlah undian bagi kali kedua dengan masing-masing penumpang
mengharapkan jangan sampai keluar lagi nama Yunus yang mereka sayangi itu,
namun melesetlah harapan mereka dan keluarlah nama Yunus kembali pada undian
yang kedua itu. Demikianlah bagi undian bagi kali yang ketiganya yang
disepakati sebagai yang terakhir dan yang menentukan nama Yunuslah yang muncul
yang harus dikorbankan untuk menyelamatkan kapal dan para penumpang yang lain.
Nabi Yunus yang dengan telitinya memperhatikan sewaktu undian dibuat merasa
bahawa keputusan undian itu adalah kehendak Allah yang tidak dapat ditolaknya
yang mungkin didalamnya terselit hikmah yang ia belum dapat menyelaminya. Yunus
sedar pula pada saat itu bahawa ia telah melakukan dosa dengan meninggalkan
Ninawa sebelum memperoleh perkenan Allah, sehingga mungkin keputusan undian itu
adalah sebagai penebusan dosa yang ia lakukan itu. Kemudian ia beristikharah
menghenimgkan cipta sejenak dan tanpa ragu segera melemparkan dirinya ke laut
yang segera diterima oleh lipatan gelombang yang sedang mengamuk dengan
dahsyatnya di bawah langit yang kelam-pekat.
Selagi Nabi Yunus berjuang melawan gelombang yang mengayun-ayunkannya, Allag
mewahyukan kepada seekor ikan paus untuk menelannya bulat-bulat dan
menyimpangnya di dalam perut sebagai amanat Tuhan yang harus dikembalikannya
utuh tidak tercedera kelak bila saatnya tiba.
Nabi Yunus yang berada di dalam perut ikan paus yang membawanya memecah
gelombang timbul dan tenggelam ke dasar laut merasa sesak dada dan bersedih
hati seraya memohon ampun kepada Allah atas dosa dan tindakan yang salah yang
dilakukannya tergesa-gesa. Ia berseru didalam kegelapan perut ikan paus itu:
"Ya Tuhanku, sesungguhnya tiada Tuhan selain Engkau, Maha sucilah Engkau
dan sesungguhnya aku telah berdosa dan menjadi salah seorang dari mereka yang
zalim."
Setelah selesai menjalani hukuman Allah , selama beberapa waktu yang telah
ditentukan, ditumpahkanlah Nabi Yunus oleh ikan paus itu yang mengandungnya dan
dilemparkannya ke darat . Ia terlempar dari mulut ikan ke pantai dalam keadaan
kurus lemah dan sakit. Akan tetapi Allah dengan rahmat-Nya menumbuhkan di
tempat ia terdampar sebuah pohon labu yang dapat menaungi Yunus dengan
daun-daunnya dan menikmati buahnya.
Nabi Yunus setelah sembuh dan menjadi segar kembali diperintahkan oleh Allah
agar pergi kembali mengunjungi Ninawa di mana seratus ribu lebih penduduknya
mendamba-dambakan kedatangannya untuk memimpin mereka dan memberi tuntunan
lebih lanjut untuk menyempurnakan iman dan aqidah mereka. Dan alangkah terkejutnya
Nabi Yunus tatkala masuk Ninawa dan tidak melihat satu pun patung berhala
berdiri. Sebaliknya ia menemui orang-orang yang dahulunya berkeras kepala
menentangnya dan menolak ajarannya dan kini sudah menjadi orang-orang mukmin,
soleh dan beribadah memuja-muji Allah s.w.t.
Pokok cerita tentang Yunus terurai di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah
Yunus ayat 98, surah Al-Anbiaa' ayat 87, 88 dan surah Ash-Shaffaat ayat 139
sehingga ayat 148.
PeLajaran yang dapat dipetik dari kisah Nabi Yunus.
Bahawasannya seorang yang bertugas
sebagai da'i - juru dakwah harus memiliki kesabaran dan tidak boleh cepat-cepat
marah dan berputus asa bila dakwahnya tidak dapat sambutan yang selayaknya atau
tidak segera diterima oleh orang-orang yang didakwahinya. Dalam keadaan
demikian ia harus bersabar mengawal emosinya serta tetap meneruskan dakwahnya
dengan bersikap bijaksana dan lemah lembut, sebagaimana firman Allah dalam
surah An-Nahl ayat 125 yang bermaksud : "Serulah, berdakwahlah kepada
jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik { sopan dan lemah lembut } ."
Di dalam diri Nabi Yunus Allah telah memberi contoh betapa ia telah disesalkan
atas tindakannya yang tergesa-gesa kerana kehilangan kesabaran, meninggalkan
kaum Ninawa, padahal mereka masih dapat disedarkan untuk menerima ajakannya
andaikan ia tidak terburu-buru marah dan meninggalkan mereka tanpa berunding
lebih dahulu dengan Allah yang telah mengutusnya.
Atas pelanggaran yang telah dilakukan tanpa sedar Allah telah memberi hukuman
kepada Nabi Yunus berupa kurungan dalam perut ikan paus sebagai peringatan dan
pengajaran agar tidak terulang lagi setelah ia diberi ampun dan disuruh kembali
ke Ninawa melanjutkan dakwahnya.
NABI ZAKARIA AS & NABI YAHYA AS
Nabi Zakaria, ayahnya Nabi Yahya
sedar dan mengetahui bahawa anggota-anggota keluarganya, saudara-saudaranya,
sepupu-sepupunya dan anak-anak saudaranya adalah orang-orang jahat Bani Israil
yang tidak segan-segan melanggar hukum-hukum agama dan berbuat maksiat,
disebabkan iman dan rasa keagamaan mereka belum meresap betul didalam hati
mereka, sehingga dengan mudah mereka tergoda dan terjerumus ke dalam lembah
kemungkaran dan kemaksiatan. Ia khuatir bila ajalnya tiba dan meninggalkan
mereka tanpa seorang waris yang dapat melanjutkan pimpinannya atas kaumnya,
bahawa mereka akan makin rusak dan makin berani melakukan kejahatan dan
kemaksiatan bahkan ada kemungkinan mereka mengadakan perubahan-perubahan di
dalam kitab suci Taurat dan menyalah-gunakan hukum-hukum agama.
Kekhuatiran itu selalu mengganggu fikiran Zakaria disamping rasa sedih hatinya
bahawa ia sejak kahwin hingga mencapai usia sembilan puluh tahun, Tuhan belum
mengurniakannya dengan seorang anak yang ia idam-idamkan untuk menjadi
penggantinya memimpin dan mengimami Bani Isra'il. Ia agak terhibur dari rasa
sedih dan kekhuatirannya semasa ia bertugas memelihara dan mengawasi Maryam
yang dapat dianggap sebagai anak kandungnya sendiri. Akan tetapi rasa sedihnya
dan keinginanya yang kuat untuk memperolhi keturunan tergugah kembali ketika ia
menyaksikan mukjizat hidangan makanan dimihrabnya Maryam. Ia berfikir didalam
hatinya bahawa tiada sesuatu yang mustahil di dalam kekuasaan Allah. Allah yang
telah memberi rezeki kepada Maryam dalam keadaan seorang diri tidak berdaya dan
berusaha, Dia pula berkuasa memberinya keturunan bila Dia kehendaki walaupun
usianya sudah lanjut dan rambutnya sudah penuh uban.
Pada suatu malam yang sudah larut duduklah Zakaria di mihramnya menghiningkan
cipta memusatkan fikiran kepada kebesaran Allah seraya bermunajat dan berdoa
dengan khusyuk dan keyakinan yang bulat. Dengan suara yang lemah lembut
berucaplah ia dalam doanya: "Ya Tuhanku berikanlah aku seorang putera yang
akan mewarisiku dan mewarisi sebahagian dari keluarga Ya'qub, yang akan
meneruskan pimpinan dan tuntunanku kepada Bani Isra'il. Aku khuatir bahawa
sepeninggalanku nanti anggota-anggota keluargaku akan rusak kembali aqidah dan
imannya bila aku tinggalkan mati tanpa seorang pemimpin yang akan menggantikan
aku. Ya Tuhanku, tulangku telah menjadi lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban
sedang isteriku adalah seorang perempuan yang mandul namun kekuasaan-Mu adalah
diatas segala kekuasaan dan aku tidak jemu-jemunya berdoa kepadamu memohon
rahmat-Mu mengurniai kau seorang putera yang soleh yang engkau redhai."
Allah berfirman memperkenankan permohonan Zakaria: "Hai Zakaria Kami
memberi khabar gembira kepadamu, kamu akan memperoleh seorang putera bernama
Yahya yang soleh yang membenarkan kitab-kitab Allah menjadi pemimpin yang
diikuti bertahan diri dari hawa nafsu dan godaan syaitan serta akan menjadi
seorang nabi."
Berkata Zakaria: "Ya Tuhanku bagaimana aku akan memperolehi anak sedangkan
isteri adalah seorang perempuan yang mandul dan aku sendiri sudah lanjut
usianya."
Allah menjawab dengan firman-Nya: "Demikian itu adalah suatu hal yang
mudah bagi-Ku. Tidakkah aku telah ciptakan engkau padahal engkau di waktu itu
belum ada sama sekali?"
Berkata Zakaria: "Ya Tuhanku, berilah aku akan suatu tanda bahawa isteri
aku telah mengandung." Allah berfirman: "Tandanya bagimu bahawa
engkau tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari berturut-turut
kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah nama-Ku sebanyak-banyaknya serta
bertasbihlah diwaktu petang dan pagi hari."
Nabi Yahya bin Zakaria a.s. tidak banyak dikisahkan oleh Al-Quran kecuali
bahawa ia diberi ilmu dan hikmah selagi ia masih kanak-kanak dan bahawa ia
seorang putera yang berbakti kepada kedua ora ng tuanya dan bukanlah orang yang
sombong durhaka. Ia terkenal cerdik pandai, berfikiran tajam sejak ia berusia
muda, sangat tekun beribadah yang dilakukan siang dan malam sehingga
berpengaruh kepada kesihatan badannya dan menjadikannya kurus kering, wajahnya
pucat dan matanya cekung.
Ia dikenal oleh kaumnya sebagai orang alim menguasai soal-soal keagamaan, hafal
kitab Taurat, sehingga ia menjadi tempat bertanya tentang hukum-hukum agama. Ia
memiliki keberanian dalam mengambil sesuatu keputusan, tidak takut dicerca
orang dan tidak pula menghiraukan ancaman pihak penguasa dalam usahanya
menegakkan kebenaran dan melawan kebathilan.
Ia selalu menganjurkan orang-orang yang telah berdosa agar bertaubat dari
dosanya. Dan sebagai tanda taubatnya mereka dipermandikan { dibaptiskan } di
sungai Jordan, kebiasaan mana hingga kini berlaku di kalangan orang-orang
Kristian dan kerana Nabi Yahya adalah orang pertama yang mengadakan upacara
itu, maka ia dijuluki "Yahya Pembaptis".
Dikisahkan bahawa Hirodus Penguasa Palestin pada waktu itu mencintai anak
saudaranya sendiri bernama Hirodia, seorang gadis yang cantik, ayu, bertubuh
lampai dan ramping dan berhasrat ingin mengahwininya. Sang gadis berserta
ibunya dan seluruh anggota keluarga menyentujui rencan perkahwinan itu, namun
Nabi Yahya menentangnya dan mengeluarkan fakwa bahawa perkahwinan itu tidak
boleh dilaksanakan kerana bertentangan dengan syariat Musa yang mengharamkan
seorang mengahwini anak saudaranya sendiri.
Berita rencana perkahwinan Hirodus dan Hirodia serta fatwa Nabi Yahya yang
melarangnya tersiar di seluruh pelosok kota dan menjadi pembicaraan orang di
segala tempat di mana orang berkumpul. Herodia si gadis cantik calon isteri itu
merasa sedih bercampur marah terhadap Nabi Yahya yang telah mengeluarkan fatwa
mengharamkan perkahwinannya dengan bapa saudaranya sendiri, fatwa mana telah
membawa reaksi dan pendapat dikalangan masyarakat yang luas. Ia khuatir bahawa
bapa saudaranya Herodus calon suami dapat terpengaruh oleh fatwa Nabi Yahya itu
dan terpaksa membatalkan perkahwinan yang sudah dinanti-nanti dan
diidam-idamkan, bahkan bahkan sudah menyiapkan segala sesuatu berupa pakaian
mahupun peralatan yang perlu untuk pesta perkahwinan yang telah disepakati itu.
Menghadapi fatwa Nabi Yahya dan reaksi masyarakat itu, Herodia tidak tinggal
diam. Ia berusaha dengan bersenjatakan kecantikkan dan parasnya yang ayu itu
mempengaruhi bapa saudaranya calon suaminya agar rencana perkahwinan
dilaksanakan menurut rencana. Dengan merias diri dan berpakaian yang
merangsang, ia pergi mengunjungi bapa saudaranya Herodus yang sedang dilanda
mabuk asmara. Bertanya Herodus kepada anak saudaranya calon isterinya yang
nampak lebih cantik daripada biasa : "Hai manisku, apakah yang dapat aku
berbuat untukmu. Katakanlah aku akan patuhi segala permintaanmu, kedatanganmu
kemari pada saat ini tentu didorong oleh sesuatu hajat yang mendesak yang ingin
engkau sampaikan kepadaku. Sampaikanlah kepadaku tanpa ragu-ragu, hai sayangku,
aku sedia melayani segala keperluan dan keinginanmu."
Herodia menjawab: "Bila Tuan Raja berkenan, maka aku hanya mempunyai satu
permintaan yang mendorongku datang mengunjungi Tuanku pada saat ini.
Permintaanku yang tunggal itu ialah kepala Yahya bin Zakaria orang yang telah
mengacau rencana kita dan mencemarkan nama baik Tuan Raja dan namaku sekeluarga
di segala tempat dan penjuru. Supaya dia dipenggal kepalanya. Alangkah puasnya
hatiku dan besarnya terima kasihku, bila Tuanku berkenan meluluskan
permintaanku ini".
Herodus yang sudah tergila-gila dan tertawan hatinya oleh kecantikan dan
keelokan Herodia tidak berkulik menghadapi permintaan calon isterinya itu dan
tidak dapat berbuat selain tunduk kepada kehendaknya dengan mengabaikan suara
hati nuraninya dan panggilan akal sihatnya. Demikianlah maka tiada berapa lama
dibawalah kepala Yahya bin Zakaria berlumuran darah dan diletakkannya di depan
kesayangannya Herodia yang tersenyum tanda gembira dan puas hati bahawa
hasratnya membalas dendam terhadap Yahya telah terpenuhi dan rintangan utama
yang akan menghalangi rencana perkahwinannta telah tersingkirkan, walaupun
perbuatannya itu menurunkan laknat Tuhan atas dirinya, diri rajanya dan Bani
Isra'il seluruhnya.
Cerita tentang Zakaria dan Yahya terurai di atas dikisahkan oleh Al-Quran,
surah Maryam ayat 2 sehingga ayat 15, surah Ali Imran ayat 38 senhingga ayat 41
dan surah Al-Anbiya' ayat 89 sehingga ayat 90.
NABI ISA AS
Seorang lagi Nabi Allah yang
diceritakan dari kecil di dalam al-Qur'an ialah Isa. Baginda diutus kepada kaum
Bani Israil dengan kitab Injil yang diturunkan sebelum al-Qur'an.
Di dalam al-Qur'an, Nabi Isa disebut
dengan empat panggilan iaitu Isa,Isa putera Mariam, putera
Mariam, dan al-Masih.
Ibunya seorang yang sangat dimuliakan
Allah. Dia memilihnya di atas semua perempuan di semua alam. Firman-Nya,
"Dan ketika malaikat-malaikat berkata, 'Wahai Mariam, Allah memilih kamu,
dan membersihkan kamu, dan Dia memilih kamu di atas semua perempuan di semua
alam'" (3:42).
Mariam, ibu Nabi Isa, telah menempuh
satu ujian yang amat berat daripada Allah. Dia dipilih untuk melahirkan seorang
Nabi dengan tanpa disentuh oleh seseorang lelaki. Dia adalah seorang perempuan
yang suci.
Kelahiran
Kelahiran Nabi Isa merupakan suatu
mukjizat kerana dilahirkan tanpa bapa. Kisahnya diceritakan di dalam al-Qur'an.
Di sini, ceritanya bermula dari kunjungan malaikat kepada Mariam atas perintah
Allah. Ketika itu, malaikat menyerupai manusia dengan tanpa cacat. Kemunculan
malaikat membuat Mariam menjadi takut lalu berkata,
"Aku
berlindung pada Yang Pemurah daripada kamu, jika kamu bertakwa (takut kepada
Tuhan)!'
Dia
(malaikat) berkata, 'Aku hanyalah seorang rasul yang datang daripada Pemelihara
kamu, untuk memberi kamu seorang anak lelaki yang suci.'" (19:18-19)
Pada ayat yang lain, diceritakan bahawa
malaikat yang datang itu telah memberi nama kepada putera yang bakal
dilahirkan. Nama itu diberi oleh Allah, dan dia (Isa) akan menjadi terhormat di
dunia dan akhirat sambil berkedudukan dekat dengan Tuhan. Ayatnya berbunyi:
"Wahai
Mariam, Allah menyampaikan kepada kamu berita gembira dengan satu Kata
daripada-Nya, yang namanya al-Masih, Isa putera Mariam, terhormat di dunia dan
di akhirat, daripada orang-orang yang didekatkan." (3:45)
Kemudian Mariam bertanya,
"Bagaimanakah
aku akan ada seorang anak lelaki sedang tiada seorang manusia pun menyentuhku,
dan bukan juga aku seorang jalang?" (19:20)
Malaikat menjawab,
"Dia
(Allah) berkata, 'Begitulah; Pemelihara kamu telah berkata, 'Itu mudah bagi-Ku;
dan supaya Kami membuat dia satu ayat (tanda) bagi manusia, dan satu pengasihan
daripada Kami; ia adalah perkara yang telah ditentukan'" (19:21).
Maka lahirlah Isa putera Mariam lebih
enam ratus tahun sebelum Nabi Muhammad dilahirkan. Allah membuat Nabi Isa dan
ibunya satu ayat (tanda) bagi manusia, iaitu tanda untuk menunjukkan
kebesaran-Nya (23:50).
Allah juga menyatakan bahawa Nabi Isa
adalah seperti Adam, walaupun Adam diwujudkan tanpa ibu dan bapa. Kesamaan
mereka berdua adalah pada ciptaan. Kedua-duanya dicipta daripada tanah (3:59). Itu menunjukkan
mereka adalah manusia biasa, kerana manusia dicipta daripada tanah.
Kerasulan dan
Kenabian
Isa adalah seorang Nabi dan juga
seorang Rasul. Baginda dan beberapa orang rasul telah dilebihkan Allah daripada
rasul-rasul lain. Ada yang Dia berkata-kata kepadanya, ada yang Dia menaikkan
darjat, dan bagi Isa, Dia memberi bukti-bukti yang jelas serta mengukuhkannya
dengan Roh Suci. Firman-Nya:
"Dan
rasul-rasul itu, sebahagian Kami melebihkan di atas sebahagian yang lain.
Sebahagian ada yang kepadanya Allah berkata-kata, dan sebahagian Dia menaikkan
darjat. Dan Kami memberikan Isa putera Mariam bukti-bukti yang jelas, dan Kami
mengukuhkan dia dengan Roh Qudus (Suci)." (2:253)
Namun begitu, manusia dilarang oleh
Allah untuk membeza-bezakan antara para rasul dan Nabi. Larangan itu berbunyi,
"Katakanlah,
'Kami percaya kepada Allah, dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang
diturunkan kepada Ibrahim, dan Ismail, dan Ishak, dan Yaakub, dan puak-puak,
dan apa yang diberi kepada Musa, dan Isa, dan apa yang diberi kepada Nabi-Nabi
daripada Pemelihara mereka. Kami tidak membeza-bezakan seorang pun antara mereka,
dan kepada-Nya kami muslim.'" (2:136)
Akibat membeza-bezakan Nabi atau Rasul
dapat dilihat pada hari ini, iaitu Nabi Isa dipercayai oleh sesetengah pihak
sebagai Tuhan atau anak Tuhan, dan Nabi Muhammad, dianggap macam Tuhan, yang
berhak membuat hukum agama.
Ajaran
Oleh kerana Isa seorang Nabi baginda
diberi sebuah Kitab, Injil, yang mengandungi petunjuk dan cahaya untuk menjadi
pegangan Bani Israil. Selain menyuruh Bani Israil menyembah Allah dengan
mentaati Injil, baginda mengesahkan kitab Taurat yang diturunkan sebelumnya.
Dua firman Allah menjelaskannya di sini, berbunyi:
"Dan
Kami mengutus, menyusuli jejak-jejak mereka, Isa putera Mariam, dengan
mengesahkan Taurat yang sebelumnya; dan Kami memberinya Injil, di dalamnya
petunjuk dan cahaya," (5:46) dan,
"Aku
(Isa) hanya mengatakan kepada mereka apa yang Engkau memerintahkan aku
dengannya: 'Sembahlah Allah, Pemelihara aku dan Pemelihara kamu.'" (5:117)
Turut disebut di dalam Injil (dan
Taurat) ialah berita mengenai kedatangan seorang Nabi berbangsa Arab, atau
ummiy (7:157),
dan janji dikurniakan Taman atau Syurga bagi orang-orang yang berperang di
jalan Allah (9:111).
Janji itu juga didapati di dalam Taurat dan al-Qur'an.
Ketika baginda diutus, manusia sedang
berselisih dalam hal agama. Maka kedatangannya adalah juga untuk memperjelaskan
apa yang diperselisihkan. Firman Allah:
"dia
(Isa) berkata, 'Aku datang kepada kamu dengan kebijaksanaan, dan supaya aku
memperjelaskan kepada kamu sebahagian apa yang dalamnya kamu memperselisihkan;
maka kamu takutilah Allah, dan taatlah kepadaku.'" (43:63)
Baginda juga memberitahu tentang
kedatangan seorang rasul selepas baginda, yang namanya akan dipuji. Ayat yang
mengisahkannya berbunyi:
"Wahai
Bani Israil, sesungguhnya aku (Isa) rasul Allah kepada kamu, mengesahkan Taurat
yang sebelum aku, dan memberi berita gembira dengan seorang rasul yang akan
datang selepas aku, namanya ahmad (dipuji).” (61:6)
Pengikut setia
Seperti Nabi atau Rasul yang lain,
baginda mempunyai pengikut-pengikut yang setia dan juga yang tidak setia atau
yang menentang. Pengikut-pengikutnya yang setia percaya kepada Allah dan
kepadanya. Mereka adalah muslim. Firman Allah:
"Dan
ketika Aku mewahyukan pengikut-pengikut yang setia, 'Percayalah kepada-Ku, dan
rasul-Ku'; mereka berkata, 'Kami percaya, dan saksilah Engkau akan kemusliman
kami.'" (5:111)
Pengikut-pengikut yang setia pula
menjadi penolong-penolong, bukan baginya tetapi bagi Allah. Firman-Nya:
"Berkatalah
pengikut-pengikutnya yang setia, 'Kami akan menjadi penolong-penolong Allah;
kami percaya kepada Allah, dan saksilah kamu akan kemusliman kami.'"
(3:52)
Begitu juga bagi pengikut-pengikut
setia Nabi-Nabi lain, termasuk Muhammad. Semuanya menjadi penolong-penolong
Allah, untuk melaksana dan menyampaikan mesej-Nya. Firman Allah:
"Wahai
orang-orang yang percaya, jadilah kamu penolong-penolong Allah, sebagaimana Isa
putera Mariam berkata kepada pengikut-pengikut yang setia, 'Siapakah yang akan menjadi
penolong-penolong aku bagi Allah?' Pengikut-pengikut yang setia berkata, 'Kami
akan menjadi penolong-penolong Allah.'" (61:14)
Walau bagaimana pun, pengikut-pengikut
Nabi Isa yang setia memerlukan bukti selanjut untuk megesahkan kebenarannya dan
supaya hati mereka menjadi tenteram. Untuk itu mereka memohon sebuah meja
hidangan dari langit. Kisahnya berbunyi begini:
"Dan
apabila pengikut-pengikut yang setia berkata, 'Wahai Isa putera Mariam,
bolehkah Pemelihara kamu menurunkan kepada kami sebuah meja hidangan dari
langit?'
Dia
(Isa) berkata, 'Kamu takutilah Allah, jika kamu orang-orang mukmin.'
Mereka
berkata, 'Kami menghendaki untuk memakan daripadanya, dan hati kami menjadi
tenteram, supaya kami mengetahui bahawa kamu berkata benar kepada kami, dan supaya
kami adalah antara para saksinya.'" (5:112-113)
Justeru itu, Isa memohon kepada Allah,
"Ya
Allah, Pemelihara kami, turunkanlah kepada kami sebuah meja hidangan dari
langit, yang akan menjadi bagi kami satu perayaan, yang pertama dan yang akhir
bagi kami, dan satu ayat (tanda) daripada Engkau. Dan berilah rezeki untuk
kami; Engkau yang terbaik daripada pemberi-pemberi rezeki." (5:114)
Allah mengabulkan permintaannya.
Lantas, meja hidangan yang turun menjadi satu lagi mukjizat bagi Nabi Isa. Dan
ia juga menjadi nama sebuah surah di dalam al-Qur'an, iaitu surah kelima,
al-Maidah.
Mukjizat
Selain daripada kelahiran yang luar
biasa dan meja hidangan, Nabi Isa telah dikurniakan dengan beberapa mukjizat
lain. Ayat berikut menjelaskannya:
"Ketika
Allah berkata, 'Wahai Isa putera Mariam, ingatlah akan rahmat-Ku ke atas kamu,
dan ke atas ibu kamu, apabila Aku mengukuhkan kamu dengan Roh Qudus (Suci),
untuk berkata-kata kepada manusia di dalam buaian dan setelah
dewasa ..... dan apabila kamu mencipta daripada tanah liat, dengan izin-Ku,
yang seperti bentuk burung, dan kamu menghembuskan ke dalamnya, lalu jadilah ia
seekor burung, dengan izin-Ku, dan kamu menyembuhkan orang
buta, dan orang sakit kusta, dengan izin-Ku, dan kamu
mengeluarkan orang yang mati, dengan izin-Ku' ..... lalu
orang-orang yang tidak percaya antara mereka berkata, 'Tiadalah ini, melainkan
sihir yang nyata.'" (5:110)
Walaupun Nabi Muhammad hanya diberi
satu mukjizat, manusia ditegah daripada berkata bahawa Nabi Isa adalah lebih
mulia daripada Nabi Muhammad. Kerana, seperti yang sudah maklum, amalan
membeza-beza para Nabi dan Rasul dilarang Allah. (Sila rujuk Tidak
Mempercayai Mukjizat Nabi?)
Wafat
Tidak seperti kepercayaan sesetengah
orang iaitu Nabi Isa tidak wafat semasa disalib tetapi diangkat naik ke langit.
Sebenarnya, Nabi Isa telah wafat di bumi, namun bukan disalib. Baginda telah
wafat selepas peristiwa penyaliban ke atasnya di sebuah tempat lain yang tidak
diceritakan di dalam al-Qur'an. Besar kemungkinan baginda telah melarikan diri
dari tempat baginda dijatuhkan hukum.
Bukti yang menunjukkan baginda telah
wafat di bumi terdapat pada ayat-ayat berikut:
"Apabila
Allah berkata, 'Wahai Isa, Aku akan mematikan kamu, dan
menaikkan kamu kepada-Ku, dan Aku membersihkan kamu daripada orang-orang yang
tidak percaya .....'" (3:55)
"Dan
aku (Isa) seorang saksi ke atas mereka selama aku di kalangan mereka; tetapi
setelah Engkau mematikan aku, Engkau Sendiri adalah penjaga ke
atas mereka; Engkau saksi atas segala sesuatu." (5:117)
Akan tetapi, sebahagian daripada kaum
Bani Israil mengatakan bahawa mereka telah membunuhnya disalib. Allah
mengatakan yang sebaliknya pula. Apa yang berlaku hanya satu kesamaan sahaja.
Firman-Nya:
"ucapan
mereka, 'Kami telah membunuh al-Masih, Isa putera Mariam, rasul Allah.' Tetapi
mereka tidak membunuhnya, dan tidak juga menyalibnya, tetapi hanya satu
kesamaan yang ditunjukkan kepada mereka. Orang-orang yang berselisih mengenainya
benar-benar dalam keraguan terhadapnya; mereka tidak ada pengetahuan
mengenainya, kecuali mengikuti sangkaan; mereka tidak membunuhnya,
yakinlah." (4:157)
Terpesong
Setelah Isa wafat, beberapa perkara
telah berlaku. Pertama, orang-orang yang mengaku pengikut baginda telah
menubuhkan sistem berahib, atau berpaderi, atau sistem berulama dalam agama.
Sistem itu tidak dianjurkan oleh Allah. Firman-Nya:
"Dan
rahbaniyah (sistem berahib) yang mereka reka - Kami tidak menuliskan
(menetapkan) untuk mereka" (57:27).
Kemudian, antara mereka bersetuju untuk
mengangkat Nabi Isa sebagai Tuhan atau anak Tuhan, mungkin kerana kelahiran
yang luar biasa dan mukjizat-mukjizatnya. Mereka yang berbuat demikian telah
terpesong dalam kepercayaan lalu menjadi kafir. Firman-Nya:
"Merekalah
orang-orang yang tidak percaya (kafir), yang berkata, 'Sesungguhnya Allah, Dia
ialah al-Masih putera Mariam'" (5:17), dan
"orang-orang
Kristian berkata, 'Al-Masih ialah putera Allah.' Itu adalah ucapan daripada
mulut mereka, menurut ucapan orang-orang yang tidak percaya sebelum mereka.
Allah memerangi mereka! Bagaimanakah mereka dipalingkan?" (9:30)
Satu bukti telah didatangkan Allah
untuk menunjukkan kepalsuan kepercayaan mereka. Buktinya adalah pada amalan
memakan makanan, berbunyi:
"Al-Masih,
putera Mariam, hanyalah seorang rasul; rasul-rasul sebelum dia telah berlalu.
Ibunya seorang wanita yang benar; mereka berdua makan makanan. Perhatikanlah
bagaimana Kami memperjelaskan ayat-ayat kepada mereka, kemudian perhatikanlah
bagaimana mereka berpaling." (5:75)
Nabi Isa dan ibunya makan makanan.
Tetapi Tuhan tidak makan. Kalau Dia makan tentu Dia mempunyai sebuah
"pintu kecil" untuk mengeluarkan makanan yang tidak diperlukan lagi.
Tuhan tidak ada pintu tersebut seperti yang terdapat di bahagian belakang badan
manusia atau haiwan.
Sekiranya hujah itu disampaikan kepada
orang-orang yang mempercayai Nabi Isa itu Tuhan atau anak-Nya, tentu mereka
akan berpaling juga dan tetap dengan kepercayaan mereka. Begitulah manusia
dengan kepercayaan agamanya. Mereka lupa menggunakan akal.
Akhirat
"Wahai
Isa putera Mariam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, 'Ambillah aku dan
ibuku sebagai tuhan-tuhan selain daripada Allah'?" (5:116)
Nabi Isa akan menjawab:
"Kepada
Engkau sanjungan! Tiadalah bagiku untukku mengatakan apa yang aku tiada hak
dengannya. Jika aku mengatakannya, Engkau mengetahuinya, dengan mengetahui apa
yang di dalam jiwaku, dan aku tidak mengetahui apa yang di dalam jiwa Engkau;
sesungguhnya Engkaulah yang mengetahui yang ghaib." (5:116)
Jawapannya bersambung lagi:
"Aku
hanya mengatakan kepada mereka apa yang Engkau memerintahkan aku dengannya:
'Sembahlah Allah, Pemelihara aku dan Pemelihara kamu.' Dan aku seorang saksi ke
atas mereka selama aku di kalangan mereka; tetapi setelah Engkau mematikan aku,
Engkau Sendiri adalah penjaga ke atas mereka; Engkau saksi atas segala
sesuatu." (5:117)
Nabi Muhammad juga akan ditanya di
akhirat atas sesuatu yang amat berat juga. Baginda ditanya mengenai sambutan
kaumnya terhadap al-Qur'an. Jawapan baginda berbunyi:
"Wahai
Pemeliharaku, sesungguhnya kaumku mengambil al-Qur'an ini sebagai suatu yang
tidak dipedulikan." (25:30)
Itulah yang berlaku pada hari ini.
Ajaran al-Qur'an tidak dipedulikan. Namun, masa masih ada untuk semua kembali
kepada ajaran al-Qur'an.
NABI MUHAMMAD SAW
Pada waktu umat manusia dalam
kegelapan dan suasana jahiliyyah, lahirlah seorang bayi pada 12 Rabiul Awal
tahun Gajah di Makkah. Bayi yang dilahirkan bakal membawa perubahan besar bagi
sejarah peradaban manusia. Bapa bayi tersebut bernama Abdullah bin Abdul
Mutallib yang telah wafat sebelum baginda dilahirkan iaitu sewaktu baginda 7
bulan dalam kandungan ibu. Ibunya bernama Aminah binti Wahab. Kehadiran bayi
itu disambut dengan penuh kasih sayang dan dibawa ke ka'abah, kemudian
diberikan nama Muhammad, nama yang belum pernah wujud sebelumnya.
Selepas itu Muhammad disusukan selama beberapa hari oleh Thuwaiba, budak
suruhan Abu Lahab sementara menunggu kedatangan wanita dari Banu Sa'ad. Adat
menyusukan bayi sudah menjadi kebiasaan bagi bangsawan-bangsawan Arab di
Makkah. Akhir tiba juga wanita dari Banu Sa'ad yang bernama Halimah bin
Abi-Dhuaib yang pada mulanya tidak mahu menerima baginda kerana Muhammad
seorang anak yatim. Namun begitu, Halimah membawa pulang juga Muhammad ke
pedalaman dengan harapan Tuhan akan memberkati keluarganya. Sejak diambilnya
Muhammad sebagai anak susuan, kambing ternakan dan susu kambing-kambing
tersebut semakin bertambah. Baginda telah tinggal selama 2 tahun di Sahara dan
sesudah itu Halimah membawa baginda kembali kepada Aminah dan membawa pulang
semula ke pedalaman.
Kisah Dua Malaikat dan Pembedahan Dada Muhammad
Pada usia dua tahun, baginda didatangi oleh dua orang malaikat yang muncul
sebagai lelaki yang berpakaian putih. Mereka bertanggungjawab untuk membedah
Muhammad. Pada ketika itu, Halimah dan suaminya tidak menyedari akan kejadian
tersebut. Hanya anak mereka yang sebaya menyaksikan kedatangan kedua malaikat
tersebut lalu mengkhabarkan kepada Halimah. Halimah lantas memeriksa keadaan
Muhammad, namun tiada kesan yang aneh ditemui.
Muhammad tinggal di pedalaman bersama keluarga Halimah selama lima tahun.
Selama itu baginda mendapat kasih sayang, kebebasan jiwa dan penjagaan yang
baik daripada Halimah dan keluarganya. Selepas itu baginda dibawa pulang kepada
datuknya Abdul Mutallib di Makkah.
Datuk baginda, Abdul Mutallib amat menyayangi baginda. Ketika Aminah membawa
anaknya itu ke Madinah untuk bertemu dengan saudara-maranya, mereka ditemani
oleh Umm Aiman, budak suruhan perempuan yang ditinggalkan oleh bapa baginda.
Baginda ditunjukkan tempat wafatnya Abdullah serta tempat dia dikuburkan.
Sesudah sebulan mereka berada di Madinah, Aminah pun bersiap sedia untuk pulang
semula ke Makkah. Dia dan rombongannya kembali ke Makkah menaiki dua ekor unta
yang memang dibawa dari Makkah semasa mereka datang dahulu. Namun begitu,
ketika mereka sampai di Abwa, ibunya pula jatuh sakit dan akhirnya meninggal
dunia lalu dikuburkan di situ juga.
Muhammad dibawa pulang ke Makkah oleh Umm Aiman dengan perasaan yang sangat
sedih. Maka jadilah Muhammad sebagai seorang anak yatim piatu. Tinggallah
baginda dengan datuk yang dicintainya dan bapa-bapa saudaranya.
"Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu.
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung lalu Dia memberikan
petunjuk" (Surah Ad-Dhuha, 93: 6-7)
Abdul Mutallib Wafat
Kegembiraannya bersama datuk baginda tidak bertahan lama. Ketika baginda
berusia lapan tahun, datuk baginda pula meninggal dunia. Kematian Abdul
Mutallib menjadi satu kehilangan besar buat Bani Hashim. Dia mempunyai
keteguhan hati, berwibawa, pandangan yang bernas, terhormat dan berpengaruh
dikalangan orang Arab. Dia selalu menyediakan makanan dan minuman kepada para
tetamu yang berziarah dan membantu penduduk Makkah yang dalam kesusahan.
Muhammad diasuh oleh Abu Talib
Selepas kewafatan datuk baginda, Abu Talib mengambil alih tugas bapanya untuk
menjaga anak saudaranya Muhammad. Walaupun Abu Talib kurang mampu berbanding
saudaranya yang lain, namun dia mempunyai perasaan yang paling halus dan
terhormat di kalangan orang-orang Quraisy.Abu Talib menyayangi Muhammad seperti
dia menyayangi anak-anaknya sendiri. Dia juga tertarik dengan budi pekerti
Muhammad yang mulia.
Pada suatu hari, ketika mereka berkunjung ke Syam untuk berdagang sewaktu Muhammad
berusia 12 tahun, mereka bertemu dengan seorang rahib Kristian yang telah dapat
melihat tanda-tanda kenabian pada baginda. Lalu rahib tersebut menasihati Abu
Talib supaya tidak pergi jauh ke daerah Syam kerana dikhuatiri orang-orang
Yahudi akan menyakiti baginda sekiranya diketahui tanda-tanda tersebut. Abu
Talib mengikut nasihat rahib tersebut dan dia tidaak banyak membawa harta dari
perjalanan tersebut. Dia pulang segera ke Makkah dan mengasuh anak-anaknya yang
ramai. Muhammad juga telah menjadi sebahagian dari keluarganya. Baginda
mengikut mereka ke pekan-pekan yang berdekatan dan mendengar sajak-sajak oleh
penyair-penyair terkenal dan pidato-pidato oleh penduduk Yahudi yang anti Arab.
Baginda juga diberi tugas sebagai pengembala kambing. Baginda mengembala
kambing keluarganya dan kambing penduduk Makkah. Baginda selalu berfikir dan
merenung tentang kejadian alam semasa menjalankan tugasnya. Oleh sebab itu
baginda jauh dari segala pemikiran manusia nafsu manusia duniawi. Baginda
terhindar daripada perbuatan yang sia-sia, sesuai dengan gelaran yang diberikan
iaitu "Al-Amin".
Selepas baginda mula meningkat dewasa, baginda disuruh oleh bapa saudaranya
untuk membawa barang dagangan Khadijah binti Khuwailid, seorang peniaga yang
kaya dan dihormati. Baginda melaksanakan tugasnya dengan penuh ikhlas dan
jujur. Khadijah amat tertarik dengan perwatakan mulia baginda dan keupayaan
baginda sebagai seorang pedagang. Lalu dia meluahkan rasa hatinya untuk
berkahwin dengan Muhammad yang berusia 25 tahun ketika itu. Wanita bangsawan
yang berusia 40 tahun itu sangat gembira apabila Muhammad menerima lamarannya
lalu berlangsunglah perkahwinan mereka berdua. Bermulalah lembaran baru dalam
hidup Muhammad dan Khadijah sebagai suami isteri.
Turunnya Wahyu Pertama
Pada usia 40 tahun, Muhammad telah menerima wahyu yang pertama dan diangkat
sebagai nabi sekelian alam. Ketika itu, baginda berada di Gua Hira' dan
sentiasa merenung dalam kesunyian, memikirkan nasib umat manusia pada zaman
itu. Maka datanglah Malaikat Jibril menyapa dan menyuruhnya membaca ayat quran
yang pertama diturunkan kepada Muhammad.
"Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan" (Al-'Alaq, 96: 1)
Rasulullah pulang dengan penuh rasa gementar lalu diselimuti oleh Khadijah yang
cuba menenangkan baginda. Apabila semangat baginda mulai pulih, diceritakan
kepada Khadijah tentang kejadian yang telah berlaku.
Kemudian baginda mula berdakwah secara sembunyi-sembunyi bermula dengan kaum
kerabatnya untuk mengelakkan kecaman yang hebat daripada penduduk Makkah yang menyembah
berhala. Khadijah isterinya adalah wanita pertama yang mempercayai kenabian
baginda. Manakala Ali bin Abi Talib adalah lelaki pertama yang beriman dengan
ajaran baginda.Dakwah yang sedemikian berlangsung selama tiga tahun di kalangan
keluarganya sahaja.
Dakwah Secara Terang-terangan
Setelah turunnya wahyu memerintahkan baginda untuk berdakwah secara
terang-terangan, maka Rasulullah pun mula menyebarkan ajaran Islam secara lebih
meluas.
"Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik."
(Al-Hijr, 15:94)
Namun begitu, penduduk Quraisy menentang keras ajaran yang dibawa oleh baginda.
Mereka memusuhi baginda dan para pengikut baginda termasuk Abu Lahab, bapa saudara
baginda sendiri. Tidak pula bagi Abu Talib, dia selalu melindungi anak
saudaranya itu namun dia sangat risau akan keselamatan Rasulullah memandangkan
tentangan yang hebat dari kaum Quraisy itu. Lalu dia bertanya tentang rancangan
Rasulullah seterusnya. Lantas jawab Rasulullah yang bermaksud:
"Wahai bapa saudaraku, andai matahari diletakkan diletakkan di tangan
kiriku dan bulan di tangan kananku, agar aku menghentikan seruan ini, aku tidak
akan menghentikannya sehingga agama Allah ini meluas ke segala penjuru atau aku
binasa kerananya"
Baginda menghadapi pelbagai tekanan, dugaan, penderitaan, cemuhan dan ejekan
daripada penduduk-penduduk Makkah yang jahil dan keras hati untuk beriman
dengan Allah. Bukan Rasulullah sahaja yang menerima tentangan yang sedemikian,
malah para sahabatnya juga turut merasai penderitaan tersebut seperti Amar dan
Bilal bin Rabah yang menerima siksaan yang berat.
Wafatnya Khadijah dan Abu Talib
Rasulullah amat sedih melihat tingkahlaku manusia ketika itu terutama kaum
Quraisy kerana baginda tahu akan akibat yang akan diterima oleh mereka nanti.
Kesedihan itu makin bertambah apabila isteri kesayangannya wafat pada tahun
sepuluh kenabiaannya. Isteri bagindalah yang tidak pernah jemu membantu
menyebarkan Islam dan mengorbankan jiwa serta hartanya untuk Islam. Dia juga
tidak jemu menghiburkan Rasulullah di saat baginda dirundung kesedihan.
Pada tahun itu juga bapa saudara baginda Abu Talib yang mengasuhnya sejak kecil
juga meninggal dunia. Maka bertambahlah kesedihan yang dirasai oleh Rasulullah
kerana kehilangan orang-orang yang amat disayangi oleh baginda.
Hijrah Ke Madinah
Tekanan orang-orang kafir terhadap perjuangan Rasulullah semakin hebat selepas
kepergian isteri dan bapa saudara baginda. Maka Rasulullah mengambil keputusan
untuk berhijrah ke Madinah berikutan ancaman daripada kafir Quraisy untuk
membunuh baginda.
Rasulullah disambut dengan meriahnya oleh para penduduk Madinah. Mereka digelar
kaum Muhajirin manakala penduduk-penduduk Madinah dipanggil golongan Ansar.
Seruan baginda diterima baik oleh kebanyakan para penduduk Madinah dan sebuah
negara Islam didirikan di bawah pimpinan Rasulullas s.a.w sendiri.
Negara Islam Madinah
Negara Islam yang baru dibina di Madinah mendapat tentangan daripada kaum
Quraisy di Makkah dan gangguan dari penduduk Yahudi serta kaum bukan Islam yang
lain. Namun begitu, Nabi Muhammad s.a.w berjaya juga menubuhkan sebuah negara
Islam yang mengamalkan sepenuhnya pentadbiran dan perundangan yang berlandaskan
syariat Islam. Baginda dilantik sebagai ketua agama, tentera dan negara. Semua
rakyat mendapat hak yang saksama. Piagam Madinah yang merupakan sebuah kanun
atau perjanjian bertulis telah dibentuk. Piagam ini mengandungi beberapa fasal
yang melibatkan hubungan antara semua rakyat termasuk kaum bukan Islam dan
merangkumi aspek politik, sosial, agama, ekonomi dan ketenteraan. Kandungan
piagam adalah berdasarkan wahyu dan dijadikan dasar undang-undang Madinah.
Islam adalah agama yang mementingkan kedamaian. Namun begitu, aspek pertahanan
amat penting bagi melindungi agama, masyarakat dan negara. Rasulullah telah
menyertai 27 kali ekspedisi tentera untuk mempertahan dan menegakkan keadilan
Islam. Peperangan yang ditempuhi baginda ialah Perang Badar (623 M/2 H), Perang
Uhud (624 M/3 H), Perang Khandak (626 M/5 H) dan Perang Tabuk (630 M/9 H).
Namun tidak semua peperangan diakhiri dengan kemenangan.
Pada tahun 625 M/ 4 Hijrah, Perjanjian Hudaibiyah telah dimeterai antara
penduduk Islam Madinah dan kaum Musyrikin Makkah. Maka dengan itu, negara Islam
Madinah telah diiktiraf. Nabi Muhammad s.a.w. juga telah berjaya membuka semula
kota Makkah pada 630 M/9 H bersama dengan 10 000 orang para pengikutnya.
Perang terakhir yang disertai oleh Rasulullah ialah Perang Tabuk dan baginda
dan pengikutnya berjaya mendapat kemenangan. Pada tahun berikutnya, baginda
telah menunaikan haji bersama-sama dengan 100 000 orang pengikutnya. Baginda
juga telah menyampaikan amanat baginda yang terakhir pada tahun itu juga. Sabda
baginda yang bermaksud:
"Wahai sekalian manusia, ketahuilah bahawa Tuhan kamu Maha Esa dan kamu
semua adalah daripada satu keturunan iaitu keturunan Nabi Adam a.s.
Semulia-mulia manusia di antara kamu di sisi Allah s.w.t. ialah orang yang
paling bertakwa. Aku telah tinggalkan kepada kamu dua perkara dan kamu tidak
akan sesat selama-lamanya selagi kamu berpegang teguh dengan dua perkara itu,
iaitu kitab al-Quran dan Sunnah Rasulullah."
Wafatnya Nabi Muhammad s.a.w
Baginda telah wafat pada bulan Jun tahun 632 M/12 Rabiul Awal tahun 11 Hijrah.
Baginda wafat setelah selesai melaksanakan tugasnya sebagai rasul dan pemimpin
negara. Baginda berjaya membawa manusia ke jalan yang benar dan menjadi seorang
pemimpin yang bertanggungjawab, berilmu dan berkebolehan. Rasulullah adalah
contoh terbaik bagi semua manusia sepanjang zaman.
Referensi :
http://kisah25nabi.blogspot.com/